Langsung ke konten utama

Merekam Makna Setiap Hari

merekam,mencatat,mengawetkan,makna, buku catatan, harian, pembelajar
Salah satu buku catatan saya yang telah habis saya pakai mencatat
Kita sering menemui dan menangkap makna dalam kehidupan kita dengan orang lain. Makna itu akan segera hilang bersama angin kalau tidak di awetkan. Kebiasaan merekam makna itu adalah kebiasaan seorang pembelajar.

SALAH satu kebiasaan (habbit) baik yang masih saya pertahankan sejak 2015 adalah mencatat dalam satu buku. Dalam buku itu saya mencatat, menggambar dan menguraikan semua aktivitas, ide, gagasan, inspirasi atau apa saja yang saya penting dalam satu buku. Buku itu saya persiapkan untuk mencatat dan merekam berbagai hal yang saya lakukan, alami dan pikirkan setiap hari.

Dengan membuka buku itu, saya dan orang lain akan tahu apa yang saya pikirkan dan lakukan saat itu. Saya juga mencantumkan hari dan tanggal catatan itu saya buat. Itu akan mempermudah saya mengingat berbagai hal yang saya lakukan dan pikirkan dalam rentang waktu tertentu. Bila saya ingin tahu apa yang saya lakukan, kapan dan bagaimana tentu tinggal membuka catatan itu.

Sebelumnya saya mencatat pada banyak kertas atau buku. Apa lagi saya sering sekali mendapatkan buku, bolpoin, map dan tas pada berbagai kegiatan. Kalau kita menghadiri acara, sekarang dihotel-hotel disediakan kertas (block note) untuk menulis dan mencatat. Nah, sering kali block note itu tidak pernah habis saya pakai mencatat.

Setelah saya memutuskan untuk mencatat pada satu buku khusus, block note dan bolpin itu saya simpan dan kumpulkan.Setelah terkumpul banyak lalu saya bagikan kepada anak-anak dikampung atau anak-anak keluarga usia sekolah sebagai oleh-oleh. Saya rasa itu lebih bermanfaat dan memberi makna pada orang lain ketimbang tidak habis terpakai.

Dengan mencatat pada banyak tempat, biasnya membutuhkan tempat untuk menyimpannya. Kalau sudah lama kita lupa telah menulis apa dibuku tersebut. Butuh waktu lama menemukan apa yang pernah kita catat. Menjaga dan merawat banyak buku catatan agar bisa bertahan lama salah satu pekerjaan yang kelihatannya sepele tapi tidak mudah dilakukan.

Walau tidak seratus persen apa yang kita pikir dan lakukan terekam semua dalam satu buku catatan tapi dengan cara itu kita telah berusaha mengikat, mengawetkan dan menyelamatkan berbagai pikiran dan peristiwa yang kita alami. Bisa jadi apa yang kita catat itu menjadi salah satu peristiwa penting dalam hidup kita. Saya sangat yakin, kalau kita konsisten melakukan aktivitas sederhana itu, akan sangat berguna dikemudian hari.

Melalui catatan harian, secara sadar atau tidak kita telah merekam, mencatat, mengawetkan dan menulis sejarah kita sendiri. Lebih-lebih yang kita catat itu bukan saja kejadian, peristiwa yang bisa dilihat dan rasakan secara nyata. Namun kita juga mencatat gagasan, pikiran dan ide yang bisa saja akan terus bermetamorposa secara abstrak mengarahkan hidup kita.Nampaknya ini aktivitas sederhana namun bermakna besar.

Selain buku, saya juga mencatat berbagai hal penting dihandphone saya. Apa lagi handphone sekarang banyak menyediakan fasilitas yang membuat kita bisa mencatat panjang dan bisa diberikan ilustrasi berupa gambar yang sesuai dengan catatan tersebut. Fasilitas ini selain memberikan kita kemudahan untuk mencatat, merekam dan mengawetkan tapi juga bisa kita manfaatkan untuk melatih kelenturan otot-otot kita dalam menulis setiap hari. Every day is writing.

Setiap memberikan pelatihan menulis kreatif, salah satu point penting yang sering saya sampaikan kepada peserta adalah pentingnya kita memiliki satu wadah untuk berlatih menulis. Wadah itu bukan saja tempat berlatih tapi akan menjadi penampung bagi tulisan-tulisan kita. Ibarat ikan, kalau kita tidak memiliki kolam untuk menampung dan membesarkan mana bisa ikan-ikan tersebut bisa hidup dan berkembang. Buku catatan itulah yang selama ini menjadi salah satu wadah penampung tulisan-tulisan saya.

Selain buku catatan, sekarang wadah sebagai tempat untuk menampung tulisan-tulisan kita sangat banyak dan beragam. Kita tinggal memilih, apakah menggunakan blog, website, facebook, twitter, majalah, buletin atau koran. Kita tinggal memilih, mana yang kita suka dan terjangkau dengan kemampuan menulis kita. Saya sendiri pernah melakukan dan merasakan berbagai wadah penampung atau menerbitkan tulisan-tulisan saya.

Setiap orang berlimpah pengalaman, inspirasi dan pelajaran baik yang kita temui sehari-hari. Kan sayang sekali kalau hal itu luput kita catat atau rekam. Dengan mencatat dan merekam pelajaran baik itu, maka kesempatan kita membagikan kepada orang lain sangat besar. Kalau satu pelajaran baik kita bagikan kepada orang lain – lalu bisa menginspirasi banyak orang –itu akan sangat membahagiakan. Kalau yang kita catat setiap hari itu adalah tentang kebaikan, maka lama-lama kita akan menjadi ‘pabrik kebaikan’. Ayo siapa yang mau memiliki pabrik kebaikan ?

Bagi saya mencatat dan merekam adalah aktivitas menyenangkan. Dari mencatat saya sering terpancing untuk berpikir, menganalisa dan membuat point-point penting apa ingin saya sampaikan pada sebuah pertemuan. Di buku catatan saya juga sering menyemai dan mengembangkan menjadi tulisan panjang yang nanti akan saya uraikan dileptop. Dengan catatan dan kebiasaan sederhana itu saya berharap akan lahir ide dan gagasan yang berguna bagi saya dan orang lain. []




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kejadian Mestakung Yang Saya Alami

Taman Bunga, Sembalun, Lombok Timur Bagi sebagian orang, apa yang saya alami ini mungkin hal biasa. Lumrah terjadi, sering kita alami dan pernah dialami oleh banyak orang. Saking biasanya, kita tidak tahu bagaimana kejadian itu bisa terjadi. Kita menganggapnya itu kebetulan. Sedang beruntung saja. Pada hal itu bisa dijelaskan secara ilmiah bagaimana Mestakung bekerja. Belakangan saya baru sadar, ternyata banyak kejadian dalam hidup kita bagian dari Mestakung. Beberapa waktu yang lalu saya jatuh sakit sekitar dua bulan lebih. Badan saya lemas, was-was dan tidak konsentrasi. Setelah itu tiba-tiba badan, pinggang, lutut dan pergelangan tangan ikut-ikutan sakit. Sampai ngilu-ngilu. Selera makan jadi tiba-tiba hilang. Beberapa obat tradisional sudah saya coba tapi hasilnya tidak menunjukkan perubahan. Saya pun memutuskan untuk berobat disebuah rumah sakit swasta di Mataram. Siangnya saya minta kepada adek ipar yang bekerja dirumah sakit tersebut untuk mendaftarkan kedokter bagian da

Buah Bile

Penulis bersama seorang teman dengan latar buah bile dihalaman Hotel Mina Tanjung, Lombok Utara. SUDAH lama tidak melihat pohon bile yang berbuah lebat dan besar. Sekarang pohonnya mulai langka, apa lagi yang berbuah besar seperti ini. Bersyukur bisa melihat lagi pohon ini di Mina Tanjung Hotel, KLU. Buah (buaq, Sasak) pohon ini sering kita pakai bermain dulu waktu kecil dikebun dan disawah. Kadang kita tendang-tendang seperti bola. Pohonnya sering kita pakai membuat gasing. Kalau musim gasing, kita sering keliling sawah dan kebun untuk mencari pohon bile yang ukurannya pas untuk membuat gasing. Kita sampai nekad mencuri pohon milik orang yang tumbuh jadi pagar sawah atau kebun orang demi mendapatkan bahan untuk membuat gasing yang bagus. Pohon atau rantingnya bagus jadi bahan membuat gasing karena seratnya bagus dan tidak ada 'hati' seperti pohon yang lain. Di kampung saya Lombok Timur belum pernah saya lihat atau dengar orang memakan buah bile. Tapi didaerah lain di Lomb

Legit dan Gurih Pelemeng Campur Poteng

Pelemeng dan Poteng, pasangan serasi untuk disantap bersamaan dikala silaturrahmi hari Lebaran SETIAP kampung di Lombok punya jajan khas yang dibuat khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di Desa Aikmel, Lombok Timur misalnya – beberapa hari menjelang lebaran, kaum ibu sudah sibuk menyiapkan beraneka jenis makanan dan jajan yang akan disajikan pada hari istimewa. Di antara jajan yang selalu ada disebut Pelemeng dan Poteng. Bila datang bersilaturrahmi kewarga - Pelemeng dan Poteng yang terdepan untuk disuguhkan. Pelemeng yang terbuat dari ketan rasanya gurih dan kenyal sedangkan Poteng terasa manis dan berair. Saat dimakan, akan bertemu rasa gurih dan manis dimulut. Dua jenis jajan tradisional masyarakat Sasak ini cukup mengenyangkan kalau dimakan.   Pelemeng terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Membuat Pelemeng, daun pisang yang dipakai sengaja dipilih yang ukuran diameternya besar dan panjang. Daun pisang dijemur terlebih dahulu sebelum dibentuk supaya ti