http://blogdetik.com |
Kalau pada postingan sebelumnya, saya menulis “Honor Kejutan dari Suara NTB”, kali ini saya akan berbagi cerita tentang pengalaman seorang teman mendapatkan ‘uang kaget’ dari sebuah perusahaan asuransi. Pengalaman mendapatkan ‘uang kaget’ itu ia alami ketika sang ayah meninggal dunia beberapa waktu lalu.
Kira-kira dua atau tiga minggu setelah bapaknya meninggal dunia, teman itu datang kerumah. Ia mampir kerumah setelah meyelesaikan sebuah urusan di Mataram. Di rumah ia menceritakan beberapa hal yang dia alami setelah bapaknya yang seorang tuan guru itu menghadap sang ilahi.
Banyak hal yang ia ceritakan, mulai dari tanggung jawabnya dalam memimpin pondok pesantren termasuk antusiasme masyarakat dalam membantunya membangun pondok setelah bapaknya tiada. Namun yang ingin saya ceritakan disini, ketika ia didatangi oleh orang-orang asuransi.
“Saya tak menyangka didatangi oleh orang asuransi kak Ucup. Dia juga membawa barang layaknya orang ngelayat”katanya bercerita.
“Setelah itu ia meminta saya mengumpulkan syarat administrasi supaya bisa mendapatkan santunan” tambahnya. Ia sendiri mengaku tidak tahu siapa yang memberikan informasi kepada orang asuransi itu perihal kematian bapaknya.
Singkat cerita setelah syaratnya dipenuhi, teman itu mendapatkan dana santunan kematian dari perusahaan asuransi tersebut sebesar 13 juta.
“Benar-benar ma khaisu la yah thasib (rezeki yang datangnya tak disangka-sangka)”katanya menambahkan.
Pertanyaannya, bagaimana bisa bapaknya mendapatkan santunan kematian dari perusahaan asuransi tersebut?
Setelah ditelusuri, ternyata tiga belas tahun yang lalu almarhum bapaknya pernah menyetor uang premi sebesar 2 juta rupiah kepada perusahaan asuransi yang memberinya santunan tersebut. Uang 2 juta itulah kemudian berkembang menjadi 13 juta selama kurun waktu tiga belas tahun.
Sejak mengalami kejadian unik itu ia menyadari akan pentingnya asuransi jiwa bagi diri dan keluarganya.
“Uang sepuluh juta itu saya ambil, sisanya saya pakai untuk meneruskan asuransi tersebut atas nama saya dan istri.” tuturnya lagi.
Menurut teman itu, dana santunan itu sangat berarti bagi keluarganya. Apa lagi biaya yang dikeluarkan ketika bapaknya meninggal dunia mencapai puluhan juta rupiah. Besarnya dana yang dikeluarkan menyebabkan keluarganya terpaksa menggadaikan sebagian tanah miliknya untuk menutupi besarnya dana yang dikeluarkan.
http://id.88db.com |
Besarnya dana yang dibutuhkan orang ketika mengalami musibah seperti itu tentu berbeda-beda. Tergantung siapa, daerah, bagimana cara dan tentunya berdasarkan kemampuan ekonomi sebuah keluarga. Kita tidak bisa mengatakan pengeluaran yang besar sebagai pemborosan. Dibalik itu ada do’a, tradisi dan nilai-nilai keagamaan yang harus dipelihara.
“Bapak ente ikut asuransi model lama. Kalau ikut asuransi model sekarang, bapak ente bisa dapat uang santunan 100 juta rupiah” kata saya menimpali.
“Dengan dana sebesar itu, sebagian bisa dipakai biaya begawe, sisanya menjadi tabungan keluarga” tambah saya.
Asuransi yang diikuti oleh almarhum bapak teman itu memang asuransi model lama. Model seperti itu sekarang sudah tidak ada. Makanya uang pertanggungan yang didapat sangat kecil. Kalau mengikuti asuransi jiwa model sekarang nilai santunannya mencapai 100-200 juta. Kalau mengambil asuransi syari’ah malah dapat bonus setiap tahun diluar manfaat-manfaat yang lain.
Walau asuransi jiwa memiliki banyak manfaat, disekeliling kita masih banyak orang yang belum sadar akan pentingnya asuransi. Sebagian orang masih menganggap, asuransi jiwa itu belum penting karena ada kebutuhan lain yang lebih penting. Masih banyak yang beranggapan bahwa orang yang membeli asuransi itu orang yang banyak uang dan hanya untuk orang kaya.
Padahal logika asuransi itu sebaleknya. Kita yang memiliki pendapatan terbatas dan pendapatan tidak menentu yang sebenarnya sangat membutuhkan asuransi. Kalau orang kaya tidak perlu asuransi juga tidak apa-apa karena uangnya melimpah. Tinggal ambil saja, kalau ia butuh untuk berobat, beli ini itu – sudah tersedia.
Bagi saya asuransi itu ibarat membeli payung sebelum hujan tiba. Selain cara untuk menabung dengan menyisihkan sebagian pendapatan kita setiap bulan tapi juga sebagai proteksi (jaminan) dana kalau sewaktu-waktu kita mengalami sakit, kena musibah dan lain-lain.
Kesadaran memang sering kali tidak muncul dengan sendirinya. Tidak lahir karena sebab pendidikan, bacaan atau pergaulan – termasuk berdasarkan sepotong cerita orang lain. Kesadaran sering kali muncul setelah kita mengalami, merasakan dan mengenai kita secara langsung.
http://brighterlife.co.id/2012 |
Pepatah bijak mengatakan, “Siapa yang menanam, dialah yang akan memetik buahnya”. Semoga cerita ini memberikan inspirasi dan pembelajaran - sebagai perbandingan dalam menata hidup yang lebih baik.
Komentar
Posting Komentar