Ahad, (22/1) lalu saya memposting tulisan, "Keinginan Makan Durian yang Menjadi Realita" di halaman Facebook ini. Tulisan itu lalu saya bagi digroup WA alumni organisasi kampus yang mana saya pernah menjadi ketuanya. Itu group yang memang dihajatkan sebagai ruang silaturahmi dan berbagai informasi dengan para alumi.
Tak lama setelah itu seorang teman anggota group merespon dan menanggapi tulisan tersebut. Ia bercerita akan kejadian yang ia pikirkan lalu terjadi pada anaknya. Apa yang ia pikirkan benar-benar menjadi realita. Saya masukkan cerita lengkap seperti yang ia tulis digroup.
"Dua hari kemarin saya mau akali mantan pacar (istri), agar cepat pulang ngajar. Dengan dalih anak jatuh...Kemarin sore, saya temani anak main sambil saya tuntaskan pekerjaan dileptop. Di hari yang sama, saya masih kepikiran mau telpon istri, anak jatuh agar cepat pulang. Tak ada angin tak ada hujan. Anak kami pun jatuh dari sepeda sampai kepalanya luka berdarah. Luar biasa kekuatan pikiran ini kak @YusufTantowi. Kapok saya... " tuturnya.
Saya lalu jawab, "Di bayar kess apa yang ada dipikiran mu ya"
Untuk memperkuat bukti, ia juga mengirimkan foto anak keduanya yang mengalami kejadian itu. Nampak dikepalanya ada bekas luka yang sudah mulai mengering berwarna hitam.
"Kekuatan pikiran ini berbahaya. Kapok saya mikir yang ngak-ngak sekarang. Lebih baik yang positif aja" jelasnya.
Saya juga tanya, apakah ia sudah menceritakan kronologi kejadian yang menimpa anaknya ke istrinya.
"Ngak pernah kak Cup" jawabnya.
Ia mengaku tidak berani cerita karena takut istrinya akan marah. Kalau istrinya tahu bahwa penyebab (yang menarek) peristiwa anaknya jatuh dari sepeda sampai kepala luka dan berdarah itu sebenarnya buah dari pikiran nakalnya agar istrinya segera pulang. Ia mungkin jenuh dan capek menjaga dua anak laki-laki yang masih kecil-kecil.
Pelajaran apa yang bisa kita petik dari pengalaman teman diatas. Pertama, kekuatan pikiran (the power of mind) itu memang nyata dan sangat luar biasa. Ide atau pikiran yang dipikirkan berulang-ulang itu sangat cepat terjadi. Kenali dan hati-hatilah dengan pikiran kita. Pikiran yang baik akan menghasilkan kenyataan atau realitas (keluaran) yang baik.
Kedua, pikiran 'nakal' teman itu walau pun hanya terlintas, tidak diucapkan atau ditulis benar-benar terjadi dan menjadi realitas. Apa pikiran itu punya gelombang yang bisa menarek kejadian dan kenyataan. Biasanya hubungan atau gelombang pikiran bapak dengan anaknya, ibu dengan anaknya sangat kuat dan cepat. Itu sering di alami oleh suami istri yang sudah punya anak. Tapi orang sering menyebutnya hubungan batin, yang benarnya sebenarnya pikiran.
Ketiga, kita lah yang membentuk, mensetting dan memprogram pikiran kita. Pikiran kita lah yang membentuk pondasi dasar dan arah hidup kita. Kalau ingin hidup kita baik, selalu beruntung dan jauh dari kesialan, maka pikiran-pikiran baik lah yang harus ditanamkan atau diinstall dalam pikiran bawah sadar kita. Bukan pikiran atau program yang membahayakan mental dan pertumbuhan kita.
Buang juga pikiran yang menjadi mental block (penghalang) atau trauma yang membuat kita takut melakukan sesuatu. Maka sangat penting bisa membedakan mana pikiran baik dan mana termasuk pikiran buruk. Kemampuan membedakan pikiran baik dan pikiran tidak baik ini jauh lebih utama sebelum kita belajar keterampilan (skill) lain.[]
Komentar
Posting Komentar