Pagi ini tidak bisa konsentrasi menulis. Di sebelah saya ngetik, adek Ula terus 'berkicau' ditempat tidurnya. Suaranya nyaring menembus gang-gang kecil dan tembok rumah tetangga mengeluarkan desisan yang tidak karuan.
Sejak dua minggu ini Ula memang sedang melatih dirinya untuk bicara. Dari balek mulutnya yang mungil keluar kata yang tidak beraturan. Kadang keluar bunyi Aaaa, eee, aahhhh...ya...ya..ha...ha..ha. Agak sulit sebenarnya mendeskripsikan dengan rangakaian hurup. Kalau sudah bosan, suara tangisnya memaksa seisi rumah secepatnya mengendongnya.
Di usianya yang baru tiga bulan satu minggu, Ula juga sedang belajar keras untuk membolak balek badanya kekekiri-kekanan. Pelajaran ini tentu tidak mudah baginya. Kalau badannya dibalek, salah satu tangannya akan terjepit sama badannya hingga napasnya jadi sulit. Itu terus dilakukan berulang-ulang.Walau begitu ia tidak pernah kapok. Dari itu kami orang tuanya berharap moga kelak ketika besar menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah.
Ketika sudah mempunyai anak, 'gangguan' menulis bukan samata tangis atau celotehannya. Tapi 'gangguan' yang tidak mudah ditaklukkan adalah godaan untuk bermain dengan anak. Apa lagi diusianya yang sedang lucu-lucu. Coba pandangi mukanya ketika tidur lelap, baru bangun atau ketika selesai mandi. Menggemaskan.
'Gangguan' ini tentu bukan semata gangguan. Mungkin lebih tepat disebut kesibukan. apa lagi setiap orang memiliki cerita dan pengalaman yang berbeda. Maka akan menjadi sesuatu yang lebih berbeda manakala kita memiliki waktu untuk menceritakan tumbuh kembang anak dalam rangkaian kalimat yang tertata secara kontinyu. Selama ini kita sering menjumpai orang menceritakan kelucuan anaknya secara lisan, belum secara tulisan. Hingga ketika si anak besar mendengarkan ceritanya juga hanya secara lisan. Pada hal tidak menutup kemungkinan, si anak kelak menjadi pemimpin besar atau orang sukses. Bila begitu orang atau media orang ingin tahu masa kecil.
Cerita tentang Ula, lalu melebar kepada uraian bagaimana mengabadikan tumbuh kembang anak sebenarnya ajakan agar kita mulai menulis hal-hal kecil. Menulis hal-hal kecil bisa menjadi pondasi atau dasar menulis hal-hal besar yang cakukannya lebih besar dan luas. Tema tumbuh kembang anak sengaja saya pilih karena ia dekat dengan keseharian kita.
Hampir semua orang mengalami dan merasakan menjadi orang tua. Dan masing-masing orang tentu memiliki kiat dan pendekatan dalam mengurus anaknya. apa lagi orang tua yang bekerja. Semoga kita memiliki waktu dan kemauan untuk melakukan aktivitas menulis hal-hal kecil sebelum menuju hal-hal besar. Bukankah resiko dan biaya akan lebih ringan kalau sesuatu itu dimulai dengan melakukan pekerjaan yang lebih kecil.
Sejak dua minggu ini Ula memang sedang melatih dirinya untuk bicara. Dari balek mulutnya yang mungil keluar kata yang tidak beraturan. Kadang keluar bunyi Aaaa, eee, aahhhh...ya...ya..ha...ha..ha. Agak sulit sebenarnya mendeskripsikan dengan rangakaian hurup. Kalau sudah bosan, suara tangisnya memaksa seisi rumah secepatnya mengendongnya.
Di usianya yang baru tiga bulan satu minggu, Ula juga sedang belajar keras untuk membolak balek badanya kekekiri-kekanan. Pelajaran ini tentu tidak mudah baginya. Kalau badannya dibalek, salah satu tangannya akan terjepit sama badannya hingga napasnya jadi sulit. Itu terus dilakukan berulang-ulang.Walau begitu ia tidak pernah kapok. Dari itu kami orang tuanya berharap moga kelak ketika besar menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah.
Ketika sudah mempunyai anak, 'gangguan' menulis bukan samata tangis atau celotehannya. Tapi 'gangguan' yang tidak mudah ditaklukkan adalah godaan untuk bermain dengan anak. Apa lagi diusianya yang sedang lucu-lucu. Coba pandangi mukanya ketika tidur lelap, baru bangun atau ketika selesai mandi. Menggemaskan.
'Gangguan' ini tentu bukan semata gangguan. Mungkin lebih tepat disebut kesibukan. apa lagi setiap orang memiliki cerita dan pengalaman yang berbeda. Maka akan menjadi sesuatu yang lebih berbeda manakala kita memiliki waktu untuk menceritakan tumbuh kembang anak dalam rangkaian kalimat yang tertata secara kontinyu. Selama ini kita sering menjumpai orang menceritakan kelucuan anaknya secara lisan, belum secara tulisan. Hingga ketika si anak besar mendengarkan ceritanya juga hanya secara lisan. Pada hal tidak menutup kemungkinan, si anak kelak menjadi pemimpin besar atau orang sukses. Bila begitu orang atau media orang ingin tahu masa kecil.
Cerita tentang Ula, lalu melebar kepada uraian bagaimana mengabadikan tumbuh kembang anak sebenarnya ajakan agar kita mulai menulis hal-hal kecil. Menulis hal-hal kecil bisa menjadi pondasi atau dasar menulis hal-hal besar yang cakukannya lebih besar dan luas. Tema tumbuh kembang anak sengaja saya pilih karena ia dekat dengan keseharian kita.
Hampir semua orang mengalami dan merasakan menjadi orang tua. Dan masing-masing orang tentu memiliki kiat dan pendekatan dalam mengurus anaknya. apa lagi orang tua yang bekerja. Semoga kita memiliki waktu dan kemauan untuk melakukan aktivitas menulis hal-hal kecil sebelum menuju hal-hal besar. Bukankah resiko dan biaya akan lebih ringan kalau sesuatu itu dimulai dengan melakukan pekerjaan yang lebih kecil.
Komentar
Posting Komentar