Langsung ke konten utama

Jejak Rekam Saya Dalam Buku (1)

buku,rekam, jejak,riset,konflik,rekonsiliasi,demokrasi,yusuf tantowi,penulis,muda,lombok
Beberapa buku yang merekam jejam saya kurun 2008-20011

SEMUA orang ingin meninggalkan rekam jejak yang baik dalam hidupnya. Kalau ada orang yang ingin mewariskan rekam jejak yang tidak baik, perlu dipertanyakan kesehatan mentalnya. Orang itu bisa digolongkan sebagai ‘mahluk langka’ sedunia. Apa lagi hidup hanya sekali. Tidak bisa diulang, dimajukan atau dimundurkan. Cuman bedanya, setiap orang punya cara yang berbeda akan jejak rekam seperti apa yang akan ditinggalkan.

Salah satu cara paling tepat untuk merekam jejak pemikiran dan hidup kita melalui tulisan. Dari sepotong tulisan, lama-lama menumpuk menjadi buku. Awalnya tulisan kita hanya dibaca oleh beberapa gelintir orang lalu meluas mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan orang. Tulisan itu tidak bahkan mampu melintasi waktu dan tempat dalam rentang lama. Mulanya hanya sebagai anak kampung berubah menjadi sosok yang tidak kampungan. Saya bersyukur sampai saat ini masih bisa melihat, membaca dan memegang rekam jejak saya melalui buku. Baik buku yang saya tulis sendiri maupun yang kita terbitkan secara keroyokan.

Saya menceritakan hal ini bukan ingin mengungkit-ungkit masa lalu. Bukan ingin menonjolkan diri. Saya justru ingin merefrest, menyegarkan kembali ingatan akan berbagai kejadian dalam hidup saya yang telah terpendam lama. Bukankah sesuatu yang terpendam lama itu sering kali menjadi sangat berharga dikemudian hari. Banyak sekali cerita, dongeng dan kisah hidup orang biasa mampu menginspirasi hidup banyak orang dikemudian hari. Gas bumi saja berasal dari perut bumi yang lama terpendam kini menjelma menjadi emas hitam . Saya juga ingin hal ini bisa menjadi ‘gas semangat’ dan ‘emas’ dalam hidup saya.

Apa lagi hanya masa lalu yang bisa diceritakan kepada generasi yang akan datang. Masa depan tidak bisa diceritakan karena masa depan sering kali tidak bisa diprediksi. Masa depan hanya bisa diperkirakan atau dibayangkan karena sifatnya tidak nyata, alias masih samar-samar. Beda dengan masa lalu, ia sudah riil, nyata dan sudah kita alami. Baik buruknya dapat kita lihat. Pahit manisnya bisa kita rasakan.

Dengan menulis hampir setiap hari, termasuk dengan menulis buku saya tidak ingin masa lalu cepat hilang, mencair, lenyap tidak punya bekas. Saya malah ingin masa lalu itu mengkristal, membatu sebagai tempat kaki berpijak lebih kokoh untuk menghadapi masa depan yang kadang tidak menentu. Apa lagi masa depan ‘goyangannya’ sangat keras. Kalau punya bijakan yang kuat, bisa-bisa pertahanan kita tumbang. Beberapa buku tempat saya menoreh dan merekam jejak sejak dikampus sampai keluar kampus.

PERTAMA, Beragama Di Negara Bukan-Bukan (Agustus 2008). Buku ini terbit secara keroyokan bersama teman-teman di LPM RO’YUNA IAIN Mataram. Dalam buku ini saya bertindak sebagai penulis merangkap editor. Buku ini berisi berbagai kegelisahan khas mahasiswa dalam memandang berbagai fenomena sosial politik yang disekelilingnya. Layaknya buku keroyokan, setiap tulisan kita kelompokkan dalam beberapa tema berbeda. Inilah pengalaman saya menulis dan mengorganisir sebuah penerbitan buku.

buku,beragama,negara,bukan-bukan,lpm Ro'yuna,IAIN, Mataram

KEDUA, selain itu saya juga terlibat dalam penerbitan Jihad Politik Kaum Mustad’afin (Juni 2009) yang disponsori oleh Dewan Peduli Anggaran (DPA) NTB. DPA sendiri merupakan organisasi masyarakat sipil yang dibentuk oleh beberapa Ormas Islam dan LSM yang terlibat dalam pemantauan atau monitoring kebijakan penganggaran di NTB. Buku Jihad Politik Kaum Mustad’afin dijadikan sebagai buku pegangan dalam Madrasah Anggaran (MA) yang para ‘siswa’ berasal dari berbagai pondok pesantren di NTB. Melalui MA ini diharapkan para santri dan ustaz mengerti dan tahu caranya membaca anggaran. Dengan begitu mereka bisa terlibat memantau penggunaan anggaran ABPD dan APBN di daerahnya.

buku,fiqih,anggaran,dpa,ormas,lsm,madrasah,anggaran,ntb

KETIGA, Agama dan Pergeseran Representasi : Konflik dan Rekonsiliasi di Indonesia (September 2009)-Seri Agama Dan Konflik 2. Dalam buku ini saya menyumbang tulisan dengan judul Mengurai Konflik Sunnah Vs Bid’ah Di Pulau Seribu Masjid. Buku kedua ini juga diterbitkan secara keroyokan dengan 13 orang penulis dari berbagai daerah seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan NTB. Sebagaimana judulnya, buku ini secara mendalam mengulas berbagai konflik keagamaan di Indonesia. Umumnya konflik itu yang menjadi korbannya kelompok minoritas. Ada yang disesatkan, dilarang melakukan ibadah dan sebagian lagi konflik pendirian tempat ibadah intern dan antar umat beragama. (Bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kejadian Mestakung Yang Saya Alami

Taman Bunga, Sembalun, Lombok Timur Bagi sebagian orang, apa yang saya alami ini mungkin hal biasa. Lumrah terjadi, sering kita alami dan pernah dialami oleh banyak orang. Saking biasanya, kita tidak tahu bagaimana kejadian itu bisa terjadi. Kita menganggapnya itu kebetulan. Sedang beruntung saja. Pada hal itu bisa dijelaskan secara ilmiah bagaimana Mestakung bekerja. Belakangan saya baru sadar, ternyata banyak kejadian dalam hidup kita bagian dari Mestakung. Beberapa waktu yang lalu saya jatuh sakit sekitar dua bulan lebih. Badan saya lemas, was-was dan tidak konsentrasi. Setelah itu tiba-tiba badan, pinggang, lutut dan pergelangan tangan ikut-ikutan sakit. Sampai ngilu-ngilu. Selera makan jadi tiba-tiba hilang. Beberapa obat tradisional sudah saya coba tapi hasilnya tidak menunjukkan perubahan. Saya pun memutuskan untuk berobat disebuah rumah sakit swasta di Mataram. Siangnya saya minta kepada adek ipar yang bekerja dirumah sakit tersebut untuk mendaftarkan kedokter bagian da

Buah Bile

Penulis bersama seorang teman dengan latar buah bile dihalaman Hotel Mina Tanjung, Lombok Utara. SUDAH lama tidak melihat pohon bile yang berbuah lebat dan besar. Sekarang pohonnya mulai langka, apa lagi yang berbuah besar seperti ini. Bersyukur bisa melihat lagi pohon ini di Mina Tanjung Hotel, KLU. Buah (buaq, Sasak) pohon ini sering kita pakai bermain dulu waktu kecil dikebun dan disawah. Kadang kita tendang-tendang seperti bola. Pohonnya sering kita pakai membuat gasing. Kalau musim gasing, kita sering keliling sawah dan kebun untuk mencari pohon bile yang ukurannya pas untuk membuat gasing. Kita sampai nekad mencuri pohon milik orang yang tumbuh jadi pagar sawah atau kebun orang demi mendapatkan bahan untuk membuat gasing yang bagus. Pohon atau rantingnya bagus jadi bahan membuat gasing karena seratnya bagus dan tidak ada 'hati' seperti pohon yang lain. Di kampung saya Lombok Timur belum pernah saya lihat atau dengar orang memakan buah bile. Tapi didaerah lain di Lomb

Legit dan Gurih Pelemeng Campur Poteng

Pelemeng dan Poteng, pasangan serasi untuk disantap bersamaan dikala silaturrahmi hari Lebaran SETIAP kampung di Lombok punya jajan khas yang dibuat khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di Desa Aikmel, Lombok Timur misalnya – beberapa hari menjelang lebaran, kaum ibu sudah sibuk menyiapkan beraneka jenis makanan dan jajan yang akan disajikan pada hari istimewa. Di antara jajan yang selalu ada disebut Pelemeng dan Poteng. Bila datang bersilaturrahmi kewarga - Pelemeng dan Poteng yang terdepan untuk disuguhkan. Pelemeng yang terbuat dari ketan rasanya gurih dan kenyal sedangkan Poteng terasa manis dan berair. Saat dimakan, akan bertemu rasa gurih dan manis dimulut. Dua jenis jajan tradisional masyarakat Sasak ini cukup mengenyangkan kalau dimakan.   Pelemeng terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Membuat Pelemeng, daun pisang yang dipakai sengaja dipilih yang ukuran diameternya besar dan panjang. Daun pisang dijemur terlebih dahulu sebelum dibentuk supaya ti