Langsung ke konten utama

Mengetahui Cara Berpikir Lawan Bicara


Mengetahui cara atau model berpikir orang lain menurut saya sangat penting. Lebih-lebih kepada teman atau lawan bicara kita. Dengan mengetahui cara berpikir lawan bicara diharapkan pembicaraan akan jadi nyambung dan komunikatif. Kalau tidak paham, baru berbicara sedikit sudah saling berlawanan.

Kalau kedua belah pihak kukuh dengan pandangan dan cara berpikirnya sendiri, tentu tidak mudah mencari titik temu pembicaraan. Bisa-bisa pembicaraan akan berhenti sampai disitu. Maka mengetahui cara atau model berpikir orang lain menurut saya bagian dari kemampuan komunikasi yang perlu kita ketahui dan pelajari.

Saya beruntung membaca buku, "How To Be A Brilian Thinker" yang ditulis oleh Paul Sloane, seorang penulis kelahiran Amerika yang sudah menulis 17 buku. Ia juga dikenal sebagai ahli berpikir lateral-pararel, berpikir analitis, solutif dan memenangkan argumen. Paul juga sangat menganjurkan cara berpikir berbeda untuk menemukan berbagai solusi dari masalah yang kita hadapi.

Dari berbagai penjelasan cara berpikir dan contohnya yang diuraikan dalam buku ini, saya sangat suka pembahasan mengenai cara atau model berpikir divergen dan konvergen. Menemukan dua penjelasan cara berpikir ini membuat saya mengingat-ngingat cara berpikir saya selama ini. Termasuk juga mengingat kembali cara berpikir orang, teman atau sahabat yang pernah saya temui.

Saya seolah menemukan teropong atau kacamata baru dalam melihat cara berpikir saya sendiri dan cara berpikir orang yang pernah saya temui. Kita tahu dari cara atau model berpikir orang dari pembicaraan atau hasil diskusi dengan mereka. Bukan kah materi pembicaraan itu hasil (produk) dari cara berpikir. Hasil dari berpikir akan menjadi tindakan (action) dari setiap orang. Tindakan (action) akan menjadi citra diri (merk) yang melekat pada diri kita.

Cara berpikir divergen menurut Paul Sloane, cara berpikir bebas, imajinatif, eksploratif dan suka mencoba atau mengeksplorasi hal-hal baru. Karena karakter berpikirnya bebas, imajinatif dan suka bereksplorasi, bisa melahirkan berbagai macam ide atau gagasan secara lebih luas, lebar dan liar. Model berpikir orang seperti ini tidak suka dibatasi dalam satu sudut pandang saja tapi bagaimana imajinasi menghasilkan berbagai kemungkinan baru.

Cara berpikir konvergen justru sebaliknya, cara berpikir umum yang banyak dipakai oleh orang. Cirinya, ketika mendengar sebuah informasi atau masukan, naluri kita langsung memerintahkan untuk menelaah, menganalisis bahkan mengkritik ide atau gagasan yang disampaikan oleh orang lain. Cara berpikir seperti ini cendrung kritis dan menolak berbagai informasi, ide atau gagasan yang berbeda bahkan bertentangan dengan apa yang ia ketahui dan yakini selama ini.

Cendrung hati-hati mencoba hal-hal baru yang datang dari luar yang ia anggap bertentangan dengan pengetahuan, asumsi, kebiasaan dan keyakinannya. Pengetahuan atau asumsi yang ia pegang dianggap sudah valid, mapan dan sulit untuk revisi. Padahal situasi dan kondisi terus mengalami perubahan - bahkan pada hal tertentu perubahan itu sangat cepat. Di situlah salah satu kelemahan cara berpikir ini.

Cara - cara berpikir diatas tentu saja akan tergambar dari kata-kata, tulisan, pembicaraan, ide, gagasan atau tindakannya dari orang bersangkutan. Kita juga bisa memeriksa dan menilai cara berpikir kita sendiri. Kecendrungan cara berpikir yang mana yang lahir atau muncul pada diri kita. Apakah kita kritis atau imajinatif setiap menerima informasi, pandangan, pendapat yang datang kepada kita.

Pembagian dua cara berpikir diatas menurut saya sangat penting dipahami oleh ketua kelompok atau pemimpin. Dengan tool berpikir itu ia bisa menilai cara berpikir anggota kelompok atau anak buahnya. Dengan itu juga ia bisa bersikap dan memutuskan berbagai ide atau usul dari anggota atau anak buahnya. Kalau ketua kelompok tidak paham model berpikir itu ia akan bingung dan ragu membuat keputusan dari berbagai pikiran yang muncul dalam kelompok.

Dua model berpikir itu juga penting dipahami atau kuasai oleh seorang fasilitator diskusi yang di dalamnya banyak orang. Biasanya setiap diskusi sering dilakukan curah pendapat (braimstorming) untuk mendengarkan pendapat anggota. Semua orang dianggap narasumber. Dan setiap orang punya isi kepala dan cara berpikir sendiri. Kalau seorang fasilitor tidak paham, bisa dianggap tidak mampu memfasilitasi jalannya diskusi.

Saya yang sering bertemu dengan banyak orang  baru atau teman lama, termasuk sering terlibat dalam berbagai diskusi, seminar dan fokus group discution (FGD) merasa sangat terbantu dengan uraian isi buku ini. Penulis buku ini sangat tepat membantu kita membedah dan mengurai cara berpikir yang mana saat ini kita setiap hari harus berhubungan dengan berbagai macam orang untuk hubungan pekerjaan, bisnis  atau relationship.

Sekali lagi saya merasa sangat beruntung membaca dan menemukan buku ini. Membaca buku ini membuat saya memeriksa ulang cara dan model berpikir saya selama ini dan bagaimana membentuk cara berpikir kedepan. Apakah cara berpikir saya selama ini sudah tepat atau belum? Dengan mengetahui cara berpikir ini setidaknya kita tahu model seperti apa orang yang kita hadapi. Itu lah manfaat langsung membaca buku ini. Untuk itu saya menyarankan teman-teman harus membaca buku ini. []

Komentar

  1. ini menarek sekali. pelajaran yang asyik... terima kasih

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kejadian Mestakung Yang Saya Alami

Taman Bunga, Sembalun, Lombok Timur Bagi sebagian orang, apa yang saya alami ini mungkin hal biasa. Lumrah terjadi, sering kita alami dan pernah dialami oleh banyak orang. Saking biasanya, kita tidak tahu bagaimana kejadian itu bisa terjadi. Kita menganggapnya itu kebetulan. Sedang beruntung saja. Pada hal itu bisa dijelaskan secara ilmiah bagaimana Mestakung bekerja. Belakangan saya baru sadar, ternyata banyak kejadian dalam hidup kita bagian dari Mestakung. Beberapa waktu yang lalu saya jatuh sakit sekitar dua bulan lebih. Badan saya lemas, was-was dan tidak konsentrasi. Setelah itu tiba-tiba badan, pinggang, lutut dan pergelangan tangan ikut-ikutan sakit. Sampai ngilu-ngilu. Selera makan jadi tiba-tiba hilang. Beberapa obat tradisional sudah saya coba tapi hasilnya tidak menunjukkan perubahan. Saya pun memutuskan untuk berobat disebuah rumah sakit swasta di Mataram. Siangnya saya minta kepada adek ipar yang bekerja dirumah sakit tersebut untuk mendaftarkan kedokter bagian da

Buah Bile

Penulis bersama seorang teman dengan latar buah bile dihalaman Hotel Mina Tanjung, Lombok Utara. SUDAH lama tidak melihat pohon bile yang berbuah lebat dan besar. Sekarang pohonnya mulai langka, apa lagi yang berbuah besar seperti ini. Bersyukur bisa melihat lagi pohon ini di Mina Tanjung Hotel, KLU. Buah (buaq, Sasak) pohon ini sering kita pakai bermain dulu waktu kecil dikebun dan disawah. Kadang kita tendang-tendang seperti bola. Pohonnya sering kita pakai membuat gasing. Kalau musim gasing, kita sering keliling sawah dan kebun untuk mencari pohon bile yang ukurannya pas untuk membuat gasing. Kita sampai nekad mencuri pohon milik orang yang tumbuh jadi pagar sawah atau kebun orang demi mendapatkan bahan untuk membuat gasing yang bagus. Pohon atau rantingnya bagus jadi bahan membuat gasing karena seratnya bagus dan tidak ada 'hati' seperti pohon yang lain. Di kampung saya Lombok Timur belum pernah saya lihat atau dengar orang memakan buah bile. Tapi didaerah lain di Lomb

Legit dan Gurih Pelemeng Campur Poteng

Pelemeng dan Poteng, pasangan serasi untuk disantap bersamaan dikala silaturrahmi hari Lebaran SETIAP kampung di Lombok punya jajan khas yang dibuat khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di Desa Aikmel, Lombok Timur misalnya – beberapa hari menjelang lebaran, kaum ibu sudah sibuk menyiapkan beraneka jenis makanan dan jajan yang akan disajikan pada hari istimewa. Di antara jajan yang selalu ada disebut Pelemeng dan Poteng. Bila datang bersilaturrahmi kewarga - Pelemeng dan Poteng yang terdepan untuk disuguhkan. Pelemeng yang terbuat dari ketan rasanya gurih dan kenyal sedangkan Poteng terasa manis dan berair. Saat dimakan, akan bertemu rasa gurih dan manis dimulut. Dua jenis jajan tradisional masyarakat Sasak ini cukup mengenyangkan kalau dimakan.   Pelemeng terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Membuat Pelemeng, daun pisang yang dipakai sengaja dipilih yang ukuran diameternya besar dan panjang. Daun pisang dijemur terlebih dahulu sebelum dibentuk supaya ti