Langsung ke konten utama

Memesan Kursi Pelatihan di Hotel Bintang 5 dengan Kekuatan Pikiran

Awal bulan Juli 2022 lalu saya hampir tidak ada kesibukan yang menyita waktu banyak. Hal itu saya pergunakan untuk mempelajari dan mendalami berbagai hal yang menjadi interest saya belakangan ini, baik dengan membaca buku-buku, mengikuti acara zoom, menonton atau membuat video YouTube.

Saya lalu kepikir, "Wah sudah lama ini saya tidak ada undangan kegiatan atau acara. Pingin rasanya dapat undangan kegiatan atau pelatihan terkait peningkatan kapasitas digital" gumam saya di suatu tempat. Tentu saja kegiatan, pelatihan atau acara yang saya inginkan itu sifatnya ofline, bukan online. Setelah itu, pikiran tentang itu saya lepas dan tidak inget lagi. Pertengahan 2022 itu, penyebaran covid di Indonesia sudah mulai menurun.

Kira-kira seminggu atau dua minggu setelah itu, istri saya mendapatkan undangan untuk mengikuti pelatihan dari  Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Deprindag) Lombok Barat. Setelah menyatakan kesediaan untuk ikut, namanya lalu dikirim kepada panitia penyelenggara pelatihan pusat, Departemen Perindustrian & Perdagangan (Deprindag) RI di Jakarta. 

Keesokan harinya panitia Deprindag pusat menghubungi dengan tujuan mengecek dan memastikan kesediaan calon peserta. Tak cukup sekali, malah dua kali mereka menghubungi termasuk memberitahu syarat-syarat yang harus dipenuhi dan akan diserahkan pada saat registrasi peserta. Syaratnya membawa KTP, calon peserta juga diharuskan membawa bukti vaksin covid sebanyak 2 kali. 

Setelah melihat undangan, susunan acara dan materi yang akan disampaikan pada saat acara tanggal 12-15 Juli 2022 itu, saya jadi tertarek untuk juga ikut. Saya lalu menggunakan pikiran saya untuk "memesan satu kursi" agar saya bisa mengikuti pelatihan itu. Saya "memesan" kursi warna putih  untuk saya duduki, posisi kursinya paling depan agar saya leluasa mendengar materi narasumber dan bisa bertanya langsung. 

Saya lalu mempersiapkan diri untuk ikut dengan menyiapkan bukti vaksin covid sebanyak 2 kali sebagai syarat. Masalahnya saya tidak punya bukti sudah melakukan vaksin meski sudah melakukan 2 kali, baik yang saya lakukan di Lombok Barat atau di Lombok Timur. Selesai vaksin  penyelenggara tidak memberikan langsung, mereka malah bilang akan dikirim melalui WA. Setelah bertanya keberbagai pihak, saya dapat informasi bahwa data orang yang sudah melakukan vaksin bisa diminta  di Puskesmas terdekat dimana ia pernah vaksin.

Sehari sebelum acara, saya mendapatkan informasi bahwa paman salah seorang peserta meninggal dunia. Itu artinya, kemungkinan besar dia tidak akan bisa mengikuti pelatihan yang akan berlangsung di Hotel Mirumatta, sebuah hotel bintang 5 di Sengigi, Lombok Barat. Itu juga menandakan bahwa ada satu kursi peserta yang akan kosong. Informasi itu membuat saya makin yakin bahwa peluang saya bisa mengikuti pelatihan itu terbuka meski tidak teregistrasi dipanitia pusat. 

Hari pertama acara, sebelum berangkat menuju Sengigi, saya datang ke Puskesmas untuk minta bukti sudah melakukan vaksin covid sebanyak 2 kali. Tak butuh waktu lama di Puskesmas, hanya diminta menunjukkan KTP, apa yang saya minta dengan cepat diberikan. Nama-nama masyarakat yang sudah vaksin terekam dengan baik disana. 

Sampai di lokasi acara, saya bersama istri langsung menuju meja registrasi panitia yang sudah menunggu. Panitia yang berasal dari pusat itu menanyakan nama, KTP dan bukti sudah vaksin, saya lalu diarahkan untuk masuk. Di ruangan berukuran besar itu ternyata peserta sudah penuh. Saya pun mencari-cari kursi kosong yang semuanya dibungkus dengan kain warna putih. Ternyata kursi yang masih kosong terletak paling depan. 

Subhannalah teman-teman, apa yang saya pesan atau inginkan sebelumnya terwujud. Tuhan mengabulkan persis seperti apa yang saya inginkan. Setelah duduk dan meletakkan leptop diatas meja, saya kembali ingat apa yang saya pesan atau inginkan 3 atau 4 hari sebelumnya. 

"Saya akan menjadi salah seorang peserta pelatihan yang diadakan oleh Deprindag RI itu, duduk paling depan pakai kursi berwarna putih". Saya memilih kursi seperti itu karena umumnya kursi-kursi dihotel berbintang itu biasanya dibungkus pakai kain warna putih. 

Sambil membuka leptop yang saya senyum-senyum mengingat proses itu. Ternyata   kekuatan pikiran itu sangat dahsyat untuk menarek dan mewujudkan berbagai hal yang kita inginkan kalau kita tahu cara menggunakannya. Pikiran adalah anugrah Tuhan yang paling berharga yang harus dikenali, maksimalkan dan gunakan secara baik. 

Belakangan setelah saya cermati, proses atau tahap yang saya lakukan itu untuk mengikuti kegiatan itu tak ubahnya proses the low of attraction (LoA). Mulai dari ingin (meminta) untuk mengikuti sebuah kegiatan. Lalu percaya (yakin) dengan apa yang  saya inginkan itu akan terwujud. Setelah itu menerima. Dalam hal ini saya seolah-olah sudah terdaftar sebagai peserta sehingga perlu mempersiapkan syarat yang ditentukan oleh penyelenggara kegiatan. 

Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang saya alami selama ini saya makin percaya dan yakin bahwa kekuatan pikiran itu memang luar biasa. Saya lalu teringat dengan kalimat Robin S. Sharma yang cukup lama saya tempel didinding kamar. Ia mengatakan, "Segala hal tercipta dua kali, pertama didalam benak dan kedua di dalam kenyataan". Benak yang dimaksud Robin tentu saja pikiran. 

Namun sebagian besar orang tidak menyadari atau tidak memahami hal itu. Dan itu wajar, karena tidak pernah diajarkan dalam lingkungan keluarga, masyarakat atau dalam pendidikan formal. Yang banyak diajarkan dan tanam kan sejak kecil kita harus pintar, cerdas, sukses dan berahlak. Bagaimana mengenal dan menggunakan pikiran agar cerdas, pintar, berahlak dan sukses sepertinya itu jarang kalau tidak disebut langka.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Legit dan Gurih Pelemeng Campur Poteng

Pelemeng dan Poteng, pasangan serasi untuk disantap bersamaan dikala silaturrahmi hari Lebaran SETIAP kampung di Lombok punya jajan khas yang dibuat khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di Desa Aikmel, Lombok Timur misalnya – beberapa hari menjelang lebaran, kaum ibu sudah sibuk menyiapkan beraneka jenis makanan dan jajan yang akan disajikan pada hari istimewa. Di antara jajan yang selalu ada disebut Pelemeng dan Poteng. Bila datang bersilaturrahmi kewarga - Pelemeng dan Poteng yang terdepan untuk disuguhkan. Pelemeng yang terbuat dari ketan rasanya gurih dan kenyal sedangkan Poteng terasa manis dan berair. Saat dimakan, akan bertemu rasa gurih dan manis dimulut. Dua jenis jajan tradisional masyarakat Sasak ini cukup mengenyangkan kalau dimakan.   Pelemeng terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Membuat Pelemeng, daun pisang yang dipakai sengaja dipilih yang ukuran diameternya besar dan panjang. Daun pisang dijemur terlebih dahulu sebelum dibentuk supaya ti

Kejadian Mestakung Yang Saya Alami

Taman Bunga, Sembalun, Lombok Timur Bagi sebagian orang, apa yang saya alami ini mungkin hal biasa. Lumrah terjadi, sering kita alami dan pernah dialami oleh banyak orang. Saking biasanya, kita tidak tahu bagaimana kejadian itu bisa terjadi. Kita menganggapnya itu kebetulan. Sedang beruntung saja. Pada hal itu bisa dijelaskan secara ilmiah bagaimana Mestakung bekerja. Belakangan saya baru sadar, ternyata banyak kejadian dalam hidup kita bagian dari Mestakung. Beberapa waktu yang lalu saya jatuh sakit sekitar dua bulan lebih. Badan saya lemas, was-was dan tidak konsentrasi. Setelah itu tiba-tiba badan, pinggang, lutut dan pergelangan tangan ikut-ikutan sakit. Sampai ngilu-ngilu. Selera makan jadi tiba-tiba hilang. Beberapa obat tradisional sudah saya coba tapi hasilnya tidak menunjukkan perubahan. Saya pun memutuskan untuk berobat disebuah rumah sakit swasta di Mataram. Siangnya saya minta kepada adek ipar yang bekerja dirumah sakit tersebut untuk mendaftarkan kedokter bagian da

Buah Bile

Penulis bersama seorang teman dengan latar buah bile dihalaman Hotel Mina Tanjung, Lombok Utara. SUDAH lama tidak melihat pohon bile yang berbuah lebat dan besar. Sekarang pohonnya mulai langka, apa lagi yang berbuah besar seperti ini. Bersyukur bisa melihat lagi pohon ini di Mina Tanjung Hotel, KLU. Buah (buaq, Sasak) pohon ini sering kita pakai bermain dulu waktu kecil dikebun dan disawah. Kadang kita tendang-tendang seperti bola. Pohonnya sering kita pakai membuat gasing. Kalau musim gasing, kita sering keliling sawah dan kebun untuk mencari pohon bile yang ukurannya pas untuk membuat gasing. Kita sampai nekad mencuri pohon milik orang yang tumbuh jadi pagar sawah atau kebun orang demi mendapatkan bahan untuk membuat gasing yang bagus. Pohon atau rantingnya bagus jadi bahan membuat gasing karena seratnya bagus dan tidak ada 'hati' seperti pohon yang lain. Di kampung saya Lombok Timur belum pernah saya lihat atau dengar orang memakan buah bile. Tapi didaerah lain di Lomb