Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

‘Madrasah Tua yang Meranggas’ di Zaman Distrupt

Pesantren dan madrasah bagi saya tak ubahnya sebuah pohon. Ada pohon yang batangnya besar, tua, buahnya melimpah dan daunnya rindang. Pohon itu menjadi tempat berteduh oleh banyak orang (ummat). Manis buahnya bukan saja bisa dirasakan namun telah dinikmati oleh banyak orang. Bibit dan buahnya tumbuh dimana-mana. Tidak cukup dengan itu - batangnya dicangkok untuk ditanam ditempat lain. Kedua lembaga pendidikan ini telah teruji melahirkan para alumni yang menjadi pemimpin bangsa, ulama, tokoh agama, kyai, tuan guru dan ustazd. Para alumninya lalu membuka pengajian, mendirikan berbagai lembaga pendidikan atau pesantren baru ditempatnya. Contoh yang paling dekat, bagaimana pesantren-pesantren Nahdlatul Ulama (NU) di Lombok mampu melahirkan ribuan kader ahli-ahli agama dan tokoh masyarakat. Tak ubahnya sebatang pohon, tidak sedikit pesantren (madrasah) di Lombok sudah mulai meranggas. Pohonya makin tua, batangnya mulai mengeropos dan terkelupas. Ia tidak kuat lagi diterpa hembusan a

Semangat Santri Sirajul Huda Membaca Untuk Menulis

Ahad (4/3) lalu saya diundang kembali membagi pengalaman, kiat dan motivasi menulis bagi santri-santri Ponpes Sirajul Huda , Paok Dandak, Desa Durian, Kecamatan Janapria, Lombok Tengah. Selain karena pengundangnya Ahmad Jumaili, hal lain yang membuat saya semangat datang kesana karena tema dan tempatnya. Temannya cukup menarek, ”Melejitkan Potensi Diri : Membaca untuk Menulis” . Apa itu membaca dan menulis ? bagaimana pengertian membaca dan menulis yang mudah, tidak ribet dengan definisi panjang ? Bagaimana sih membaca yang menghasilkan tulisan ? Apa yang dilakukan orang setelah membaca akan bisa menghasilkan tulisan ? Pertenyaan-pertanyaan itu yang menuntun saya dating kesana. Tentu saja tak lupa juga dibahas kiat-kiat mengusir rasa ngantuk, bosan, males ketika membaca dan menulis. Bagi saya membaca dan menulis itu dua paket yang saling melengkapi. Ibarat dua keping mata uang logam. Membaca akan jauh lebih bermakna manakala hasil bacaan kita ditulis. Tentu yang saya maksud disini bu

Bertradisi Ditengah Serangan

Bila ingin tahu berbagai tradisi keagamaan khususnya Islam, datanglah kekampung-kampung di Lombok.Tradisi ini bukan saja lahir dari spirit agama untuk memperkuat silaturrahmi, gotong royong tapi lebih besar dari itu bagian dari strategi integrasi sosial. Coba bayangkan sebuah kampung, desa atau kota tidak punya tradisi keagamaan - maka tak ubahnya warganya seperti robot yang melakukan sesuatu berdasarkan perintah semata. Di kota-kota tradisi keagamaan sudah mulai berkurang bahkan langka. Selain karena persaingan antar individu yang sangat ketat.Namun juga asal usul warganya yang berlatar agama, etnis dan budaya yang berbeda-beda. Mayoritas antar warga tak memiliki garis nasab keluarga. Di Lombok berbagai macam tradisi lahir dan berkembang di masyarakat. Mulai dari alam rahim sampai alam kubur dirayakan. Tradisi usia bayi sekian bulan dalam perut, ngurisan (syukuran dan memberi nama), begawe sunatan kalau laki, bagawe kawin, srakalan bagi yang berangkat haji, tahlilan (yasinan, d

Beratnya Istiqomah

Dr.TGH.Muallip, M.Pd Pengajian dan kajian Islam pagi Ahad (18/2) ini isi dan dipimpin oleh bapak Dr.TGH.Mualif, M.Pd.I, Pengasuh Ponpes Putri Al Halimy, Gunung Sari, Lombok Barat. Selain berkhitmah di Nahdlatul Ulama (NU) NTB, beliau juga pernah menjabat Kepala Kementrian Agama Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Utara (KLU). Materi pengajian dan kajian Islam HIDAYATUDDARAIN hari ini tentang Istiqomah. Ya, istiqomah. Menyebut kata ini gampang dan mudah. Kalimat ini pun hampir setiap hari kita ucapkan dan tulis dalam berbagai dialog atau komunikasi dengan orang lain. Tapi dalam praktiknya tidak mudah. Hanya panggilan hati dan iman yang bisa menggerakkan. Tentu saja istiqomah yang kita maksud istiqomah menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Salain itu juga berbuatan-perbuatan baik yang memberi manfaat bagi manusia dan mahluk hidup sejagad raya. Kita sering lupa, ganjaran terhadap perbuatan baik, sunnah dan wajib - ganjarannya berlipat ganda. Bonusnya besar. Karena beratnya itulah

Reques Do'a Tuan Guru

TGH.Muallip sedang membacakan do'a untuk mengobati seorang anak jamaah yang belum bisa berjalan. USAI pengajian, berdo'a dan salam-salaman - biasanya para jamaah pengajian Hidayatuddarain langsung pulang. Tadi seorang ibu tidak langsung pulang. Ia menggendong seorang anak laki-laki yang sudah hampir 2 tahun belum bisa jalan. Ia juga memegang air botol tanggung. Ia minta TGH.Muallip, Pengasuh Ponpes Al Halimy, Gunung Sari untuk mendoakan anak laki yang dibawanya. "Endeng do'a tuan guru. Niki wah gin dua tahun laguk ndekman tao lampak" ucapnya. Saya tanya apakah anak laki yang dibawa cucunya. Ternyata bukan, tapi anak saudaranya alias ponaannya. Sudah hampir 2 tahun usianyanya katanya tapi belum bisa jalan. Ya, saya lihat memang anak laki yang digendong itu kakinya terlihat lemas. Tak lama setelah itu, TGH. Muallip pun membacakan air yang dibawa itu do'a-do'a penyembuh. Ya begitu lah saudara-saudara. Selesai mengisi pengajian yang diisi para tuan g