Langsung ke konten utama

Sepotong Senja di Pantai Kuta

SANG raja siang terus beranjak menuju peraduannya. Bersama ‘para pengawal’ setianya, sang raja berjalan perlahan meninggalkan langit Kuta. Ia ingin ‘beristirahat’ setelah sepanjang hari bertugas menerangi bumi.
Sang raja menyuguhkan pemandangan yang sangat indah diufuk barat. Sepotong senja berwarna kuning keemasan menghiasi langit Kuta. Sisa cahayanya memantul dipermukaan air laut.    

Saya, Yayan dan Zul tidak ingin kehilangan moment indah itu. Kami tahu resikonya, terlambat sedikit saja kami bisa menyesal ‘seumur hidup’ karena tidak dapat menikmati senja yang beberapa saat lagi akan hilang.  Tak ingin membuang waktu, kami lalu bergegas menyapa pantai, meraba pasir, menyentuh air. Mendegar sisa-sisa ombak pantai yang ditiup angin. Angin pantai pun menyapa.

“Selamat datang di Kuta, semoga membekas dihati” bisiknya ditelinga kami. Mendegarnya kami tersenyum lalu hanya bisa mengucapkan terima kasih atas sambutannya yang hangat.

“Pantesan bule-bule erofa itu betah berhari-hari disini” ujar kami mengapresiasi kondisi sekeliling.
Kami pun tidak tahan untuk mengabadikan moment itu dengan kamera kecil yang kami bawa. Dan penyakit narsis itu mulai kambuh dengan berbagai pose menghadap dan membelakangi pantai. Aksi itu terhenti setelah lampu-lampu hotel menyala tanda senja telah menghilang.   

Sahabat, sudah lama kami ‘kangen’ dengan pantai Kuta. Kangen dengan biru lautnya yang sepi ombaknya yang tenang. Bukitnya yang teronggok meliuk-liuk. Dan yang tidak terlupakan, pasir putihnya yang berbentuk kristal selalu menggoda hati untuk membawanya.

Seorang teman bahkan ‘mengorder’ agar dibawakankan sebagai oleh-oleh. Bila tidak dibawakan, dia ‘mengancam’ tidak menegur saya setelah balik dari kuta. Tentu saja ancaman itu ‘berbahaya’ karena dia teman kantor. 

Masyarakat Lombok Tengah memang sangat beruntung memiliki pantai seindah ini. Pantai  yang masih relatif perawan, belum terlalu banyak dijamah oleh investor.       

Dan akhirnya dahaga kami terpenuhi meski waktu yang tersedia tidak lebih dari setengah jam. Dan sambil beranjak pulang kami hanya mengatakan, ‘Terima kasih kuta, kami berharap suatu hari nanti kita akan bersua kembali”.

Kuta, 1 Oktober 2010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Legit dan Gurih Pelemeng Campur Poteng

Pelemeng dan Poteng, pasangan serasi untuk disantap bersamaan dikala silaturrahmi hari Lebaran SETIAP kampung di Lombok punya jajan khas yang dibuat khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di Desa Aikmel, Lombok Timur misalnya – beberapa hari menjelang lebaran, kaum ibu sudah sibuk menyiapkan beraneka jenis makanan dan jajan yang akan disajikan pada hari istimewa. Di antara jajan yang selalu ada disebut Pelemeng dan Poteng. Bila datang bersilaturrahmi kewarga - Pelemeng dan Poteng yang terdepan untuk disuguhkan. Pelemeng yang terbuat dari ketan rasanya gurih dan kenyal sedangkan Poteng terasa manis dan berair. Saat dimakan, akan bertemu rasa gurih dan manis dimulut. Dua jenis jajan tradisional masyarakat Sasak ini cukup mengenyangkan kalau dimakan.   Pelemeng terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Membuat Pelemeng, daun pisang yang dipakai sengaja dipilih yang ukuran diameternya besar dan panjang. Daun pisang dijemur terlebih dahulu sebelum dibentuk ...

Honor Kejuatan SUARA NTB

Bukan kali ini saja saya mendapatkan honor menulis dari koran SUARA NTB . Sudah sering. Kurang lebih sudah 14 kali selama dua tahun. Walau nilainya tidak begitu besar tapi honor kali ini agak supraze. Datang secara tiba-tiba. Tak dipikirkan dan tidak disangka-sangka. Masuk dalam kategori, ma khaisu la yahtasif. Dan letak nilainya bukan dibesar kecil angkanya tapi dikejutannya. Ceritanya begini. Kamis siang itu saya mampir ke ATM BNI Cabang Mataram. Saya bermaksud ingin mengambil uang untuk membayar premi asuransi yang biasa saya bayar 3 bulan sekali. Ketika mengecek saldo direkening, saya heran kok ada tambahan uang masuk dalam rekening tersebut. Saya penasaran, siapa kira-kira yang mengirim? Jangan-jangan ada orang salah transper sehingga saldo saya bertambah sekian ratus ribu? Biasanya kalau yang tranper pasti ada pemberitahuan. Sekian menit berpikir, belum ketemu juga jawabannya. Saya lalu memutuskan untuk mengambil uang tunai sesuai yang saya butuh. Salah satu edisi Harian...

Kisah Dua PNS Muda

Di tengah isu munculnya pemberitaan rekening gendut Pegawai Negeri Sipil (PNS) muda, saya tiba-tiba ingat dua orang teman yang menjadi PNS. Keduanya masih tergolong muda. Kisaran usia dibawah 35 tahun. Mereka berasal dari kabupaten yang berbeda dan pernah menjadi aktivis mahasiswa. Saya megamati kedua teman ini akan memiliki ‘masa depan’ yang berbeda dibirokrasi dimasa yang akan datang. Ini saya lihat dari cara mereka memposisikan diri sebagai PNS. Teman pertama cendrung pragmatis dan yang kedua cendrung idealis. Dengan demikian bisa ditebak, cara berpikir dan bertindaknya tentu sangat berbeda termasuk pendapatannya. Teman pertama jauh-jauh hari punya planing untuk menduduki posisi tertentu dipemerintahan. Entah bagaimana caranya, itu urusan nanti. Sejak mahasiswa ia sangat aktif menjadi tim sukses. Kegemarannya menjadi tim sukses itu ia geluti sampai sekarang. Walau aturan melarangnya. Ia paham betul, salah satu rumus cepat naik pangkat itu - menjadi tim sukses. Tidak heran...