Langsung ke konten utama

Menyerap atau Diserap ?


Ketika seseorang mencoba mendominasikan pembicaraan dari lawan bicaranya tanpa ia sadari sedang menutup kesempatan baginya untuk menyerap banyak informasi dan pengetahuan baru dari lawan bicaranya. 

Saya selalu semangat kalau janjian bertemu dengan teman-teman lama termasuk yang baru kenal. Saya percaya banyak informasi baru yang bisa diserap dari pertemuan tersebut. Dari pertemuan-pertemuan itu kerap kali saya mendapatkan informasi dan pengetahuan yang tidak umum bahkan rahasia. Informasi yang tidak bisa diperoleh melalui buku, koran, tv atau saluran-saluran informasi lainnya. Karena itu setiap kali ada teman dari luar daerah datang ke Lombok tapi tidak jadi bertemu dengan berbagai sebab – selain ada perasaan tidak enak dan menyesal. Saya rasa banyak teman-teman yang lain juga mengalami hal yang sama.

Dalam konteks komunikasi sebenarnya, bertemunya dua orang atau lebih individu dalam sebuah pertemuan selain akan menyebabkan komunikasi kedua belah pihak atau lebih tanpa kita sadari sebenarnya akan terjadi tukar menukar informasi dari kedua belah pihak. Si A akan memberi informasi kepada di si B, si C atau si D.

Setelah pertemuan itu bisa jadi, sering kali tanpa diniatkan berbagai informasi yang didapatkan itu akan dibagi dan disebarkan kepada orang lain. Si A akan menyebarkan kepada si E, si B akan membaginya kepada kawannya si F, begitu seterusnya. Media penyebarannya pun kini semakin beragam dan cepat. Itulah yang kini disebut orang pola informasi secara viral atau berantai.

Ketika kita bertemu dan berbicara dengan seorang teman, sahabat atau orang lain sebenarnya terjadi proses menyerap atau diserap. Kita bisa secara sadar memilih posisi diserap atau menyerap -bisa juga memilih keduanya. Ketika kita memposisikan diri kita sebagai penyerap maka mestinya kita harus banyak mendengar dan memperhatikan lawan kita bicara. Menggali dan mendapatkan pengetahuan baru dari orang lain.

Selaku penyerap, kita juga mesti pandai melontar pertanyaan-pertanyaan yang bisa memancing teman bicara untuk mengeluarkan berbagai informasi atau pengetahuan baru yang ia miliki. Dari pertanyaan itu akan tergambar mana pertanyaan serius dan mana yang tidak. Mana kawan bicara yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, mana yang tidak. Dari gerak dan mimik tubuh akan terlihat mana pendengar yang ingin banyak banyak mendengar dan mana yang ingin banyak didengar.

Kadang sering kali merasa lebih pintar dari orang luar tentang daerah kita. Pada hal sekarang banyak orang mempelajari terlebih dahulu sebelum mendatangi sebuah daerah. Dengan memanfaatkan kemudahan mengakses berbagai informasi – orang luar akan lebih mudah memetakan dan merumuskan sebuah permasalahan sebelum ia mendatanginya. Dan bisa jadi kedatangannya bukan hanya untuk menggali data-data baru tapi justru hanya mengecek apakah informasi yang telah dirumuskan itu benar atau tidak.

Dengan metode dan analisis yang mereka punyai, bisa jadi mereka lebih menguasai masalah ketimbang kita orang daerah. Dengan begitu, tidak terlalu berguna bila kita terlalu banyak bicara dengan mereka.Kecuali mereka memang meminta kita untuk bicara lebih banyak. Justru dengan kita banyak bicara malah menunjukkan kelemahan kita yang kurang menguasai masalah daerah kita.Dengan banyak berbicara, sesungguhnya kita akan kehilangan kesempatan untuk menyerap pengetahuan dan hal-hal baru dari mereka. Kita tentu tidak ingin rugi secara waktu tapi juga kesempatan untuk menyerap informasi dan pengetahuan baru dari orang lain.

Pilihannya ada pada kita menyerap atau diserap. Bila kita memposisikan diri secara sadar sebagai penyerap maka kita mesti siap menjadi pendengar yang baik. Kita harus menahan diri untuk berusaha mendominasi pembicaraan. Sebaleknya selaku yang diserap kita yang lebih banyak bicara, lalu lawan bicara kita yang menyerap dan menggali banyak informasi dari kita. Kelemahan kita sebagai yang diserap, kita tidak akan memiliki kesempatan yang menyerap informasi, pengetahuan baru dari mereka.

Bertemu dengan lawan bicara yang memiliki pengalaman, jaringan serta pengetahuan yang adalah sebuah keberuntungan. Akan semakin rugi lagi kalau kita yang lebih banyak bicara ketimbang mereka walau pun kita meresa sangat menguasai berbagai informasi yang ditanyakan kepada kita. Kalau kita cerdik melihat situasi, tentu kita tidak menyia-nyiakan kesempatan bersama mereka untuk menggali berbagai hal baru dari tamu kita.

Yang sulit bagi saya bukan kebiasaan untuk lebih banyak mendengar tapi strategi yang dapat membuat lawan bicara itu untuk bersedia membagi pengetahuannya kepada kita. Jangan sampai dengan pertanyaan kita, mereka akan terganggu atau konsentrasinya untuk mengetahui sesuatu dari kita akan terganggu juga.[]




Komentar

  1. kelinci99
    Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
    HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
    NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
    Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
    Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
    segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
    yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
    yukk daftar di www.kelinci99.casino

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Legit dan Gurih Pelemeng Campur Poteng

Pelemeng dan Poteng, pasangan serasi untuk disantap bersamaan dikala silaturrahmi hari Lebaran SETIAP kampung di Lombok punya jajan khas yang dibuat khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di Desa Aikmel, Lombok Timur misalnya – beberapa hari menjelang lebaran, kaum ibu sudah sibuk menyiapkan beraneka jenis makanan dan jajan yang akan disajikan pada hari istimewa. Di antara jajan yang selalu ada disebut Pelemeng dan Poteng. Bila datang bersilaturrahmi kewarga - Pelemeng dan Poteng yang terdepan untuk disuguhkan. Pelemeng yang terbuat dari ketan rasanya gurih dan kenyal sedangkan Poteng terasa manis dan berair. Saat dimakan, akan bertemu rasa gurih dan manis dimulut. Dua jenis jajan tradisional masyarakat Sasak ini cukup mengenyangkan kalau dimakan.   Pelemeng terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Membuat Pelemeng, daun pisang yang dipakai sengaja dipilih yang ukuran diameternya besar dan panjang. Daun pisang dijemur terlebih dahulu sebelum dibentuk supaya ti

Kejadian Mestakung Yang Saya Alami

Taman Bunga, Sembalun, Lombok Timur Bagi sebagian orang, apa yang saya alami ini mungkin hal biasa. Lumrah terjadi, sering kita alami dan pernah dialami oleh banyak orang. Saking biasanya, kita tidak tahu bagaimana kejadian itu bisa terjadi. Kita menganggapnya itu kebetulan. Sedang beruntung saja. Pada hal itu bisa dijelaskan secara ilmiah bagaimana Mestakung bekerja. Belakangan saya baru sadar, ternyata banyak kejadian dalam hidup kita bagian dari Mestakung. Beberapa waktu yang lalu saya jatuh sakit sekitar dua bulan lebih. Badan saya lemas, was-was dan tidak konsentrasi. Setelah itu tiba-tiba badan, pinggang, lutut dan pergelangan tangan ikut-ikutan sakit. Sampai ngilu-ngilu. Selera makan jadi tiba-tiba hilang. Beberapa obat tradisional sudah saya coba tapi hasilnya tidak menunjukkan perubahan. Saya pun memutuskan untuk berobat disebuah rumah sakit swasta di Mataram. Siangnya saya minta kepada adek ipar yang bekerja dirumah sakit tersebut untuk mendaftarkan kedokter bagian da

Buah Bile

Penulis bersama seorang teman dengan latar buah bile dihalaman Hotel Mina Tanjung, Lombok Utara. SUDAH lama tidak melihat pohon bile yang berbuah lebat dan besar. Sekarang pohonnya mulai langka, apa lagi yang berbuah besar seperti ini. Bersyukur bisa melihat lagi pohon ini di Mina Tanjung Hotel, KLU. Buah (buaq, Sasak) pohon ini sering kita pakai bermain dulu waktu kecil dikebun dan disawah. Kadang kita tendang-tendang seperti bola. Pohonnya sering kita pakai membuat gasing. Kalau musim gasing, kita sering keliling sawah dan kebun untuk mencari pohon bile yang ukurannya pas untuk membuat gasing. Kita sampai nekad mencuri pohon milik orang yang tumbuh jadi pagar sawah atau kebun orang demi mendapatkan bahan untuk membuat gasing yang bagus. Pohon atau rantingnya bagus jadi bahan membuat gasing karena seratnya bagus dan tidak ada 'hati' seperti pohon yang lain. Di kampung saya Lombok Timur belum pernah saya lihat atau dengar orang memakan buah bile. Tapi didaerah lain di Lomb