Langsung ke konten utama

Hari Jum’at yang Kami Tunggu


Dulu ketika masih menjadi santri di Pesantren Al-Mujahidin, Bangek Nyaka, Aikmel, hari jum’at adalah hari yang paling kami tunggu. Begitu juga dengan dengan saya dan teman-teman yang lain. Kami selalu berharap, hari jum’at akan datang lebih cepat.

Kenapa hari jum’at menjadi hari paling special bagi kami ketika itu ? Pertama, hari jum’at kami libur. Libur dari jadwal mengaji dimusholla. Dari pagi sampai sore kami bebas kemana saja. Untuk itu sering kali hari itu kami manfaatkan betul untuk mengusir penat dari jadwal mengaji selama satu minggu.

Bagi teman-teman yang tidak bersekolah, biasanya mereka pulang kerumah masing-masing untuk menggambil bekal. Kalau tidak pulang, biasanya mereka pergi keluyuran kepasar Aikmel untuk membeli kitab, sabun atau atau kebutuhan sehari-hari dipondok. Bagi yang tidak pulang, mereka akan diantarkan bekal oleh orang tuannya.

Jum’at pagi kami juga biasa melakukan gotong royong membersihkan halaman dan lingkungan pondok. Hari itu juga kami manfaatkan untuk  nyuci atau bersih-bersih kamar. Sekali-kali kami juga gunakan untuk olah raga seperlunya dihalaman pondok yang sempit.   

Setelah sholat jum’at orang tua kami akan datang membawakan makanan dan uang untuk bekal  satu minggu kedepan. Mereka datang sambil mengikuti pengajian umum yang khusus diperuntukkan bagi orang tua. Ini lah momen gajian mingguan yang paling kami tunggu-tunggu.

Kami kadang sengaja tidak makan dari pagi agar siangnya kami bisa makan puas. Saya masih inggat, selain dibawakan nasi dan lauk, menu wajib yang selalu dibawakan ibu yaitu sambal goreng. Menu ini selalu dibawakan ibu karena dianggap bisa bertahan sampai satu minggu. Dengan menu sambal, makannya juga irit.

Oh ya selain itu, pada hari jum’at kami juga biasa menggunakan pakaian terbagus yang kami miliki. Ini kami pakai ketika naik sholat jum’at dimasjid yang berada ditengah-tengah kampung. Tak lupa juga kami menyemprot wangi-wangian kepakaian kami seperlunya. Itulah sekelumit alasan kenapa hari jum’at hari dan membahagiakan bagi kami. Dengan menu sambal, makannya juga irit.

Oh ya selain itu, pada hari jum’at kami juga biasa menggunakan pakaian terbagus yang kami miliki. Ini kami pakai ketika naik sholat jum’at dimasjid yang berada ditengah-tengah kampung. Tak lupa juga kami menyemprot wangi-wangian kepakaian kami seperlunya. Itulah sekelumit alasan kenapa hari jum’at hari dan membahagiakan bagi kami. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Legit dan Gurih Pelemeng Campur Poteng

Pelemeng dan Poteng, pasangan serasi untuk disantap bersamaan dikala silaturrahmi hari Lebaran SETIAP kampung di Lombok punya jajan khas yang dibuat khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di Desa Aikmel, Lombok Timur misalnya – beberapa hari menjelang lebaran, kaum ibu sudah sibuk menyiapkan beraneka jenis makanan dan jajan yang akan disajikan pada hari istimewa. Di antara jajan yang selalu ada disebut Pelemeng dan Poteng. Bila datang bersilaturrahmi kewarga - Pelemeng dan Poteng yang terdepan untuk disuguhkan. Pelemeng yang terbuat dari ketan rasanya gurih dan kenyal sedangkan Poteng terasa manis dan berair. Saat dimakan, akan bertemu rasa gurih dan manis dimulut. Dua jenis jajan tradisional masyarakat Sasak ini cukup mengenyangkan kalau dimakan.   Pelemeng terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Membuat Pelemeng, daun pisang yang dipakai sengaja dipilih yang ukuran diameternya besar dan panjang. Daun pisang dijemur terlebih dahulu sebelum dibentuk supaya ti

Kejadian Mestakung Yang Saya Alami

Taman Bunga, Sembalun, Lombok Timur Bagi sebagian orang, apa yang saya alami ini mungkin hal biasa. Lumrah terjadi, sering kita alami dan pernah dialami oleh banyak orang. Saking biasanya, kita tidak tahu bagaimana kejadian itu bisa terjadi. Kita menganggapnya itu kebetulan. Sedang beruntung saja. Pada hal itu bisa dijelaskan secara ilmiah bagaimana Mestakung bekerja. Belakangan saya baru sadar, ternyata banyak kejadian dalam hidup kita bagian dari Mestakung. Beberapa waktu yang lalu saya jatuh sakit sekitar dua bulan lebih. Badan saya lemas, was-was dan tidak konsentrasi. Setelah itu tiba-tiba badan, pinggang, lutut dan pergelangan tangan ikut-ikutan sakit. Sampai ngilu-ngilu. Selera makan jadi tiba-tiba hilang. Beberapa obat tradisional sudah saya coba tapi hasilnya tidak menunjukkan perubahan. Saya pun memutuskan untuk berobat disebuah rumah sakit swasta di Mataram. Siangnya saya minta kepada adek ipar yang bekerja dirumah sakit tersebut untuk mendaftarkan kedokter bagian da

Buah Bile

Penulis bersama seorang teman dengan latar buah bile dihalaman Hotel Mina Tanjung, Lombok Utara. SUDAH lama tidak melihat pohon bile yang berbuah lebat dan besar. Sekarang pohonnya mulai langka, apa lagi yang berbuah besar seperti ini. Bersyukur bisa melihat lagi pohon ini di Mina Tanjung Hotel, KLU. Buah (buaq, Sasak) pohon ini sering kita pakai bermain dulu waktu kecil dikebun dan disawah. Kadang kita tendang-tendang seperti bola. Pohonnya sering kita pakai membuat gasing. Kalau musim gasing, kita sering keliling sawah dan kebun untuk mencari pohon bile yang ukurannya pas untuk membuat gasing. Kita sampai nekad mencuri pohon milik orang yang tumbuh jadi pagar sawah atau kebun orang demi mendapatkan bahan untuk membuat gasing yang bagus. Pohon atau rantingnya bagus jadi bahan membuat gasing karena seratnya bagus dan tidak ada 'hati' seperti pohon yang lain. Di kampung saya Lombok Timur belum pernah saya lihat atau dengar orang memakan buah bile. Tapi didaerah lain di Lomb