Tanggal 3 Mei yang lalu, saya kembali membuat survei kecil-kecilan dihalaman FB ini. Alhamdulillah 34 orang yang memberikan like dan 25 orang memberikan komentar. Banyak respon yang mewakili pembaca atau teman FB saya. Silahkan bisa dicek dan baca komentar mereka.
Survei ini bisa Anda maknai serius, bisa juga tidak. Itu tergantung Anda yang melihat dan menangapinya. Saya sendiri mempostingnya dengan pikiran yang serius bukan bermaksud iseng-iseng. Ada alasan yang mendorong saya untuk bertanya kepada teman-teman.
Pertanyaannya apa yang kira - kira membuat hidup Anda bahagia? 1. Uang 2. Harta / kekayaan 3. Jabatan / tahta 4. Pasangan (suami, istri, pacar) 5. Keluarga 6. Kebijakan pemerintah 7. Pikiran 8. Kesehatan
Setiap orang pasti berbeda jawabannya. Ada yang bilang tanpa uang, harta dan kekayaan kita tidak bisa hidup. Kita tidak akan bisa memenuhi kebutuhan makan, minum, pakaian sehari-hari. Tapi dalam kehidupan nyata, banyak orang yang bisa hidup meski kekurangan uang dan kekayaan. Ia hidup normal ditengah masyarakat.
Begitu juga ada anggapan, hidup tanpa tahta dan jabatan kita akan diremehkan, dilecehkan, diinjak-injak dan dianggap tidak ada oleh orang lain. Tapi faktanya banyak orang yang hidupnya nyaman dan bahagia meski tanpa jabatan, posisi atau pengaruh. Mereka bahagia dengan posisi sebagai orang biasa.
Kalau ingin bahagia harus punya pasangan pacar, suami, istri, anak - keluarga. Padahal banyak orang yang bahagia meski tidak punya pacar, tidak kawin. Ia nyaman dan cukup dengan kejombloan sampai tua. Ia bahagia bersama teman-teman dan sahabatnya. Sementara satu sisi banyak orang yang menjauh, meninggalkan dan berpisah dengan pesangan hidup atau keluarganya.
Banyak orang naik gunung, masuk hutan, datang ke pantai untuk menghibur, memenangkan diri, menikmati kesendirian dari kejenuhan dan kebosanan dari pekerjaan dan masalah keluarga. Mereka ada yang traveling sendiri ke luar negeri sendiri tanpa mengajak keluarga atau pasangannya. Jadi pasangan atau keluarga juga tidak menjamin lahirnya kebahagiaan.
Ada yang beranggapan bahwa kebijakan pemerintah yang pro rakyat selain bisa membahagiakan rakyat tapi juga bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tapi realitanya banyak kelompok masyarakat yang tidak suka, benci bahkan oposisi dengan pemerintah. Setelah pemerintahnya berganti, ternyata mimpi yang diharapkan belum juga terwujud.
Setelah sakit banyak orang menjadikan faktor kesehatan sebagai satu-satunya yang bisa membuat orang bahagia. Kesehatan itu tidak bisa dibayar atau di ganti dengan apapun. Ungkapan itu sangat benar. Tapi banyak orang menjadi sakit karena tidak ada uang atau karena kelebihan uang sehingga ia bisa membeli apa saja atau memakan apa saja tanpa kontrol.
Kalau menunggu tercapainya semua kriteria diatas baru kita merasa bahagia, maka rasanya akan sulit kita akan meraih bahagia dalam hidup. Itu juga kalau kita dianugrahkan Tuhan umur panjang. Kalau tidak rasanya mustahil untuk meraih kebahagiaan. Bukankah katanya kebahagiaan itu milik semua orang.
Dari semua penjelasan diatas, tidak banyak orang yang mengetahui kunci atau akar kebahagian itu terletak dimana. Banyak juga orang tidak bisa membedakan faktor utama dan faktor pendukung kebahagiaan. Wajar kalau banyak orang sibuk mencari kebahagiaan ke mana-mana tapi lupa untuk menemukan pada dirinya.
Faktor utama atau kunci bahagia (kebahagiaan) adalah pikiran. Dengan pikiran lah manusia akan merasa bahagia atau merasa sengsara. Dengan pikiran lah manusia bisa mengubah perasaan sedih jadi senang, gembira, sedih atau sebaliknya. Pikiran lah yang akan mengelola dan mengontrol perasaan. Pikiran lah yang bisa mengubah panas jadi dingin, dingin jadi hangat (panas).
Ada pun uang, harta / kekayaan, jabatan / tahta, pasangan (suami, istri, pacar), keluarga, kesehatan atau kebijakan pemerintah itu sebagai faktor pendukung kebahagiaan. Mengabaikan faktor pendukung yang datang dari luar itu juga tidak tepat. Karena banyak orang merasa sulit meraih bahagia tanpa uang, keluarga atau kesehatan.
Bahagia merupakan perasaan yang lahir dari dalam bukan dari luar. Lahir dari hasil refleksi bercampur dengan pengetahuan dan pengalaman yang ia rasakan. Menyangkut tentang rasa atau perasaan senang, nyaman, syukur, tidak khawatir atau tidak merasa terancam.
Perasaan itu sendiri bisa diatur, kelola dan kontrol oleh pikiran. Pikiran lah yang menjadi alat kendali dan kontrol kita. Makanya aset ini harus dijaga, rawat dan kelola dengan benar. KBukan perasaan yang mudah berubah-ubah itu yang harus mengendalikan dan mengontrol pikiran. Kalau perasaan yang mengendalikan pikiran maka akan sulit menemukan kata kebahagiaan. Kalau ingin bahagia, ubahlah pikiran mu maka perasaan akan mengikuti (berubah) dengan sendirinya.
Bahagia itu sederhana karena menyangkut perasaan dan pikiran senang, nyaman dan syukur yang datang dari dalam, bukan dari luar. Karena momen-momen bahagia bisa diciptakan setiap hari, kapan saja dan dimana saja - baik dengan diri sendiri maupun bersama dengan orang-orang yang kita cintai.
Informasi atau kejadian yang datang dari luar bisanya tidak mudah kita kontrol. Banyak informasi, kejadian atau peristiwa yang membuat kita kaget, sedih, terharu, prihatin - maka agar tidak mudah terbawa situasi, yang paling memungkinkan adalah mengontrol pikiran dan perasaan kita.
Kalau ada informasi atau kejadian yang bisa menganggu perasaan, maka harus diwaspadai. Pikiran harus segara mengendalikan perasaan agar jangan terus menerus terganggu atau diganggu oleh sesuatu yang datang dari luar.
Kita lah yang harus memegang dan mengendalikan on - off pikiran dan perasaan kita agar bisa meraih nikmat bahagia. Bukan orang lain, bukan informasi atau kejadian yang datang dari luar yang tidak bisa kita kendalikan.
Oleh Tuhan, semua umat manusia diberikan pikiran yang sama secara adil. Baik dia lahir dari suku apapun, dari keturunan apa pun, dari agama mana pun - justru kita manusia yang banyak tidak mengenal dan memaksimalkan pikiran. Di sanalah salah satu letak keadilan dan ke maha besaran dan keadilan Tuhan.[]
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10221839948740077&id=1598472943&mibextid=Nif5oz
Komentar
Posting Komentar