Langsung ke konten utama

Pengalaman Mengemas Artikel Menjadi Buku

diskusi,buku,kumpulan,artikel,mahasiswa, IAIN,Mataram
Suasana diskusi buku karya Baehaki di Aula Kampus IAIN Mataram
Beberapa waktu lalu saya diminta Baehaki Alkawi menjadi pengulas bukunya,“Tuan Guru Menulis, Masyarakat Membaca –Realitas Pendidikan dan Potret Masyarakat Lokal”. Kegiatan ini bertempat di gedung auditorium IAIN Mataram. Dihadiri oleh belasan anggota LPM RO’YUNA dan beberapa anggota LPM lain yang berasal dari kampus tetangga. Acaranya dikemas santai dengan duduk lesehan tanpa alas. Ditemani kopi hitam dan gorengan – dua menu yang tidak pernah ketinggalan diacara mahasiswa. Dalam tulisan ini saya ingin berbagi cerita pengalaman mengemas artikel menjadi buku.

Ada perasaan lain ketika saya membahas buku itu. Buku yang diterbitkan Baehaki itu mengingatkan saya bagaimana dulu saya menerbitkan buku yang berasal dari kumpulan artikel saya yang terbit dimedia lokal. Saya dan Bae, begitu ia biasa dipanggil mempunyai latar belakang yang sama. Sama-sama mantan Pimpinan Umum (PU) LPM RO’YUNA. Disanalah saya dan dia mulai belajar serius untuk bisa menulis. Buku pertama saya, “SBY, TGB, BM” juga berasal dari kumpulan artikel yang pernah terbit dimedia.

Pengalaman menerbitkan buku itu mengajarkan saya bahwa kalau kita menulis opini atau artikel secara rutin, selangkah lagi kita bisa menerbitkan buku. Apa lagi kalau opini atau artikel tersebut pernah terbit media cetak. Pengalaman itu juga membimbing saya bagaimana peka dan cerdik melihat isu yang berkembang. Pikiran dan insting kita dilatih untuk selalu siaga ‘menangkap’ isu menarek untuk dituangkan dalam bentuk opini atau artikel.

buku, kumpulan, artikel, karya, mahasiswa,NTB,tuan guru menulis, masyarakat membaca
Buku yang berasal dari kumpulan artikel

Menerbitkan buku yang berasal dari kumpulan artikel tidak lah sulit. Semua artikel yang sudah ditulis tinggal diprint lalu dikelompokkan berdasarkan tema atau isu yang dibahas. Pilih artikel yang benar-benar menarek dan unik. Tentukan judul yang unik dan khas. Kalau bisa judul yang dipilih bisa mewakili keseluruhan tema artikel. Namun biasanya disini lah letak kesulitan kita. Kita biasa menulis artikel diwaktu, isu dan kondisi yang berbeda-beda. Dengan begitu agak sulit menemukan judul yang bisa mewakili keseluruhan isi buku. Disitulah kelemahan buku kumpulan artikel.

Setelah itu tinggal mencari penerbit atau percetakan yang bersedia menerbitkan. Semakin terkenal dan berpengaruh seorang penulis biasanya akan semakin mudah dalam mencari mitra penerbit. Kalau penulis kurang terkenal seperti kita, ya caranya kita harus kreatif mencari sponsor yang bersedia menerbitkan naskah buku kita. Saya sediri tidak mengeluarkan dana sepersen pun ketika menerbitkan buku dulu. Dana penerbitan buku saya ditanggung oleh oleh pemerintah daerah. Sebagian buku saya juga dibeli oleh pemerintah daerah dalam proyek pengadaan buku bacaan bagi masyarakat desa.

Pengalaman serupa juga dialami oleh Baehaki dalam menerbitkan bukunya. Biaya cetak dibantu oleh rektor dan sebagian bukunya dibeli oleh salah seorang dosen yang akan dijadikan sebagai bahan bacaan difakultas tempatnya kuliah. Selain itu buku kita malah dibicarakan dan diskusikan oleh berbagai pihak yang sebelumnya tidak pernah diperkirakan. Nah, tidak ada ruginyakan bahkan malah untung. Pengalaman tersebut sangat menarek bukun? Anda pun bisa melakukan cara yang sama bila ingin menerbitkan kumpulan artikel menjadi buku. Demikian sehabat sedikit pengalaman mengemas artikel menjadi buku. Moga catatan pendek ini memberikan gambaran dan cara menerbitkan buku yang berasal dari kumpulan artikel. 


Aikmel, 8 Mei 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Legit dan Gurih Pelemeng Campur Poteng

Pelemeng dan Poteng, pasangan serasi untuk disantap bersamaan dikala silaturrahmi hari Lebaran SETIAP kampung di Lombok punya jajan khas yang dibuat khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di Desa Aikmel, Lombok Timur misalnya – beberapa hari menjelang lebaran, kaum ibu sudah sibuk menyiapkan beraneka jenis makanan dan jajan yang akan disajikan pada hari istimewa. Di antara jajan yang selalu ada disebut Pelemeng dan Poteng. Bila datang bersilaturrahmi kewarga - Pelemeng dan Poteng yang terdepan untuk disuguhkan. Pelemeng yang terbuat dari ketan rasanya gurih dan kenyal sedangkan Poteng terasa manis dan berair. Saat dimakan, akan bertemu rasa gurih dan manis dimulut. Dua jenis jajan tradisional masyarakat Sasak ini cukup mengenyangkan kalau dimakan.   Pelemeng terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Membuat Pelemeng, daun pisang yang dipakai sengaja dipilih yang ukuran diameternya besar dan panjang. Daun pisang dijemur terlebih dahulu sebelum dibentuk ...

Honor Kejuatan SUARA NTB

Bukan kali ini saja saya mendapatkan honor menulis dari koran SUARA NTB . Sudah sering. Kurang lebih sudah 14 kali selama dua tahun. Walau nilainya tidak begitu besar tapi honor kali ini agak supraze. Datang secara tiba-tiba. Tak dipikirkan dan tidak disangka-sangka. Masuk dalam kategori, ma khaisu la yahtasif. Dan letak nilainya bukan dibesar kecil angkanya tapi dikejutannya. Ceritanya begini. Kamis siang itu saya mampir ke ATM BNI Cabang Mataram. Saya bermaksud ingin mengambil uang untuk membayar premi asuransi yang biasa saya bayar 3 bulan sekali. Ketika mengecek saldo direkening, saya heran kok ada tambahan uang masuk dalam rekening tersebut. Saya penasaran, siapa kira-kira yang mengirim? Jangan-jangan ada orang salah transper sehingga saldo saya bertambah sekian ratus ribu? Biasanya kalau yang tranper pasti ada pemberitahuan. Sekian menit berpikir, belum ketemu juga jawabannya. Saya lalu memutuskan untuk mengambil uang tunai sesuai yang saya butuh. Salah satu edisi Harian...

Kisah Dua PNS Muda

Di tengah isu munculnya pemberitaan rekening gendut Pegawai Negeri Sipil (PNS) muda, saya tiba-tiba ingat dua orang teman yang menjadi PNS. Keduanya masih tergolong muda. Kisaran usia dibawah 35 tahun. Mereka berasal dari kabupaten yang berbeda dan pernah menjadi aktivis mahasiswa. Saya megamati kedua teman ini akan memiliki ‘masa depan’ yang berbeda dibirokrasi dimasa yang akan datang. Ini saya lihat dari cara mereka memposisikan diri sebagai PNS. Teman pertama cendrung pragmatis dan yang kedua cendrung idealis. Dengan demikian bisa ditebak, cara berpikir dan bertindaknya tentu sangat berbeda termasuk pendapatannya. Teman pertama jauh-jauh hari punya planing untuk menduduki posisi tertentu dipemerintahan. Entah bagaimana caranya, itu urusan nanti. Sejak mahasiswa ia sangat aktif menjadi tim sukses. Kegemarannya menjadi tim sukses itu ia geluti sampai sekarang. Walau aturan melarangnya. Ia paham betul, salah satu rumus cepat naik pangkat itu - menjadi tim sukses. Tidak heran...