Langsung ke konten utama

Memetik Inspirasi dari KOMPAS Minggu


inspirasi, kompas minggu, gagasan, ide baru, bacaan hiburan, bacaan ringan,

Salah satu media cetak yang saya suka adalah KOMPAS. Hampir setiap hari saya membaca koran ini. Halaman yang paling saya suka dari koran ini adalah halaman feature yang terletak diujung bawah halaman depan dan bersambung dihalaman 15 belas. Pada hari Senin-Sabtu, rubrik yang wajib saya pelototi adalah rubrik opini dan rubrik sosok.

Rubrik opini saya suka karena dari sana saya bisa membaca pikiran banyak pikiran penulis terbiasa menuangkan pikirannya dalam bentuk tulisan bernas dan pendek. Dari tulisan mereka saya dapat belajar berbagai hal yang tidak saya ketahui.

Para penulis opini itu bukan saja seorang pemikir tapi juga seorang pengamat, konseptor dan pelaku dari apa yang ia pikirkan. Para penulis opini kerap menawarkan ide baru, solusi, kritik dan gugatan terhadap situasi sosial yang berkembang. Mereka bukan semata berwacana namun memberikan kontribusi gagasan yang mencerahkan.

Dari rubrik sosok, saya bisa belajar tentang hidup bagaimana menjadi orang bermakna bagi diri, keluarga, masyarakat dan bangsa. Mereka yang ditulis kiprahnya dirubrik itu adalah orang-orang yang memiliki prestasi dan karya dibidang masing-masing. Redaktur rubrik KOMPAS tentu memiliki kreteria tertentu sebelum menulis kirpah seseorang untuk mengisi rubrik tersebut.

Senin - Sabtu, KOMPAS sengaja menurunkan tulisan yang agak serius. Hari Minggu, tulisan yang diterbitkan mengikuti kondisi pembaca yang sedang libur dan santai. Rubrik yang diturunkan pun ditujukan untuk menghibur dan santai. Berita atau informasi yang agak serius seperti politik, porsinya dikurangi. Ibarat makanan, menu yang disuguhkan dalam bentuk camilan dan snack-snack ringan.

Rubrik lain yang saya suka adalah rubrik sosialita yang kini diberi nama SOCA. Dari rubrik itu saya menjadi tahu dan belajar pergulatan hidup seseorang akan karir dan bidang yang mereka tekuni. Saking suka saya dengan rubrik ini, saya tak jarang langsung membuka halaman itu, tidak membaca dari halaman depan. Dan perlu anda tahu, figur yang diangkat hampir semuanya perempuan cantik dan berprestasi.

inspirasi, kompas minggu, gagasan, ide baru, bacaan hiburan, bacaan ringan,

Kolom lain yang juga tidak kalah saya sukai adalah Aku & Rumahku. Saya suka kolom ini yang bercerita bagaimana seseorang memiliki sebuah rumah. Disana ada cerita tentang perjuangan, mimpi, kerja keras dan ketekunan untuk menyisihkan rupiah demi rumah untuk membangun tempat peristirahatan bersama keluarga. Penyebab lain, saya menyukai kolom itu karena saya belum memiliki rumah sendiri. Kini saya masih berjuang mempunyai rumah sendiri sebagai tempat istirahat, membaca, bekerja dan membangun keluarga saya.

Saya juga suka Resensi Buku. Dari kolom ini saya mengikuti perkembangan buku terbaru atau buku-buku menarek yang diulas atau dibicarakan oleh banyak orang. Kalau Rubrik Daya, saya belajar banyak hal bagaimana seseorang merangkak dan bertahan dengan bisnis dan profesinya. termasuk trend-trend kehidupan masyarakat yang tidak kita ketahui dari lingkungan kita.

Bagi saya KOMPAS Minggu menjadi hiburan. Ibarat camilan yang kalau dimakan tidak mengenyangkan tapi rasanya nyangkut dilidah. itulah KOMPAS Minggu, menunya ringan namun menawarkan sekian banyak inspirasi dan pengetahuan baru yang sangat berguna bagi kita. Intinya, banyak inspirasi dan belajaran baru yang setiap hari bisa saya petik dari KOMPAS. Saya lalu sering membeli KOMPAS Minggu dipedagang koran langganan saya.

Kalau ada orang yang tidak suka dengan KOMPAS lalu memplesetkan menjadi Komando Pastor (Kompas) menurut saya itu tendensius. Pikiran orang seperti itu biasanya dipenuhi oleh hal-hal negatif sehingga mata, hati dan pikirannya tertutup. Wajar kalau mereka gagal memetik inspirasi dari KOMPAS dan Gramedia Group sebagai delivery idea (pengantar ide ).[]


Mataram, 22 Juni 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kejadian Mestakung Yang Saya Alami

Taman Bunga, Sembalun, Lombok Timur Bagi sebagian orang, apa yang saya alami ini mungkin hal biasa. Lumrah terjadi, sering kita alami dan pernah dialami oleh banyak orang. Saking biasanya, kita tidak tahu bagaimana kejadian itu bisa terjadi. Kita menganggapnya itu kebetulan. Sedang beruntung saja. Pada hal itu bisa dijelaskan secara ilmiah bagaimana Mestakung bekerja. Belakangan saya baru sadar, ternyata banyak kejadian dalam hidup kita bagian dari Mestakung. Beberapa waktu yang lalu saya jatuh sakit sekitar dua bulan lebih. Badan saya lemas, was-was dan tidak konsentrasi. Setelah itu tiba-tiba badan, pinggang, lutut dan pergelangan tangan ikut-ikutan sakit. Sampai ngilu-ngilu. Selera makan jadi tiba-tiba hilang. Beberapa obat tradisional sudah saya coba tapi hasilnya tidak menunjukkan perubahan. Saya pun memutuskan untuk berobat disebuah rumah sakit swasta di Mataram. Siangnya saya minta kepada adek ipar yang bekerja dirumah sakit tersebut untuk mendaftarkan kedokter bagian da

Buah Bile

Penulis bersama seorang teman dengan latar buah bile dihalaman Hotel Mina Tanjung, Lombok Utara. SUDAH lama tidak melihat pohon bile yang berbuah lebat dan besar. Sekarang pohonnya mulai langka, apa lagi yang berbuah besar seperti ini. Bersyukur bisa melihat lagi pohon ini di Mina Tanjung Hotel, KLU. Buah (buaq, Sasak) pohon ini sering kita pakai bermain dulu waktu kecil dikebun dan disawah. Kadang kita tendang-tendang seperti bola. Pohonnya sering kita pakai membuat gasing. Kalau musim gasing, kita sering keliling sawah dan kebun untuk mencari pohon bile yang ukurannya pas untuk membuat gasing. Kita sampai nekad mencuri pohon milik orang yang tumbuh jadi pagar sawah atau kebun orang demi mendapatkan bahan untuk membuat gasing yang bagus. Pohon atau rantingnya bagus jadi bahan membuat gasing karena seratnya bagus dan tidak ada 'hati' seperti pohon yang lain. Di kampung saya Lombok Timur belum pernah saya lihat atau dengar orang memakan buah bile. Tapi didaerah lain di Lomb

Legit dan Gurih Pelemeng Campur Poteng

Pelemeng dan Poteng, pasangan serasi untuk disantap bersamaan dikala silaturrahmi hari Lebaran SETIAP kampung di Lombok punya jajan khas yang dibuat khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di Desa Aikmel, Lombok Timur misalnya – beberapa hari menjelang lebaran, kaum ibu sudah sibuk menyiapkan beraneka jenis makanan dan jajan yang akan disajikan pada hari istimewa. Di antara jajan yang selalu ada disebut Pelemeng dan Poteng. Bila datang bersilaturrahmi kewarga - Pelemeng dan Poteng yang terdepan untuk disuguhkan. Pelemeng yang terbuat dari ketan rasanya gurih dan kenyal sedangkan Poteng terasa manis dan berair. Saat dimakan, akan bertemu rasa gurih dan manis dimulut. Dua jenis jajan tradisional masyarakat Sasak ini cukup mengenyangkan kalau dimakan.   Pelemeng terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Membuat Pelemeng, daun pisang yang dipakai sengaja dipilih yang ukuran diameternya besar dan panjang. Daun pisang dijemur terlebih dahulu sebelum dibentuk supaya ti