Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Cerita Warga

Ibu Rara Duta Pariwisata Lombok?

Sepertinya ibu Rara cocok dijadikan 'duta brending' pariwisata Lombok atau bintang iklan MotoGP Mandalika tahun depan Bang Zul Zulkieflimansyah. Soalnya semua orang membicarakannya. Sudah berhari-hari dia saja yang bahas oleh banyak orang termasuk terus muncul diberanda media sosial. Sampai rider pemenang MotoGP Mandalika 2022 ini banyak yang tidak tahu namanya.  Inget Ketut Liyer, seorang dukun kampung dari Bali yang ditemui oleh Elizabeth Gilbert saat mencari ketenangan di Bali pasca cerai dengan suaminya. Sosoknya digambarkan secara khusus dalam novel, "Eat, Pray, Love" karya Elizabeth Gilbert yang kemudian di film kan dengan bintang utama Julia Robert yang memerankan Gilbert.  Sosok Ketut Liyer jadi terkenal karena menggambarkan eksotisme budaya dan tradisi Bali. Wajar kalau ia diberikan scean khusus shooting dirumahnya dalam film yang disutradarai dan mainkan bintang Hollywood itu menelan dana milyaran rupiah. Setelah itu turis ramai datang kerumah Ketut Liyer un

Dari Pelatihan Menulis Ke Agenda Pemetaan Potensi Desa

Kegiatan sharing menulis, "Kiat Praktis Menulis di Media Sosial Gaya Milenial", Minggu, 10 Februari 20019 di Kantor Desa Aikmel Timur yang diikuti oleh generasi milenial Desa Aikmel Timur. IDE awalnya hanya ingin membagi kiat-kiat menulis praktis dimedia sosial bagi teman-teman muda dikampung. Kita ingin mereka bisa membagi informasi dan cerita positif tentang desa. Mereka bisa membentuk citra positif tentang desa kalau sebagian mereka bisa menulis dan membagi informasi dan cerita positif tentang desa mereka. Apakah mereka tidak boleh menulis kritik? Tentu saja sangat boleh asalkan cara baik. Saat ini hampir semua anak muda didesa mempunyai HP, baik yang masih sekolah atau tidak. Mereka yang melihat, mengalami dan merasakan denyut kehidupan dikampung. Kalau saja mereka bisa menulis dan membagikan berbagai hal tentang desanya tentu secara perlahan mendorong mencitakan masyarakat yang terbuka. Cuman masalahnya, tidak semua mereka biasa menyampaikan pikirannya melalui tu

Semangat dari Kaki Rinjani

Berdiskusi dan ngobrol santai di Balai Sabang Rinjani yang dibangun bapak Karyawan bersama kader-kader muda Bayan.   Saya senang warga KLU terlihat mulai bangkit pasca gempa. Pembangunan dan ekonomi mulai nampak hidup termasuk dikampung-kampung. Hari ini misalnya kami bertemu dengan teman-teman muda di Dusun Sembulan, Desa Bayan, KLU. Dusun yang juga cukup atas diwilayah kaki gunung Rinjani. Lancap sawah yang bertingkat-tingkat sejauh mata memandang   Disini kami bertemu dengan teman-teman muda yang mulai memanfaatkan dan menggali berbagai potensi yang ada di desa mereka. Salah satunya sahabat Karyawan yang mulai membangun Sabang Rinjani, tempat singgah, menikmati alam ditemani hangatnya kopi, teh dan makanan khas desa. Lebih hangat dari kopi - teh tentu hangatnya interaksi, dialog dan kebersahajaan warga desa di Dusun Sembulan. Bisa menyatu dengan alam, warga dan suasana pedesaan dikaki Rinjani. Menikmati keindahan alam dengan semilir angin persawahan sambil meneguk

Semangat Santri Sirajul Huda Membaca Untuk Menulis

Ahad (4/3) lalu saya diundang kembali membagi pengalaman, kiat dan motivasi menulis bagi santri-santri Ponpes Sirajul Huda , Paok Dandak, Desa Durian, Kecamatan Janapria, Lombok Tengah. Selain karena pengundangnya Ahmad Jumaili, hal lain yang membuat saya semangat datang kesana karena tema dan tempatnya. Temannya cukup menarek, ”Melejitkan Potensi Diri : Membaca untuk Menulis” . Apa itu membaca dan menulis ? bagaimana pengertian membaca dan menulis yang mudah, tidak ribet dengan definisi panjang ? Bagaimana sih membaca yang menghasilkan tulisan ? Apa yang dilakukan orang setelah membaca akan bisa menghasilkan tulisan ? Pertenyaan-pertanyaan itu yang menuntun saya dating kesana. Tentu saja tak lupa juga dibahas kiat-kiat mengusir rasa ngantuk, bosan, males ketika membaca dan menulis. Bagi saya membaca dan menulis itu dua paket yang saling melengkapi. Ibarat dua keping mata uang logam. Membaca akan jauh lebih bermakna manakala hasil bacaan kita ditulis. Tentu yang saya maksud disini bu

Beratnya Istiqomah

Dr.TGH.Muallip, M.Pd Pengajian dan kajian Islam pagi Ahad (18/2) ini isi dan dipimpin oleh bapak Dr.TGH.Mualif, M.Pd.I, Pengasuh Ponpes Putri Al Halimy, Gunung Sari, Lombok Barat. Selain berkhitmah di Nahdlatul Ulama (NU) NTB, beliau juga pernah menjabat Kepala Kementrian Agama Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Utara (KLU). Materi pengajian dan kajian Islam HIDAYATUDDARAIN hari ini tentang Istiqomah. Ya, istiqomah. Menyebut kata ini gampang dan mudah. Kalimat ini pun hampir setiap hari kita ucapkan dan tulis dalam berbagai dialog atau komunikasi dengan orang lain. Tapi dalam praktiknya tidak mudah. Hanya panggilan hati dan iman yang bisa menggerakkan. Tentu saja istiqomah yang kita maksud istiqomah menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Salain itu juga berbuatan-perbuatan baik yang memberi manfaat bagi manusia dan mahluk hidup sejagad raya. Kita sering lupa, ganjaran terhadap perbuatan baik, sunnah dan wajib - ganjarannya berlipat ganda. Bonusnya besar. Karena beratnya itulah

Reques Do'a Tuan Guru

TGH.Muallip sedang membacakan do'a untuk mengobati seorang anak jamaah yang belum bisa berjalan. USAI pengajian, berdo'a dan salam-salaman - biasanya para jamaah pengajian Hidayatuddarain langsung pulang. Tadi seorang ibu tidak langsung pulang. Ia menggendong seorang anak laki-laki yang sudah hampir 2 tahun belum bisa jalan. Ia juga memegang air botol tanggung. Ia minta TGH.Muallip, Pengasuh Ponpes Al Halimy, Gunung Sari untuk mendoakan anak laki yang dibawanya. "Endeng do'a tuan guru. Niki wah gin dua tahun laguk ndekman tao lampak" ucapnya. Saya tanya apakah anak laki yang dibawa cucunya. Ternyata bukan, tapi anak saudaranya alias ponaannya. Sudah hampir 2 tahun usianyanya katanya tapi belum bisa jalan. Ya, saya lihat memang anak laki yang digendong itu kakinya terlihat lemas. Tak lama setelah itu, TGH. Muallip pun membacakan air yang dibawa itu do'a-do'a penyembuh. Ya begitu lah saudara-saudara. Selesai mengisi pengajian yang diisi para tuan g

Bupati Nyentrik Di Balek Retribusi Poligami

Bupati Lombok Timur, Drs.H.Moch. Ali BD Ali BD, Bupati Nyentrik Dibalek Retribusi Poligami Lombok Timur -Bulan ini Bupati Lombok Timur Drs.H.Ali Bin Dahlan (Ali BD) kembali menyita perhatian publik. Kali ini yang menjadi obyek perhatian masyarakat adalah kebijakan Ali BD yang mengeluarkan peraturan bupati (Perbup) No.26 tahun 2014 tentang kewajiban PNS di Kabupaten Lombok Timur untuk menbayar retribusi sebesar 1 juta rupiah bagi PNS yang ingin berpoligami. Ini terkait dengan pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 tentang lain-lain pendapatan asli daerah. Ali BD beralasan, Perbup itu dibuat bukan untuk menganjurkan atau mempermudah PNS untuk berpoligami. Kebijakan itu justru ia keluarkan untuk semakin memperberat syarat bagi seorang PNS yang berhasrat menambah istri. Ia juga menjelaskan, Perbup itu tetap mengacu kepada aturan diatasnya yang dikeluarkan oleh Depdagri tentang ketentuan dan syarat seorang PNS untuk bisa melakukan poligami. Dengan adanya peraturan itu, Ali BD

Pelajaran Jadi Relawan Jokowi-JK di Kampung

Spanduk penanda sebagai relawan depan rumah TIDAK ada yang mengajak saya menjadi relawan Jokowi-JK pada Pilpres tahun ini. Saya bergerak atas inisiatif dan kemauan sendiri. Dengan begitu saya tidak bergabung dengan kelompok relawan atau pertai politik tertentu yang mengusung pencalonan Jokowi-JK dalam perebutan kursi Preside-Wakil Presiden, Juli 2014. Saya sendiri mulai mengenal sosok Jokowi sekitar tahun 2010 melalui media massa. Saat itu Jokowi masih menjabat sebagai Wali Kota Solo. Dari media massa cetak dan online saya belajar bagaimana lelaki itu mengelola sebuah kota yang pendekatannya sangat berbeda dari kepala-kepala daerah lain di Indonesia. Dan ekspos media semakin ramai tentang mantan pengusaha mebel itu setelah terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta. Pengetahuan saya bisa dikatakan makin dengan mantan wali kota yang terkenal dengan blusukannya itu setelah membaca berbagai buku yang secara khusus mengulas Joko Widodo dari A-Z. Dari sana saya makin yakin bahwa orang ini

Lebih Baik ke Malaysia dari pada ke Sekolah

Putus sekolah, kawin muda, punya anak, cerai, jadi TKI ke Malaysia –semua itu hal biasa dikampung saya. Tidak ada yang mempersoalkan itu, apa lagi yang menganggap itu sebagai masalah. Kalau ada yang mencoba-coba menganggap itu sebagai masalah, bisa-bisa dicap tidak waras. Sudah berani mempermasalahkan sesuatu yang bukan masalah. Ketika menyebut sekolah yang terbayang dimata mereka adalah biaya. Biaya dan biaya. Pada hal masalahnya bukan semata biaya. Buktinya, banyak orang kaya –hidup berkecukupan ternyata tidak (bisa) sekolah. Bisa jadi, sekolah tidak menareknya baginya. Termasuk tidak ada kemauan untuk belajar. Kalau ada, dia akan merasa rugi - tidak bisa memanfaatkan kekayaan orang tuanya yang berjuta-juta untuk sekolah sampai lantai paling tinggi. Itu artinya, sekolah itu tidak melulu menyangkut biaya. Ada juga yang namanya kemauan. Kalau ada kemauan pasti ada tiket jalan. Alam juga bersabda, bila ada kemauan alam beserta isinya akan melapangkan jalan untuk meraihnya. Tuhan jug

Salafi Kapitalis dan MLM

Perempuan Salafi Menggunakan Produk Kapitalis SENIN (14/22), menjelang magrib saya mampir kerumah sahabat saya, Fadil Adli di BTN Blencong, Gunung Sari –bersama istri. Usai shalat magrib, kami ngobrol ‘kesana kemari’ ditemani teh, kopi, mangga manalagi dan ubi kayu urap yang dikasih gula merah. “Ini kita ambil dari depan Cup”kata Husna, istri Fadil sambil mempersilahkan kami mencicipi hasil pertanian yang ditanam dihalaman depan rumah kontrakan mereka. Seperti biasa, kami bicara ‘kesana-kemari’. Berbagai topik muncul dari pembicaraan 8 pasang mata itu. Mulai dari masalah ibu hamil, kesehatan, perkawinan teman sampai masalah Salafi dan perempuan bercadar. “Di pojok, gang mau masuk, ada orang jualan sayur. Penampilannya salafi tapi kapitalis” cetus Fadil. Saya tertarik, kenapa orang itu disebut salafi kapitalis? Bukankah yang kita tahu pengikut Salafi itu anti dan benci banget dengan yang namanya ‘mahluk’ kapitalis. Termasuk pahamnya yang disebut kapitalisme. M