Langsung ke konten utama

Merekam Hari-Hari

catatan harian, perekam harian, pengawet, menangkap, yusuf tantowi

Tidak perlu banyak alat perekam untuk mengawetkan peristiwa. 
Hanya dengan mencatatnya kita sudah mengabadikannya.

 SEJAK berapa bulan ini saya memutuskan membeli buku catatan harian. Buku inilah yang saya pakai menangkap, mencatat berbagai hal penting yang saya temui (menemui) saya setiap harinya. Lebih-lebih belakangan ini intensitas saya melakukan pertemuan dan rapat lumayan sering. Mencatat menjadi pekerjaan harian saya.

Kebiasaan mencatat memang sudah lama melekat pada diri saya. Bagi saya mencatat adalah kebiasaan (habit) baik yang sangat berguna sejak saya mulai suka menulis. Beberapa tulisan lepas saya bahkan saya coret-coret dulu poin-poinnya dibuku catatan baru bisa selesai saya tulis. Mencatat itu salah satu cara mengikat sekaligus mengawetkan apa saja yang kita lihat, dengar atau rasakan dalam hidup.

Saya suka mencatat hal-hal penting tapi juga kalimat mengugah orang-orang besar yang bisa membangkitkan selera hidup. Kalau dulu saya mencatat pada kertas atau buku-buku yang berbeda. Ketika saya butuh lagi – apa lagi waktu mencatatnya sudah lama –saya sering kali mengalami kesulitan mencarinya. Saya sering lupa pernah mencatat dikertas-buku yang mana termasuk menaruhnya dimana.

Catatan yang tidak berhasil kita temui pada hal sangat kita butuhkan saat itu bisa menimbulkan masalah lain dalam diri kita. Kalau itu terkait dengan pekerjaan, dokumen atau nomor penting bisa membuat hari kita stres sampai keubun-ubun. Ini saking merasa kehilangannya dengan catatan. Intinya, tidak perlu banyak alat perekam untuk merekam peristiwa. Cukup hanya dengan rajin mencatatnya, peristiwa itu akan terekam dengan baik.

Kalau kita memiliki buku catatan harian, kita tidak akan mengalami kesulitan untuk mencari ulang. Selama hal itu pernah kita catat tentu akan mudah menemukannya. Kita tinggal mengingat, kira-kira catatan itu kita catat antaran bulan apa, tahun berapa, tinggal dibolak-balik saja untuk menemukannya.

Selain mudah menemukan, catatan kita juga tidak cerai berai. Itulah salah satu manfaatnya selain manfaat-manfaat yang lain. Untuk itu tidak ada salahnya anda mengikuti kiat saya ini supaya anda tidak mengalami kesulitan mengumpulkan atau menyimpan catatan penting sampai yang sangat penting.

Saya sering menghadiri acara seperti seminar, FGD, workshop atau lokakarya dimana panitia biasanya menyediakan block note, bolpoin, map bahkan tas. Sekarang hotel-hotel bahkan menyediakan bloc note atau alat tulis khusus. Sang pengundang atau panitia tentu berharap kita mencatat isi pertemuan tersebut di block note yang disediakan. Bagi saya itu bukan tidak bagus, namun sering kali tidak habis dipakai alias mubazir.

Kalau kita suka menghadiri acara-acara yang saya sebut diatas itu – dalam sebulan kita bisa mengumpulkan banyak block note dan bolpon. Sering kali tidak pernah habis kita pakai mencatat.Supaya berguna saya sengaja mengumpulkan banyak-banyak lalu membagi-bagikan keanak-anak sekolah dikampung. Saya senang melihat wajah mereka yang ceria dan saling rebutan ketika mengambilnya. []


Mataram, 19 Juni 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Legit dan Gurih Pelemeng Campur Poteng

Pelemeng dan Poteng, pasangan serasi untuk disantap bersamaan dikala silaturrahmi hari Lebaran SETIAP kampung di Lombok punya jajan khas yang dibuat khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di Desa Aikmel, Lombok Timur misalnya – beberapa hari menjelang lebaran, kaum ibu sudah sibuk menyiapkan beraneka jenis makanan dan jajan yang akan disajikan pada hari istimewa. Di antara jajan yang selalu ada disebut Pelemeng dan Poteng. Bila datang bersilaturrahmi kewarga - Pelemeng dan Poteng yang terdepan untuk disuguhkan. Pelemeng yang terbuat dari ketan rasanya gurih dan kenyal sedangkan Poteng terasa manis dan berair. Saat dimakan, akan bertemu rasa gurih dan manis dimulut. Dua jenis jajan tradisional masyarakat Sasak ini cukup mengenyangkan kalau dimakan.   Pelemeng terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Membuat Pelemeng, daun pisang yang dipakai sengaja dipilih yang ukuran diameternya besar dan panjang. Daun pisang dijemur terlebih dahulu sebelum dibentuk supaya ti

Kejadian Mestakung Yang Saya Alami

Taman Bunga, Sembalun, Lombok Timur Bagi sebagian orang, apa yang saya alami ini mungkin hal biasa. Lumrah terjadi, sering kita alami dan pernah dialami oleh banyak orang. Saking biasanya, kita tidak tahu bagaimana kejadian itu bisa terjadi. Kita menganggapnya itu kebetulan. Sedang beruntung saja. Pada hal itu bisa dijelaskan secara ilmiah bagaimana Mestakung bekerja. Belakangan saya baru sadar, ternyata banyak kejadian dalam hidup kita bagian dari Mestakung. Beberapa waktu yang lalu saya jatuh sakit sekitar dua bulan lebih. Badan saya lemas, was-was dan tidak konsentrasi. Setelah itu tiba-tiba badan, pinggang, lutut dan pergelangan tangan ikut-ikutan sakit. Sampai ngilu-ngilu. Selera makan jadi tiba-tiba hilang. Beberapa obat tradisional sudah saya coba tapi hasilnya tidak menunjukkan perubahan. Saya pun memutuskan untuk berobat disebuah rumah sakit swasta di Mataram. Siangnya saya minta kepada adek ipar yang bekerja dirumah sakit tersebut untuk mendaftarkan kedokter bagian da

Buah Bile

Penulis bersama seorang teman dengan latar buah bile dihalaman Hotel Mina Tanjung, Lombok Utara. SUDAH lama tidak melihat pohon bile yang berbuah lebat dan besar. Sekarang pohonnya mulai langka, apa lagi yang berbuah besar seperti ini. Bersyukur bisa melihat lagi pohon ini di Mina Tanjung Hotel, KLU. Buah (buaq, Sasak) pohon ini sering kita pakai bermain dulu waktu kecil dikebun dan disawah. Kadang kita tendang-tendang seperti bola. Pohonnya sering kita pakai membuat gasing. Kalau musim gasing, kita sering keliling sawah dan kebun untuk mencari pohon bile yang ukurannya pas untuk membuat gasing. Kita sampai nekad mencuri pohon milik orang yang tumbuh jadi pagar sawah atau kebun orang demi mendapatkan bahan untuk membuat gasing yang bagus. Pohon atau rantingnya bagus jadi bahan membuat gasing karena seratnya bagus dan tidak ada 'hati' seperti pohon yang lain. Di kampung saya Lombok Timur belum pernah saya lihat atau dengar orang memakan buah bile. Tapi didaerah lain di Lomb