Suasana diskusi buku karya Baehaki di Aula Kampus IAIN Mataram |
Ada perasaan lain ketika saya membahas buku itu. Buku yang diterbitkan Baehaki itu mengingatkan saya bagaimana dulu saya menerbitkan buku yang berasal dari kumpulan artikel saya yang terbit dimedia lokal. Saya dan Bae, begitu ia biasa dipanggil mempunyai latar belakang yang sama. Sama-sama mantan Pimpinan Umum (PU) LPM RO’YUNA. Disanalah saya dan dia mulai belajar serius untuk bisa menulis. Buku pertama saya, “SBY, TGB, BM” juga berasal dari kumpulan artikel yang pernah terbit dimedia.
Pengalaman menerbitkan buku itu mengajarkan saya bahwa kalau kita menulis opini atau artikel secara rutin, selangkah lagi kita bisa menerbitkan buku. Apa lagi kalau opini atau artikel tersebut pernah terbit media cetak. Pengalaman itu juga membimbing saya bagaimana peka dan cerdik melihat isu yang berkembang. Pikiran dan insting kita dilatih untuk selalu siaga ‘menangkap’ isu menarek untuk dituangkan dalam bentuk opini atau artikel.
Buku yang berasal dari kumpulan artikel |
Menerbitkan buku yang berasal dari kumpulan artikel tidak lah sulit. Semua artikel yang sudah ditulis tinggal diprint lalu dikelompokkan berdasarkan tema atau isu yang dibahas. Pilih artikel yang benar-benar menarek dan unik. Tentukan judul yang unik dan khas. Kalau bisa judul yang dipilih bisa mewakili keseluruhan tema artikel. Namun biasanya disini lah letak kesulitan kita. Kita biasa menulis artikel diwaktu, isu dan kondisi yang berbeda-beda. Dengan begitu agak sulit menemukan judul yang bisa mewakili keseluruhan isi buku. Disitulah kelemahan buku kumpulan artikel.
Setelah itu tinggal mencari penerbit atau percetakan yang bersedia menerbitkan. Semakin terkenal dan berpengaruh seorang penulis biasanya akan semakin mudah dalam mencari mitra penerbit. Kalau penulis kurang terkenal seperti kita, ya caranya kita harus kreatif mencari sponsor yang bersedia menerbitkan naskah buku kita. Saya sediri tidak mengeluarkan dana sepersen pun ketika menerbitkan buku dulu. Dana penerbitan buku saya ditanggung oleh oleh pemerintah daerah. Sebagian buku saya juga dibeli oleh pemerintah daerah dalam proyek pengadaan buku bacaan bagi masyarakat desa.
Pengalaman serupa juga dialami oleh Baehaki dalam menerbitkan bukunya. Biaya cetak dibantu oleh rektor dan sebagian bukunya dibeli oleh salah seorang dosen yang akan dijadikan sebagai bahan bacaan difakultas tempatnya kuliah. Selain itu buku kita malah dibicarakan dan diskusikan oleh berbagai pihak yang sebelumnya tidak pernah diperkirakan. Nah, tidak ada ruginyakan bahkan malah untung. Pengalaman tersebut sangat menarek bukun? Anda pun bisa melakukan cara yang sama bila ingin menerbitkan kumpulan artikel menjadi buku. Demikian sehabat sedikit pengalaman mengemas artikel menjadi buku. Moga catatan pendek ini memberikan gambaran dan cara menerbitkan buku yang berasal dari kumpulan artikel.
Aikmel, 8 Mei 2014
Komentar
Posting Komentar