Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2011

Menggaet Wisatawan dengan Novel

UNTUK mengundang wisatawan berkunjung ke NTB, pemerintah daerah telah mengeluarkan ongkos yang tidak kecil. Milyaran rupiah uang rakyat dibelanjakan tiap tahun untuk melakukan promosi dan melakukan berbagai macam event pariwisata. Bagaimana dampaknya, silahkan pembaca yang menilainya. Mengelola industri pariwisata memang tidak mudah. Ini bukan semata karena persaingan di industri ini yang sangat ketat, tapi juga kebutuhan dan selera masyarakat modern akan pelayanan pariwisata juga terus berubah. Apalagi industri pariwisata tidak cukup hanya menjual keindahan alam saja, tapi perlu ditunjang oleh sarana yang memadai, lingkungan yang nyaman sehingga mampu menghadirkan ketenangan bagi wisatawan. Menggaet wisatawan datang ke daerah tidak mesti menggunakan dana besar. Yang dibutuhkan justru cara-cara promosi kreatif. Salah satunya dengan menulis novel yang berkisah tentang daerah tersebut. Pendekatan ini sering tidak terpikirkan dan direncanakan oleh pelaku pariwisata. Padahal di bebe

TGB Makin PD

Bagi saya selalu menarek mengulas dan membincang seorang tokoh. Apakah itu tentang kiprah, pikiran atau pola kepemimpinannya. Bagaimana pun pikiran atau kepemimpinannya seorang sering kali akan berpengaruh kepada masyarakat. Dan membincang tokoh itu bukan gosif yang tidak memiliki makna apa-apa. Hal itu malah sangat positif bagi masyarakat sehingga ia bisa melihat pemimpinnya dari berbagai macam sudut pandang. Demikian pula halnya dengan tuan guru bajang (TGB). Hemat saya yang menonjol dari sosok TGB adalah kepemimpinannya bukan pemikirannya. Karena itu kita jarang mendegar gagasan dan pemikiran progresif TGB tentang satu masalah. Corak pemikirannya tidak jauh beda dengan tokoh-tokoh lain. Namun sosoknya yang berangkat dari lingkungan darah biru Nahdlatul Wathan (NW), - pimpinan Ormas terbesar di NTB yang terjun kedunia politik –maka sosoknya menarik untuk diulas. Selaku pimpinan umat dan pejabat publik, tuan TGB sudah menjadi ‘teks terbuka’. Ia bisa ditafsirkan oleh siapa saja