Anak saya Ula ini sekarang sudah duduk di bangku kelas 5 SD. Salah satu karakternya, bila menginginkan sesuatu, ia akan kukuh sampai dapat. Ia bisa menangis berjam-jam kalau apa yang ia inginkan belum dipenuhi. Setelah dapat atau dibuatkan, malah cepat bosan.
Walau begitu, saya sering dibuat kaget dan takjub dengan kekuatan pikirannya. Biasanya saya mulai ngeh (sadar), kalau sudah terjadi. Itu sudah beberapa kali terjadi, sebagian sudah saya ceritakan di halaman Facebook ini, ada juga saya ceritakan di channel YouTube saya.
Beberapa waktu lalu misalnya saat kami berteduh karena hujan lebat di sebuah ruko pinggir jalan by pass, tepatnya di Batujai, Lombok Tengah. Waktu kami berhenti untuk berteduh, disana sudah terdapat banyak orang yang juga berteduh di tempat itu. Kebetulan sore itu penutupan MotoGP Mandalika 2022 yang lalu.
Di antara yang berteduh itu terdapat seorang pedagang gulali. Itu nampak karena disebelah kami terdapat gerobak gulali -sebuah makanan yang terbuat dari gula pasir seperti kapas yang sangat digemari oleh anak-anak. Sering dibungkus oleh plastik yang ada gambar kartun upin ipin dan lain-lain. Itu trik untuk memancing anak-anak agar membeli. Di tiang gerobaknya tergantung 2 bungkus gulali. Sementara si pedagang gulali nampak asyik memainkan HP sambil duduk sandar dibesi ruko. Mungkin dia sadang asyik main game.
Cukup lama kami duduk menunggu hujan reda. Ula dan A'la nampak memainkan apa saja yang bisa dimainkan untuk mengusir kejenuhan. Saya dan istri duduk bersebelahan sambil melihat lalu lalang kendaraan dari arah timur dan barat. Nampak kendaraan dan bus-bus pengangkut penonton dari arah Mandalika.
Entah sudah berapa lama kami duduk menghadap jalan menunggu hujan reda. Tiba-tiba pria pedagang gulali yang tadi asyik main HP itu bangun mengambil 2 buah gulali yang digantung di tiang gerobaknya. Ia lalu berjalan di belakang kami menuju Ula dan A'la kemudian memberikan gulali itu satu-satu.
"Ini untuk adek, sisa tadi" katanya singkat lalu kembali ketempat duduknya semula.
Mendapatkan kejutan kecil itu, tentu saja Ula dan A'la sangat senang. Harga gulali biasa dijual antara 5000 -10.000, tergantung bsar kecil kemasannya. Kami tidak pernah menyangka akan diberikan cuma-cuma oleh pedagang kecil yang tidak kami kenal. Kami pun wajib mengucapkan terima kasih. Mengucapakan terima kasih kepada orang lain juga selalu kami ajarkan kepada Ula dan A'la.
Selang waktu satu menit, sambil memegang gulali. Ula mendekati saya lalu bilang.
"Pak baru saja Ula minta dibelikan. Eee sekarang dikasih" katanya dengan muka senang.
Seperti orang ditepuk, saya langsung sadar, ternyata diam-diam anak ini menginginkan gulali yang ada didepan samping kiri kami duduk. Saya percaya pikiran Ula itu menarik atau 'memerintah' pedagang itu untuk memberikan dagangannya secara cuma-cuma. Padahal kami tidak saling kenal, bahkan tidak saling sapa.
Saya percaya apa yang disampaikan Ula itu jujur, bukan dibuat-buat. Toh dia juga belum mengerti akan kekuatan pikiran. Ia juga menyampaikan itu tanpa jeda waktu. Ini juga membuktikan ternyata pikiran Ula itu beberapa kali sukses menarek sesuatu yang diinginkan, baik yang sudah terucap atau belum.
Bagi kebanyakan orang mungkin itu sebuah kebetulan. Padahal para ahli pikiran sering mengatakan, tidak ada kebetulan didunia ini. Semua ada sebab-akibat. Semua terjadi atas tarikan, atas asumsi, atas imaginasi, atas pikiran dan kehendak kita. Tentu saja atas izin yang maha kuasa.
Sayang, saya tidak kepikir mengambil foto Ula dan A'la yang merasa senang sekali dapat gulali gratis. Tak lama setelah itu, hujan mulai reda. Makanya mereka tidak makan gulali-nya disana tapi dibawa pulang.
Foto gulali yang saya sertakan sebagai ilustrasi saja.[]
Komentar
Posting Komentar