Seorang siswi MA NW Alkamal, Kembang Kerang menunjukkan peta mimpi mereka dalam bentuk mind map. |
Kendala seperti itu tentu menjadi ‘hantu’ yang menakutkan bagi penulis pemula. Untuk itu perlu diperkenalkan berbagai cara atau pendekatan kreatif yang bisa merangsang dan menumbuhkan semangat menulis.Mungkin saja salah satu cara itu cocok dan bisa digunakan untuk menggali berbagai bahan tulisan yang sebenarnya sudah ada pada diri setiap orang. Saya sendiri percaya, bahwa semua orang memiliki bahan yang melimpah untuk ditulis dan dikeluarkan menjadi cerita dan inspirasi menarek.
Pengalaman, penglihatan, hasil bacaan dan analisa dalam melihat sesuatu adalah bahan tulisan yang tidak ada habisnya untuk ditulis. Setiap hari kita mendengar, melihat dan memikirkan berbagai kejadian – baik itu yang terjadi pada masa lalu maupun masa kini bisa menjadi menu-menu tulisan yang bisa diracik menjadi bacaan yang enak dibaca oleh orang lain. Apa lagi jagad media sosial saat ini bisa menjadi viral-viral menyebar karya kita untuk dibaca oleh seluruh penghuni bumi ini.
Contoh mind map yang berisi mimpi anggota LPM RO'YUNA IAIN Mataram |
Bagi penulis pemula, writer block tak ubahnya penyakit kronis yang bisa membunuh semangat menulis. Untuk itu mind map bisa menjadi obat untuk mengatasi penyakit tersebut. Apa lagi mind map juga berguna untuk mengecek, apakah ketika menulis kita sudah siap bahan yang ingin kita menulis. Bukankah kemacetan dalam menulis sering sekali terjadi karena ketidaksediaan bahan yang memadai untuk ditulis. Kalau semangat saja yang ada tanpa kesiapan bahan maka kemacetan menulis akan selalu muncul. Bila keputusasaan hadir, ujung-ujungnya berhenti menulis.
Di negara-negara maju mind map sudah lama dipakai oleh banyak orang untuk berbagai kepentingan. Umumnya mind map dipakai untuk meringkas catatan, bahan presentasi, merancang bisnis atau proyek dalam skala besar. Dan yang tidak kalah pentingnya, mind map sangat berguna untuk melatih pengguanaan otak kanan dan otak kiri secara bersamaan. Tanpa kita sadari, kita lebih sering menggunakan otak kiri ketimbang otak kanan. Akibatnya, kita selalu menghitung segala sesuatu secara logika. Untung rugi, plus minus. Kalau menguntungkan secara logika kita kerjakan, kalau tidak kita tidak mau.
Pada hal diluar logika terdapat emosi, semangat, gairah dan pengalaman sehari-hari yang sangat kaya yang bisa menjadi bahan utama tulisan-tulisan kita. Hal itu tentu tumbuh dari otak kanan. Kalau saja otak kanan kita libatkan ketika menulis, maka emosi, gairah dan pengalaman sehari-hari yang inspiratif bisa kita masukkan (libatkan) dalam tulisan-tulisan kita. Itu lah yang menyenbabkan tulisan menjadi kering tanpa sentuhan personal.
Kita lebih sering menggunakan logika kita dalam menulis. Ketika tulisan kita anggap kurang logis, kita pun berhenti menulis. Kadang sebelum menulis kita sering bertanya pada diri sendiri, apakah tulisan saya bagus dan disukai oleh orang ? kalau tidak untuk apa menulis. Dampaknya kita sangat hati-hati dan ragu-ragu untuk menulis. Bila terbiasa menulis itu seperti berbicara didepan orang banyak. Coba saja perhatian orang yang berbicara didepan orang banyak, bicaranya bukan hanya panjang tapi juga terstruktur dan menyentuh persoalan. Tulisan yang baik tentu bukan hanya panjang pendeknya tapi pesan yang ingin disampaikan mudah dimengerti dan dipahami pembaca.
Hampir semua pelatihan yang saya berikan – saya menemukan sebagian besar peserta belum pernah mendengar istilah mind map. Pada hal mind map sudah ditemukan oleh pakar kreativitas dan otak Tony Buzan sejak 1970. Ia menciptakan mind map setelah muncul pertanyaan dalam dirinya, “Bisakah kreativitas manusia ditingkatkan? Ia lalu mulai meneliti dan mengkaji dari mana datangnya sebuah kreativitas. Setelah sekian lama mengkaji dan meneliti ternyata kreativitas muncul dari otak. Otak pun terbagi menjadi dua yaitu otak kanan dan otak kiri. Setelah paham pola kerja otak, lahirlah konsep mind map yang mengadopsi model sel-sel otak dalam menyimpan informasi. Mind map sebuah cara paling mudah dan praktis mengurai dan memetakan pikiran sampai batas yang tak tertingga.
Tony Buzan dengan mind map |
Saya sendiri pertama kali menggunakan metode mind map ketika menyiapkan materi menulis bebas. Mulanya saya menyiapkan materi secara deskriptif atau dalam bentuk power point. Setelah sekian lama saya merasa, kalau berbentuk materi tulisan panjang (deskriftif), bisa berlembar-lembar panjangnya. Begitu juga kalau materi power point, jumlah halamannya tidak jauh beda dengan materi deskriftif. Sangat beda kalau kita buat dengan mind map, kita cukup melihat atau membawa satu halaman, inti sari (pointer) materi sudah tercakup secara detail. Mencatat dan mengingatnya akan jauh lebih mudah. Saat menyiapkan materi tersebut, pikiran saya dipancing untuk menggali bahan presentasi secara dalam dan detail.[]
*Tulisan ini sudah terbit di kolom Literasi - Harian Lombok Post, Minggu 15 November 2015
Komentar
Posting Komentar