Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2015

Media dan Honor Penulis

Dua koran lokal yang terbit di Mataram BEBERAPA orang teman berdebat tentang honor penulis. Ada yang mengatakan, memberikan honor kepada penulis itu harus. Bukankah tulisan itu bagian dari karya intelektual. Butuh energi dan pikiran cerdas untuk menulisnya. Baginya, media yang tidak memberikan honor kepada penulis adalah media yang tidak menghargai penulis. Media yang tidak menghargai karya intelektual. Media seperti itu tentu tidak akan punya hubungan yang baik dengan penulis. Padahal kalau media tersebut mau, tak akan mengurangi pendapatan iklannya yang ber-milyar-milyar pertahun. Pihak lain mengatakan, menerbitkan tulisan penulis adalah salah satu bentuk penghargaan. Dengan karya tulis diterbitkan, si penulis akan mendapatkan publikasi luas nan gratis. Namanya dikenal, karyanya dibaca dan imag (citra) sebagai orang kompeten dan punya perhatian terhadap tema yang tulis itu diketahui publik secara luas. Dan tentu buah pukirannya bisa menginspirasi orang banyak. Bukankah tulisa

Menggali Ide Tulisan Dengan Peta Pikiran

Seorang siswi MA NW Al kamal, Kembang Kerang menunjukkan peta mimpi mereka dalam bentuk mind map. SETIAP diminta mengisi pelatihan menulis diberbagai tingkatan sekolah, mahasiswa dan kalangan guru – saya sering sekali mendengar kendala dari peserta pelatihan akan kendala mereka dalam menggali ide tulisan. Hal yang dimaksud tentu bukan saja kekurangan ide namun setelah ada ide tapi sulit dikembangkan. Kata mereka, baru saja menulis satu sampai tiga paragraf – bahan yang ingin ditulis sudah habis. Pada hal mereka merasa ide tersebut cukup bagus dan layak dikembangkan menjadi tulisan panjang. Kendala seperti itu tentu menjadi ‘hantu’ yang menakutkan bagi penulis pemula. Untuk itu perlu diperkenalkan berbagai cara atau pendekatan kreatif yang bisa merangsang dan menumbuhkan semangat menulis.Mungkin saja salah satu cara itu cocok dan bisa digunakan untuk menggali berbagai bahan tulisan yang sebenarnya sudah ada pada diri setiap orang. Saya sendiri percaya, bahwa semua orang memiliki

Tiga Sahabat Beda Jalan

Foto bersama usai pelatihan menulis di MA NW Kembang Kerang, Lombok Timur Kita dulu duduk dibangku kuliah yang sama. Walau berbeda tingkatan dan jurusan–kita kemudian menjelma menjadi rangkaian sahabat yang tidak pernah saling kenal sebelumnya. Waktu terus berjalan. Hari berganti. Minggu beranjak. Bulan bergerak. Tahun berganti. Masing – masing kita menyusuri langkah kaki kearah yang berbeda. Ada yang bekerja di Non Goverment Organisasion (NGO). Ada yang melanjutkan estapet pengelola pondok pesantren. Dan ada yang menapak karir sebagai guru pegawai negeri sipil (PNS). Pada hal sebelumnya kita tidak pernah meramal –akan seperti apa kita setelah itu. Dulu kita penikmat diskusi, seminar, pelatihan dan berbagai jenis bacaan. Dari yang dikatakan orang bacaan kiri –kanan. Semuanya coba kita lahap. Kita tidak peduli dampak setelah membacanya - yang penting rasanya. Dulu kita doyan demonstrasi, sekarang sudah repot mencari nasi. Dulu kita suka begadang, sekarang sudah bisa berdagang. Dulu