Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2011

Kepincut Kelezatan Ikan Beberok

PEMUDA itu keluar memacu motornya meninggalkan kontrakannya. Ia menyusuri jalan Langko lalu belok kanan melewati kampus IAIN. Sampai dijalan Pemuda ia menekan gas motornya kemudian berhenti didepan sebuah warung makan yang berjejer dipinggir jalan. Bisa ditebak, ia ingin makan siang. Maklum sejak pagi belum ada satu potong makanan pun yang masuk kedalam perut langsingnya. Pemuda itu adalah saya. Melalui catatan edisi ini saya ingin berbagi pengalaman kepincut kelezatan ikan beberok. *** Bila anda bosan dengan masakan rumah. Tidak selera nasi kotak, nasi bungkus. Bingung nyari tempat makan bareng kekasih anda. Dan pingin merasakan makanan khas racikan tangan orang Lombok sebaiknya anda ikuti saran saya. Saya mengusulkan kepada anda untuk mengunjungi Depot 22 dijalan Pemuda, Gomong Lama. Persisnya depan SMK 2, samping lapangan atletik Mataram. Sambil makan disini anda bisa menikmati hijaunya rumput atletik. Derunya angin akan menjadi musik pengiring makan siang anda.

Sepotong Senja di Pantai Kuta

SANG raja siang terus beranjak menuju peraduannya. Bersama ‘para pengawal’ setianya, sang raja berjalan perlahan meninggalkan langit Kuta. Ia ingin ‘beristirahat’ setelah sepanjang hari bertugas menerangi bumi. Sang raja menyuguhkan pemandangan yang sangat indah diufuk barat. Sepotong senja berwarna kuning keemasan menghiasi langit Kuta. Sisa cahayanya memantul dipermukaan air laut.     Saya, Yayan dan Zul tidak ingin kehilangan moment indah itu. Kami tahu resikonya, terlambat sedikit saja kami bisa menyesal ‘seumur hidup’ karena tidak dapat menikmati senja yang beberapa saat lagi akan hilang.  Tak ingin membuang waktu, kami lalu bergegas menyapa pantai, meraba pasir, menyentuh air. Mendegar sisa-sisa ombak pantai yang ditiup angin. Angin pantai pun menyapa. “Selamat datang di Kuta, semoga membekas dihati” bisiknya ditelinga kami. Mendegarnya kami tersenyum lalu hanya bisa mengucapkan terima kasih atas sambutannya yang hangat. “Pantesan bule-bule erofa itu betah berha