Langsung ke konten utama

‘Madrasah Tua yang Meranggas’ di Zaman Distrupt

madrasah tua, pohon tua, managemen lama, meranggas, zaman distrupt

Pesantren dan madrasah bagi saya tak ubahnya sebuah pohon. Ada pohon yang batangnya besar, tua, buahnya melimpah dan daunnya rindang. Pohon itu menjadi tempat berteduh oleh banyak orang (ummat). Manis buahnya bukan saja bisa dirasakan namun telah dinikmati oleh banyak orang. Bibit dan buahnya tumbuh dimana-mana. Tidak cukup dengan itu - batangnya dicangkok untuk ditanam ditempat lain.

Kedua lembaga pendidikan ini telah teruji melahirkan para alumni yang menjadi pemimpin bangsa, ulama, tokoh agama, kyai, tuan guru dan ustazd. Para alumninya lalu membuka pengajian, mendirikan berbagai lembaga pendidikan atau pesantren baru ditempatnya. Contoh yang paling dekat, bagaimana pesantren-pesantren Nahdlatul Ulama (NU) di Lombok mampu melahirkan ribuan kader ahli-ahli agama dan tokoh masyarakat.

Tak ubahnya sebatang pohon, tidak sedikit pesantren (madrasah) di Lombok sudah mulai meranggas. Pohonya makin tua, batangnya mulai mengeropos dan terkelupas. Ia tidak kuat lagi diterpa hembusan angin perubahan yang sangat cepat. Ada beragam faktor yang menyebabkan hal itu terjadi- usia, perubahan zaman, managemen keluarga, konflik pengelola dan lain-lain. Tidak ada kebaruan dan harapan yang bisa ditawarkan. Selain puas dengan kondisi yang ada. Bangunannya makin tanpak tua dan kusam. Minat orang untuk belajar (ngaji) kesana semakin kecil.

Pengurusnya makin tua, masih nyaman dengan lama. Tidak berani membuat terobosan dan termasuk kader penerus. Langkahnya pun makin berat dan lambat. Tidak ada perubahan berarti yang dilakukan. Pengurusnya tidak mewariskan dan mengembang semangat (spirit) yang dimiliki pendirinya. Dampaknya santri dan jamaahnya makin berkurang. Yang bertahan kisaran usia 50-70 tahun keatas. Usia –usia setua itu tentu saja sudah kurang produktif, tidak bisa lagi diajak untuk berbicara hal-hal strategis.

Ia bukan saja tidak kuat menghadapi angin, hujan dan badai, namun juga tidak berani melawan angin, menantang badai dan berbasah-basah. Ia tidak sigap membaca perubahan zaman tapi juga tidak mau memperbaiki keadaan. Cepat pasrah dengan keadaan. Hilang semangat tanda-tanda hilangnya peluang untuk memenangkan masa depan. Pesantren dan madrasah seperti ini tak ubahnya pohon tua yang terus meranggas.
madrasah tua, pohon tua, managemen lama, meranggas, zaman distrupt
Pimpinannya bukannya melakukan kolaborasi tapi takut bekerjasama. Kolaborasi bahkan dicurigai sebagai upaya konspirasi. Sungguh cara berpikir zaman old bukan zaman now . Bukankah salah satu ciri generasi zaman milenial saat ini suka berkolaborasi (kerjasama) dengan berbagai pihak. Kalau generasi tua (ald) tidak mampu bekerjasama dengan generasi zaman now (milenial), tunggu saja kejayaan (kebesaran) masa lalu itu hanya akan tersisa dalam ingatan generasi-generasi tua.

Sementara disekitarnya terus bermunculan berbagai lembaga pendidikan baru yang menawar berbagai kemudahan, program, biaya dan fasilitas serta tentu saja membawa ideologi keagamaan tertentu. Belum tentu sama dengan ideologi ke-Islaman yang telah dibangun para pendahulunya (incumbent). Tentu saja para pendatang (penantang) baru ini mempunyai donator dana yang kuat dan luas. Mereka juga tidak ragu mengadopsi system dan managemen pendidikan terbaru agar mendapatkan out put yang bagus.

Para penantang itu tidak sedikit berusia dibawah 30 tahun yang secara pengalaman masih sedikit, namun mereka punya semangat, ide, gagasan dan ambisi masa depan. Mereka tidak takut mengadopsi ilmu-ilmu sosial baru yang diciptakan orang kafir sekalipun. Mereka percaya ilmu itu netral, tidak ada ilmu kafir dan non kafir. Penggunanya yang bisa kafir dan non kafir. Wajar kalau segi kuwalitas dan kuwantitas mulai menyaingi mereka walau telah berusia puluhan tahun.

Ini zaman distrupt – zaman dimana kadang kita tidak bisa mengenal, membaca dan mengidentifikasi siapa lawan dan masuh kita. Tiba-tiba kita sudah dalam kondisi terdesak, terkepung dan tidak bisa berbuat apa-apa. Ini lah yang sedang terjadi disekitar kita di Lombok. Bagi kita yang tidak mampu menangkap ini bersiap-siaplah akan menyerah alias angkat tangan dengan situasi ini.

Padahal pemerintah melalui Departemen Agama (Depag) banyak memberikan perhatian untuk mendorong perubahan dilembaga-lembaga pendidikan Islam seperti madrasah dan pesantren. Kita saja yang kadang tidak menangkap perubahan yang didorong oleh pemerintah dan pihak-pihak lain yang memiliki perhatian terhadap madrasah. Ini akibat kita kadang terlalu apriori terhadap program pemerintah dan orang-orang yang peduli dengan madrasah.

Pohon pesantren dan madrasah mana saja yang sudah mulai meranggas di Lombok ? atau malah pohon ‘pesantren dan madrasah’ semakin kuat pohonnya, semakin rindang daunnya, semakin banyak buah dan rantingnya. Bila demikian, bersyukurlah anda karena anda akan berpeluang besar menguasai peluang –peluang meraih masa depan yang lebih baik. Anda akan dicatat dalam sejarah – minimal dalam sejarah (profile) lembaga pendidikan sebagai pelukis dan pencipta peradaban kecil dilingkungan sendiri. []


Komentar

  1. kelinci99
    Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
    HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
    NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
    Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
    Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
    segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
    yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
    yukk daftar di www.kelinci99.casino

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kejadian Mestakung Yang Saya Alami

Taman Bunga, Sembalun, Lombok Timur Bagi sebagian orang, apa yang saya alami ini mungkin hal biasa. Lumrah terjadi, sering kita alami dan pernah dialami oleh banyak orang. Saking biasanya, kita tidak tahu bagaimana kejadian itu bisa terjadi. Kita menganggapnya itu kebetulan. Sedang beruntung saja. Pada hal itu bisa dijelaskan secara ilmiah bagaimana Mestakung bekerja. Belakangan saya baru sadar, ternyata banyak kejadian dalam hidup kita bagian dari Mestakung. Beberapa waktu yang lalu saya jatuh sakit sekitar dua bulan lebih. Badan saya lemas, was-was dan tidak konsentrasi. Setelah itu tiba-tiba badan, pinggang, lutut dan pergelangan tangan ikut-ikutan sakit. Sampai ngilu-ngilu. Selera makan jadi tiba-tiba hilang. Beberapa obat tradisional sudah saya coba tapi hasilnya tidak menunjukkan perubahan. Saya pun memutuskan untuk berobat disebuah rumah sakit swasta di Mataram. Siangnya saya minta kepada adek ipar yang bekerja dirumah sakit tersebut untuk mendaftarkan kedokter bagian da

Buah Bile

Penulis bersama seorang teman dengan latar buah bile dihalaman Hotel Mina Tanjung, Lombok Utara. SUDAH lama tidak melihat pohon bile yang berbuah lebat dan besar. Sekarang pohonnya mulai langka, apa lagi yang berbuah besar seperti ini. Bersyukur bisa melihat lagi pohon ini di Mina Tanjung Hotel, KLU. Buah (buaq, Sasak) pohon ini sering kita pakai bermain dulu waktu kecil dikebun dan disawah. Kadang kita tendang-tendang seperti bola. Pohonnya sering kita pakai membuat gasing. Kalau musim gasing, kita sering keliling sawah dan kebun untuk mencari pohon bile yang ukurannya pas untuk membuat gasing. Kita sampai nekad mencuri pohon milik orang yang tumbuh jadi pagar sawah atau kebun orang demi mendapatkan bahan untuk membuat gasing yang bagus. Pohon atau rantingnya bagus jadi bahan membuat gasing karena seratnya bagus dan tidak ada 'hati' seperti pohon yang lain. Di kampung saya Lombok Timur belum pernah saya lihat atau dengar orang memakan buah bile. Tapi didaerah lain di Lomb

Legit dan Gurih Pelemeng Campur Poteng

Pelemeng dan Poteng, pasangan serasi untuk disantap bersamaan dikala silaturrahmi hari Lebaran SETIAP kampung di Lombok punya jajan khas yang dibuat khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di Desa Aikmel, Lombok Timur misalnya – beberapa hari menjelang lebaran, kaum ibu sudah sibuk menyiapkan beraneka jenis makanan dan jajan yang akan disajikan pada hari istimewa. Di antara jajan yang selalu ada disebut Pelemeng dan Poteng. Bila datang bersilaturrahmi kewarga - Pelemeng dan Poteng yang terdepan untuk disuguhkan. Pelemeng yang terbuat dari ketan rasanya gurih dan kenyal sedangkan Poteng terasa manis dan berair. Saat dimakan, akan bertemu rasa gurih dan manis dimulut. Dua jenis jajan tradisional masyarakat Sasak ini cukup mengenyangkan kalau dimakan.   Pelemeng terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Membuat Pelemeng, daun pisang yang dipakai sengaja dipilih yang ukuran diameternya besar dan panjang. Daun pisang dijemur terlebih dahulu sebelum dibentuk supaya ti