Dua koran lokal yang terbit di Mataram |
Baginya, media yang tidak memberikan honor kepada penulis adalah media yang tidak menghargai penulis. Media yang tidak menghargai karya intelektual. Media seperti itu tentu tidak akan punya hubungan yang baik dengan penulis. Padahal kalau media tersebut mau, tak akan mengurangi pendapatan iklannya yang ber-milyar-milyar pertahun.
Pihak lain mengatakan, menerbitkan tulisan penulis adalah salah satu bentuk penghargaan. Dengan karya tulis diterbitkan, si penulis akan mendapatkan publikasi luas nan gratis. Namanya dikenal, karyanya dibaca dan imag (citra) sebagai orang kompeten dan punya perhatian terhadap tema yang tulis itu diketahui publik secara luas. Dan tentu buah pukirannya bisa menginspirasi orang banyak.
Bukankah tulisan yang diterbitkan itu akan memberukan dampak bagi penulisnya - dengan begitu tidak perlu harus menuntut honor atau penghargaan lebih dari pengelola media. Penulis mesti bersyukur saja sama kehadiran media yang sudah berkenan menerbitkan. Kalau dikirim kemedia lain belum tentu bisa terbit bahkan sangat sulit untuk tembus dan bersaing dengan penulis - penulis top.
Kedua alasan diatas tentu punya alasan dan argument sendiri. Dan sejatinya, dua alasan itu bisa diterima dan bisa ditolak namun keduanya bisa diakomodir sehingga tidak perlu ada yang merasa dirugikan atau keuntungannya jadi berkurang.
Maka pertanyaan yang perlu dijawab, apakah penulis yang butuh media atau media yang butuh penulis ? Dengan pertanyaan ini kita akan tahu penulis seperti apa saja yang ada dan media seperti apa yang memberikan ruang menulis.
Kalau ruang opini, artikel atau cerpen itu sebuah 'ruang pertemuan' yang dikelola oleh perusahaan bisa diisi dan dimanfaatkan oleh siapa saja - apakah kita harus membayar atau tidak bila memanfaatkannya.
Kalau penulis yang butuh media tentu ia akan mencari media-media yang bisa memfasilitasi hasrat menulisnya dengan memberikan honor yang pantas. Walau itu medianya terbit ditempat jauh. Ia tidak akan mau memberikan tulisannya kepada media yang tidak menghargai penulis. Dampaknya, tulisan-tulisannya itu pun tidak bisa dibaca dan dinikmati cepat oleh pembaca dimana ia berasal.
Kalau media yang butuh penulis, maka saya yakin media itu akan mencari dan mengundang para penulis yang karya dan tulisan berbobot. Dengan begitu pengelola media tersebut siap memmberikan honor yang pantas dan layak bagi penulis berdasarkan karya serta jam terbangnya. Kalau saja mengundang melalui email atau pengumuman itu namanya menunggu tulisan siapa saja dengan kuwalitas apa saja yang masuk.
Maka kalau kita ingin menggairahkan budaya literasi dan meramaikan dunia dengan karya-karya penulis yang bermutu melalui media ditingkat lokal - saya rasa penulis dan media memang harusnya mengerti posisi dan kepentingan masing-masing. Kalau sama-sama mengerti, barulah bisa bersama-sama merumuskan dan berkonspirasi membangkitkan budaya literasi ditingkat lokal. []
Komentar
Posting Komentar