Langsung ke konten utama

Tiga Sahabat Beda Jalan

tiga sahabat beda jalan, kenangan, kampus, pers mahasiswa, STAIN Mataram,
Foto bersama usai pelatihan menulis di MA NW Kembang Kerang, Lombok Timur

Kita dulu duduk dibangku kuliah yang sama. Walau berbeda tingkatan dan jurusan–kita kemudian menjelma menjadi rangkaian sahabat yang tidak pernah saling kenal sebelumnya. Waktu terus berjalan. Hari berganti. Minggu beranjak. Bulan bergerak. Tahun berganti. Masing – masing kita menyusuri langkah kaki kearah yang berbeda.

Ada yang bekerja di Non Goverment Organisasion (NGO). Ada yang melanjutkan estapet pengelola pondok pesantren. Dan ada yang menapak karir sebagai guru pegawai negeri sipil (PNS). Pada hal sebelumnya kita tidak pernah meramal –akan seperti apa kita setelah itu.

Dulu kita penikmat diskusi, seminar, pelatihan dan berbagai jenis bacaan. Dari yang dikatakan orang bacaan kiri –kanan. Semuanya coba kita lahap. Kita tidak peduli dampak setelah membacanya - yang penting rasanya. Dulu kita doyan demonstrasi, sekarang sudah repot mencari nasi. Dulu kita suka begadang, sekarang sudah bisa berdagang.

Dulu kita sering bahas cewek ‘idola kampus’, sekarang sudah punya istri dan anak. Suka mencoba hal-hal baru –sekarang sering hati-hati dan rada takut mencoba. Otak kita selalu menuntun, plus minusnya untuk bertindak.

Saya masih ingat ketika salah seorang kita suka merusak komputer organisasi untuk belajar. Komputer organisasi dipakai praktek. Dampaknya, urusan penerbitan menjadi molor karena komputer rusak. Buletin tidak terbit. Manfaatnya, ia selalu kita andalkan untuk urusan komputer. Ada yang sering datang kesekretariat membawa opini-nya supaya diterbitkan di Buletin Eg@liter. Ia percaya diri  pada hal edisi sebelumnya tulisannya juga naik. Ia lebih semangat menulis ketimbang anggota LPM RO’YUNA.

Kini, kita ibarat tiga imam mazhab yang berbeda. Kisah hidup kita tidah ubahnya “qaul qodim dan qaum jadid”. Bukan hanya pendapat orang lain tentang kita yang beda –pendapatan pun berbeda. Nampak berbeda memang tapi hasil hari ini buah dari yang kita tanam dahulu.

Masa lalu memang hanya bisa dikenang dan diceritakan. Masa depan mesti dirumuskan dan diperjuangkan. Dulu kita masih beum tahu, bagaimana mengemas mimpi. Bagaimana mimpi harus dirumuskan dan diperjuangkan. Kita mengalir saja mengikuti arus yang bergerak disekitar kita.

Sekarang kita sudah sadar, kita lah yang harus merancang dan menciptakan arus sehingga kita sampai pada muara yang kita mimpikan. Kini saatnya kita berbuat untuk berkontribusi kepada peradaban.

Hidup memang terdiri dari dua rangkaian saja ; masa lalu dan masa depan. Masa lalu untuk kita kenang – untuk bahan belajar. Masa depan untuk kita raih dan kendalikan. Peran kita memang berbeda-beda. ada yang sebagai pencerita dan penutur – ada juga yang diceritakan dan dituturkan.

Semoga kita tetap bisa bersinergi dan berkolaborasi untuk melahirkan cerita-cerita bermakna yang layak dituturkan kepada generasi yang akan datang. Pertemuan yang lalu adalah permulaan yang tepat. Keluarga dan masyarakat menanti kita menjadi pribadi-pribadi hebat. []

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Legit dan Gurih Pelemeng Campur Poteng

Pelemeng dan Poteng, pasangan serasi untuk disantap bersamaan dikala silaturrahmi hari Lebaran SETIAP kampung di Lombok punya jajan khas yang dibuat khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di Desa Aikmel, Lombok Timur misalnya – beberapa hari menjelang lebaran, kaum ibu sudah sibuk menyiapkan beraneka jenis makanan dan jajan yang akan disajikan pada hari istimewa. Di antara jajan yang selalu ada disebut Pelemeng dan Poteng. Bila datang bersilaturrahmi kewarga - Pelemeng dan Poteng yang terdepan untuk disuguhkan. Pelemeng yang terbuat dari ketan rasanya gurih dan kenyal sedangkan Poteng terasa manis dan berair. Saat dimakan, akan bertemu rasa gurih dan manis dimulut. Dua jenis jajan tradisional masyarakat Sasak ini cukup mengenyangkan kalau dimakan.   Pelemeng terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Membuat Pelemeng, daun pisang yang dipakai sengaja dipilih yang ukuran diameternya besar dan panjang. Daun pisang dijemur terlebih dahulu sebelum dibentuk supaya ti

Kejadian Mestakung Yang Saya Alami

Taman Bunga, Sembalun, Lombok Timur Bagi sebagian orang, apa yang saya alami ini mungkin hal biasa. Lumrah terjadi, sering kita alami dan pernah dialami oleh banyak orang. Saking biasanya, kita tidak tahu bagaimana kejadian itu bisa terjadi. Kita menganggapnya itu kebetulan. Sedang beruntung saja. Pada hal itu bisa dijelaskan secara ilmiah bagaimana Mestakung bekerja. Belakangan saya baru sadar, ternyata banyak kejadian dalam hidup kita bagian dari Mestakung. Beberapa waktu yang lalu saya jatuh sakit sekitar dua bulan lebih. Badan saya lemas, was-was dan tidak konsentrasi. Setelah itu tiba-tiba badan, pinggang, lutut dan pergelangan tangan ikut-ikutan sakit. Sampai ngilu-ngilu. Selera makan jadi tiba-tiba hilang. Beberapa obat tradisional sudah saya coba tapi hasilnya tidak menunjukkan perubahan. Saya pun memutuskan untuk berobat disebuah rumah sakit swasta di Mataram. Siangnya saya minta kepada adek ipar yang bekerja dirumah sakit tersebut untuk mendaftarkan kedokter bagian da

Buah Bile

Penulis bersama seorang teman dengan latar buah bile dihalaman Hotel Mina Tanjung, Lombok Utara. SUDAH lama tidak melihat pohon bile yang berbuah lebat dan besar. Sekarang pohonnya mulai langka, apa lagi yang berbuah besar seperti ini. Bersyukur bisa melihat lagi pohon ini di Mina Tanjung Hotel, KLU. Buah (buaq, Sasak) pohon ini sering kita pakai bermain dulu waktu kecil dikebun dan disawah. Kadang kita tendang-tendang seperti bola. Pohonnya sering kita pakai membuat gasing. Kalau musim gasing, kita sering keliling sawah dan kebun untuk mencari pohon bile yang ukurannya pas untuk membuat gasing. Kita sampai nekad mencuri pohon milik orang yang tumbuh jadi pagar sawah atau kebun orang demi mendapatkan bahan untuk membuat gasing yang bagus. Pohon atau rantingnya bagus jadi bahan membuat gasing karena seratnya bagus dan tidak ada 'hati' seperti pohon yang lain. Di kampung saya Lombok Timur belum pernah saya lihat atau dengar orang memakan buah bile. Tapi didaerah lain di Lomb