Langsung ke konten utama

Menyerap Energi Menulis dari Albertine Endah



Sumber foto : http://sittyasiah.wordpress.com
MINGGU (8/6) sore itu saya merasa sangat beruntung menunda waktu pulang kerumah. Ketika akan berangkat pulang, mata saya tertuju ke tv layar datar yang terletak tidak jauh dari tempat duduk saya. Dilayar Metro tv diumumkan sebentar lagi akan ditayangkan ada acara TeaTIME with Desy Anwar tentang Albertine Endah, “Menulis dengan Hati”. Saya pikir ini lah acara yang saya tunggu-tunggu.

Setelah menunggu beberapa saat, acara yang saya nanti akhirnya tayang. Dimulai dengan kemunculan Desy Anwar selaku pembawa acara yang sedang berada disebuah ruangan yang sekelilingnya penuh dengan buku tersusun secara rapi dirak. Disana diletakkan meja dan kursi tempat duduk santai sambail membaca buku. Sesaat kemudian muncullah tamu acara tersebut, Albertine Endah, seorang penulis novel dan biografi sukses.

Saya penasaran ingin tahu bagaimana perjalanan seorang Albertine Endah menapaki tangga sukses menjadi penulis. Setiap orang pasti memiliki pengalaman, tantangan dan cara pandang sebelum memetik buah kesuksesan. Apa lagi kalau pekerjaan itu belum dianggap memberikan jaminan masa depan yang cerah bagi kebanyakan orang. Dan Albertine salah satu orang yang sukses bekerja mengikuti passion-nya. Bekerja berdasarkana apa yang ia sukai dan cintai. Itulah kira beberapa hal yang ingin saya petik dari acara itu.

Dari sikap tubuh dan bahasa yang dipakai oleh Desy Anwar, saya melihat ia sudah kenal dan akrab dekat dengan Albertine Endah. Ia juga memanggil Albertine dengan menyingkat namanya menjadi EA. Bukankah itu menunjukkan Desy bukan hanya kenal tapi akrab atau mungkin berteman dengan narasumbernya itu.

Mungkin saja Desy ingin menunjukkan sikap profesionalisme seorang wartawan yang telah berpengalaman mewawancarai banyak tokoh penting dalam dan luar negeri. Dia memperlakukan narasumbernya seperti orang sudah saling kenal sejak lama. Ini terlihat ketika menyambut narasumbernya seperti dua orang teman yang sudah lama tidak bertemu. Dari sana saya ingin belajar bagaimana bersikap kepada seorang narasumber.

Kepada Desy, Albertine Endah bercerita bagaimana mengaku ketika masih menjadi wartawan muncul kejenuhan dalam dirinya. Ia merasa ada yang kurang dalam dirinya. Ia ingin merasakan tantangan baru dalam hidupnya.

“Waktu itu agak sulit dijelaskan. Intinya, ada yang kurang lengkap dalam hidup saya” tuturnya.

Sejak itu berpikir untuk resing menjadi wartawan. Tapi memutuskan hal itu tidak mudah baginya. Ia ragu untuk berhenti menjadi wartawan dan fokus menulis buku. Keraguan itu bukan karena ragu akan kemampuan menulisnya. Apakah dengan menulis kebutuhannya akan bisa terpenuhi. Bukankah pekerjaan sebagai seorang wartawan majalah sudah memberikannya gaji lumayan setiap bulan baginya. Namun ditengah kebimbangan itu, muncul keinginan untuk mencoba.

“Sempat berpikir untuk mencoba mengikuti suara hati” katanya.

Baginya semua orang memiliki peluang yang sama untuk sukses. Walau caranya berbeda-beda. Namun tidak semua orang berani membuat keputusan berdasarkan passion atau kata hatinya. Dia tidak berani untuk mencoba dan mengambil resiko.

“Dalam diri kita ada power yang sangat luar biasa. Dari ujung kaki sampai ujung rambut. Diri kita juga sangat kreatif yang kadang tidak pernah kita perhatikan” jelasnya.

Setelah memutuskan untuk mencoba mengikuti suara hatinya, ia merasa datang sebuah keajaiban yang mendekatinya.

“Ajaib tiba-tiba KD (artis Krisdayanti, red) menelpon saya dan minta untuk ditulis” tutur penulis yang kini sedang menggarap biografi penyanyi Ahmad Dani.

Selang beberapa lama setelah menulis buku biografi Krisdayanti, bos MD Entertainmen, Raam Pujabi juga menelpon minta ditulis biografinya.

“Kalau KD bisa ditulis, saya juga bisa dong” kata Albertine meniru permintaan bos sinetron keturunan India itu.

Sejak itu Albertine mulai yakin akan jalan hidupnya dengan menulis. Apa lagi sambutan pembaca terhadap karya-karyanya baik dalam bentuk novel atau biografi tokoh cukup baik. Hampir semua buku yang ditulisnya best seller, salah satunya novel beiografi Merry Riana, Mimpi Sejuta Dolar.

Saya sendiri sudah punya dan membaca buku ini sampai selesai. Dalam novel biografi ini Albertine dengan sangat apik menuturkan pahit manis kisah hidup Merry Riana selama menempuh pendidikan di Singapura dan bagaimana membangun bisnis sampai meraih penghasilan satu juta dolar dalam usia 26 tahun.

“Hal yang paling saya sukai ketika wawancara orang adalah mendengarkan kisah mereka menemukan titik balek dalam hidupnya” katanya.

Dalam wawancara singkat itu Albertine Endah tidak lupa mengungkap rahasianya sehingga sangat produktif menulis buku. Salah satu, terlatak pada konsistennya membuat deadline dalam menulis.

“Deadline itu harus ada dalam diri kita, kalau tidak maka tidak ada aturan dalam hidup kita” ungkap perempuan yang kini sedang menulis buku biografi kedua Ani Yudoyono. Buku kedua itu konon akan mengungkap sisi lain Ani Yudoyono menjadi istri Presiden SBY.

Dengan menentukan deadline yang jelas kita akan memiliki perencanaan menulis yang jelas. Kapan harus mengumpulkan bahan, kapan wawancara dan kapan waktunya menulis. Dengan perencanaan, menulis akan lebih ringan. Ia juga mengibaratkan membaca itu memasukkan dan menulis itu mengeluarkan.

“Tentukan kapan kepala kita harus diisi atau masukkan dan kapan kepala kita harus dikeluarkan” tambahnya.

Selain menulis dengan perencanaan dan deadline, Albertin juga mengaku dirinya menulis karena pekerjaan itu sangat ia sukai. Dengan menulis ia merasa hatinya menjadi tenang. Apa lagi beberapa karyanya mampu menginspirasi para pembacanya. Dengan begitu ia merasa telah menemukan passion hidupnya melalui pekerjaan menulis.

Kepada para penulis yang ingin sukses menghasilkan buku-buku best seller, ia berpesan “Disiplin dengan deadline dan pintar melihat peluang-peluang marketing” kata penyayang binatang yang mengasuh 8 ekor anjing dirumahnya ini.

Selesai menonton acara TeaTIME, dalam hati saya bergumam ternyata masih ada acara tv yang menginspirasi. Acara yang bukan saja membuat mata yang melihat menjadi puas dan telinga yang mendengar ikut kenyang. Menghibur dan berisi. Saya pulang dengan lega setelah menyerap energi menulis dari Albertine Endah.

Bagi yang tidak sempat nonton bisa dibuka disini. Slide 1. dan Slide 2 .


Pagutan, 14 Juni 2014




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kejadian Mestakung Yang Saya Alami

Taman Bunga, Sembalun, Lombok Timur Bagi sebagian orang, apa yang saya alami ini mungkin hal biasa. Lumrah terjadi, sering kita alami dan pernah dialami oleh banyak orang. Saking biasanya, kita tidak tahu bagaimana kejadian itu bisa terjadi. Kita menganggapnya itu kebetulan. Sedang beruntung saja. Pada hal itu bisa dijelaskan secara ilmiah bagaimana Mestakung bekerja. Belakangan saya baru sadar, ternyata banyak kejadian dalam hidup kita bagian dari Mestakung. Beberapa waktu yang lalu saya jatuh sakit sekitar dua bulan lebih. Badan saya lemas, was-was dan tidak konsentrasi. Setelah itu tiba-tiba badan, pinggang, lutut dan pergelangan tangan ikut-ikutan sakit. Sampai ngilu-ngilu. Selera makan jadi tiba-tiba hilang. Beberapa obat tradisional sudah saya coba tapi hasilnya tidak menunjukkan perubahan. Saya pun memutuskan untuk berobat disebuah rumah sakit swasta di Mataram. Siangnya saya minta kepada adek ipar yang bekerja dirumah sakit tersebut untuk mendaftarkan kedokter bagian da

Buah Bile

Penulis bersama seorang teman dengan latar buah bile dihalaman Hotel Mina Tanjung, Lombok Utara. SUDAH lama tidak melihat pohon bile yang berbuah lebat dan besar. Sekarang pohonnya mulai langka, apa lagi yang berbuah besar seperti ini. Bersyukur bisa melihat lagi pohon ini di Mina Tanjung Hotel, KLU. Buah (buaq, Sasak) pohon ini sering kita pakai bermain dulu waktu kecil dikebun dan disawah. Kadang kita tendang-tendang seperti bola. Pohonnya sering kita pakai membuat gasing. Kalau musim gasing, kita sering keliling sawah dan kebun untuk mencari pohon bile yang ukurannya pas untuk membuat gasing. Kita sampai nekad mencuri pohon milik orang yang tumbuh jadi pagar sawah atau kebun orang demi mendapatkan bahan untuk membuat gasing yang bagus. Pohon atau rantingnya bagus jadi bahan membuat gasing karena seratnya bagus dan tidak ada 'hati' seperti pohon yang lain. Di kampung saya Lombok Timur belum pernah saya lihat atau dengar orang memakan buah bile. Tapi didaerah lain di Lomb

Legit dan Gurih Pelemeng Campur Poteng

Pelemeng dan Poteng, pasangan serasi untuk disantap bersamaan dikala silaturrahmi hari Lebaran SETIAP kampung di Lombok punya jajan khas yang dibuat khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di Desa Aikmel, Lombok Timur misalnya – beberapa hari menjelang lebaran, kaum ibu sudah sibuk menyiapkan beraneka jenis makanan dan jajan yang akan disajikan pada hari istimewa. Di antara jajan yang selalu ada disebut Pelemeng dan Poteng. Bila datang bersilaturrahmi kewarga - Pelemeng dan Poteng yang terdepan untuk disuguhkan. Pelemeng yang terbuat dari ketan rasanya gurih dan kenyal sedangkan Poteng terasa manis dan berair. Saat dimakan, akan bertemu rasa gurih dan manis dimulut. Dua jenis jajan tradisional masyarakat Sasak ini cukup mengenyangkan kalau dimakan.   Pelemeng terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Membuat Pelemeng, daun pisang yang dipakai sengaja dipilih yang ukuran diameternya besar dan panjang. Daun pisang dijemur terlebih dahulu sebelum dibentuk supaya ti