Beberapa buku yang merekam jejam saya kurun 2008-20011 |
SEMUA orang ingin meninggalkan rekam jejak yang baik dalam hidupnya. Kalau ada orang yang ingin mewariskan rekam jejak yang tidak baik, perlu dipertanyakan kesehatan mentalnya. Orang itu bisa digolongkan sebagai ‘mahluk langka’ sedunia. Apa lagi hidup hanya sekali. Tidak bisa diulang, dimajukan atau dimundurkan. Cuman bedanya, setiap orang punya cara yang berbeda akan jejak rekam seperti apa yang akan ditinggalkan.
Salah satu cara paling tepat untuk merekam jejak pemikiran dan hidup kita melalui tulisan. Dari sepotong tulisan, lama-lama menumpuk menjadi buku. Awalnya tulisan kita hanya dibaca oleh beberapa gelintir orang lalu meluas mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan orang. Tulisan itu tidak bahkan mampu melintasi waktu dan tempat dalam rentang lama. Mulanya hanya sebagai anak kampung berubah menjadi sosok yang tidak kampungan. Saya bersyukur sampai saat ini masih bisa melihat, membaca dan memegang rekam jejak saya melalui buku. Baik buku yang saya tulis sendiri maupun yang kita terbitkan secara keroyokan.
Saya menceritakan hal ini bukan ingin mengungkit-ungkit masa lalu. Bukan ingin menonjolkan diri. Saya justru ingin merefrest, menyegarkan kembali ingatan akan berbagai kejadian dalam hidup saya yang telah terpendam lama. Bukankah sesuatu yang terpendam lama itu sering kali menjadi sangat berharga dikemudian hari. Banyak sekali cerita, dongeng dan kisah hidup orang biasa mampu menginspirasi hidup banyak orang dikemudian hari. Gas bumi saja berasal dari perut bumi yang lama terpendam kini menjelma menjadi emas hitam . Saya juga ingin hal ini bisa menjadi ‘gas semangat’ dan ‘emas’ dalam hidup saya.
Apa lagi hanya masa lalu yang bisa diceritakan kepada generasi yang akan datang. Masa depan tidak bisa diceritakan karena masa depan sering kali tidak bisa diprediksi. Masa depan hanya bisa diperkirakan atau dibayangkan karena sifatnya tidak nyata, alias masih samar-samar. Beda dengan masa lalu, ia sudah riil, nyata dan sudah kita alami. Baik buruknya dapat kita lihat. Pahit manisnya bisa kita rasakan.
Dengan menulis hampir setiap hari, termasuk dengan menulis buku saya tidak ingin masa lalu cepat hilang, mencair, lenyap tidak punya bekas. Saya malah ingin masa lalu itu mengkristal, membatu sebagai tempat kaki berpijak lebih kokoh untuk menghadapi masa depan yang kadang tidak menentu. Apa lagi masa depan ‘goyangannya’ sangat keras. Kalau punya bijakan yang kuat, bisa-bisa pertahanan kita tumbang. Beberapa buku tempat saya menoreh dan merekam jejak sejak dikampus sampai keluar kampus.
PERTAMA, Beragama Di Negara Bukan-Bukan (Agustus 2008). Buku ini terbit secara keroyokan bersama teman-teman di LPM RO’YUNA IAIN Mataram. Dalam buku ini saya bertindak sebagai penulis merangkap editor. Buku ini berisi berbagai kegelisahan khas mahasiswa dalam memandang berbagai fenomena sosial politik yang disekelilingnya. Layaknya buku keroyokan, setiap tulisan kita kelompokkan dalam beberapa tema berbeda. Inilah pengalaman saya menulis dan mengorganisir sebuah penerbitan buku.
KEDUA, selain itu saya juga terlibat dalam penerbitan Jihad Politik Kaum Mustad’afin (Juni 2009) yang disponsori oleh Dewan Peduli Anggaran (DPA) NTB. DPA sendiri merupakan organisasi masyarakat sipil yang dibentuk oleh beberapa Ormas Islam dan LSM yang terlibat dalam pemantauan atau monitoring kebijakan penganggaran di NTB. Buku Jihad Politik Kaum Mustad’afin dijadikan sebagai buku pegangan dalam Madrasah Anggaran (MA) yang para ‘siswa’ berasal dari berbagai pondok pesantren di NTB. Melalui MA ini diharapkan para santri dan ustaz mengerti dan tahu caranya membaca anggaran. Dengan begitu mereka bisa terlibat memantau penggunaan anggaran ABPD dan APBN di daerahnya.
KETIGA, Agama dan Pergeseran Representasi : Konflik dan Rekonsiliasi di Indonesia (September 2009)-Seri Agama Dan Konflik 2. Dalam buku ini saya menyumbang tulisan dengan judul Mengurai Konflik Sunnah Vs Bid’ah Di Pulau Seribu Masjid. Buku kedua ini juga diterbitkan secara keroyokan dengan 13 orang penulis dari berbagai daerah seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan NTB. Sebagaimana judulnya, buku ini secara mendalam mengulas berbagai konflik keagamaan di Indonesia. Umumnya konflik itu yang menjadi korbannya kelompok minoritas. Ada yang disesatkan, dilarang melakukan ibadah dan sebagian lagi konflik pendirian tempat ibadah intern dan antar umat beragama. (Bersambung)
Komentar
Posting Komentar