Langsung ke konten utama

Kenangan Ketika Gus Dur Wafat

gus dur wafat, kenangan wafat gus dur,
Susana pemakaman almarhum Gus Dur di Jombang (gambar : www.gusdurfiles.com)

Ungkapan putri Gus Dur, Yeny Wahid tentang Gus Dur dalam sambutannya di kantor PBNU bisa jadi ‘isyarat’ akan wafatnya Gus Dur.


Saya menginap (29/12) 2009 disebuah hotel yang berjarak hanya beberapa puluh meter dari kantor PBNU. Saya datang kekantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya untuk menghadiri launcing laporan akhir tahun kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) tahun 2009 yang disusun oleh The Wahid Institute (WI). Saya ingat saat itu sedang heboh-hebohnya buku, “Gurita Cikias” yang menyoroti bisnis dan keluarga Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY). Buku itu ditulis oleh seorang wartawan, peneliti cum dosen, George Adi Condro.

Saat memberikan sambutan Yeny Wahid selaku direktur Wahid Institute (WI), lembaga yang didirikan untuk meneruskan gagasan dan pikiran-pikiran Gus Dur – tentu mengulas tujuan dan makna strategis laporan KBB setiap tahunnya. Laporan itu bukan hanya mencatat dan melaporkan setiap kejadian, jumlah kejadian, korban dan pelaku yang terkait dengan kondisi kebebasan beragama dan berkeyakinan dari ujung barat sampai timur Indonesia. Namun dalam setiap laporan juga dirumuskan strategi dan rekomendasi untuk mencegah terulangnya pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan kedepannya. Hal itu bisa dijadikan rujukan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan terkait KBB.

Pada sambutannya Yeny juga menyinggung kondisi kesehatan Gus Dur. Ia mengatakan, kondisi kesehatan Gus Dur berangsur membaik setelah menjalani operasi pengangatan gigi yang sakit. Kalau saya tidak salah, ia mengatakan, “Insya Allah Gus Dur akan segera pulang kerumah” ucapnya. Ia tidak menyinggung penyakit Gus Dur yang lain. Mendengar berita itu tentu mengembirakan bagi puluhan orang yang hadir ditempat itu. Apa lagi puluhan orang yang termasuk para wartawan dari berbagai media massa menunggu kabar kesehatan Gus Dur dari orang terdekatnya.

Usai memberikan sambutan, beberapa wartawan mendekati Yeny untuk wawancara. Konon acara itu adalah penampilan Yeny Wahid kepada media massa setelah melangsungkan pernikahan dengan seorang anggota DPR dari Partai Gerindra. Siapa sangka, bisa jadi ungkapan Yeny tentang Gus Dur “Insya Allah Gus Dur akan segera pulang kerumah” sebagai isyarat akan kepulangan Gus Dur kerumah berikutnya.

Sehari sebelumnya ketika mampir dikantor WI di daerah Matraman Dalem, Dr.Rumadi Ahmad, sempat menyinggung untuk mencari pendonor darah untuk Gus Dur. Katanya, Gus Dur membutuhkan banyak darah karena akan melakukan operasi. Itu ia sampaikan dihadapan beberapa teman yang kebetulan ada dikantor WI yang merupakan rumah peninggalan KH.Wahid Hasyim, ayahanda Gus Dur. Waktu itu Rumadi tidak sampat menyebutkan Gus Dur akan menjalani operasi apa.

Sorenya usai acara di PBNU saya menuju bandara untuk pulang ke Mataram. Saat berada diruang tunggu bandara, saya tiba-tiba mendapatkan beberapa SMS yang menanyakan tentang wafatnya Gus Dur. Saya kaget, teman-teman itu menanyakan apakah benar Gus Dur meninggal.Tentu saja saya tidak bisa memberikan jawaban karena saya sendiri belum mendapatkan informasi. Setelah sampai Mataram saya baru tahu informasi melalui tv. Gus Dur wafat 30 Desember 2009 di RSCM Jakarta selanjutnya dimakamkan dikonflek Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.

Menyaksikan berbagai stasiun tv memberitakan wafatnya Gus Dur, menambah harunya suasana batin saya. Tak terasa air mata keluar ketika duduk diam sendiri dikamar. Saya merasa kehilangan seorang cendikiawan yang pengayom. Pemikir yang humanis yang kaya akan humor-humor segar. Tak pernah dalam hidup, saya merasa benar-benar kehilangan seorang tokoh nasional selain Gus Dur.

Pada hal saya mengenal Gus Dur hanya melalui tulisan, berita dan informasi dari orang lain. Di banding keluarga, sahabat dan para pencinta Gus Dur yang lain, pengetahuan saya tentang Gus Dur tidaklah seberapa tapi perasaan kehilangan seorang sosok cerdas nan humoris itu begitu besar. Dan #UltahGusDur yang saya hadiri lima bulan yang lalu dirumahnya Ciganjur ternyata #UltahGusDur yang terakhir.

Keesokan harinya aktivitas saya hanya diam dikamar menyaksikan laporan berbagai stasiun tv nasional yang melaporkan secara khusus pemakaman Gus Dur di Komplek Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Menyaksikan peristiwa mengharu itu tak terasa tangan ini beberapa kali menyeka air mata yang jatuh dipipi. Meski fisik telah tiada, visi kemanusiaan akan terus dikenang oleh bangsa ini.

Sekali lagi mari kita bacakan Ummul Qur’an bagi almarhum Gus Dur ; Lahul Faatihan... []


* Ingin cerita tentang Gus Dur bisa baca halaman  www.gusdurfiles.com
* Cerita keluarga besar Gus Dur sebelum Presiden RI ke-4 itu wafat : www.beritasatu.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kejadian Mestakung Yang Saya Alami

Taman Bunga, Sembalun, Lombok Timur Bagi sebagian orang, apa yang saya alami ini mungkin hal biasa. Lumrah terjadi, sering kita alami dan pernah dialami oleh banyak orang. Saking biasanya, kita tidak tahu bagaimana kejadian itu bisa terjadi. Kita menganggapnya itu kebetulan. Sedang beruntung saja. Pada hal itu bisa dijelaskan secara ilmiah bagaimana Mestakung bekerja. Belakangan saya baru sadar, ternyata banyak kejadian dalam hidup kita bagian dari Mestakung. Beberapa waktu yang lalu saya jatuh sakit sekitar dua bulan lebih. Badan saya lemas, was-was dan tidak konsentrasi. Setelah itu tiba-tiba badan, pinggang, lutut dan pergelangan tangan ikut-ikutan sakit. Sampai ngilu-ngilu. Selera makan jadi tiba-tiba hilang. Beberapa obat tradisional sudah saya coba tapi hasilnya tidak menunjukkan perubahan. Saya pun memutuskan untuk berobat disebuah rumah sakit swasta di Mataram. Siangnya saya minta kepada adek ipar yang bekerja dirumah sakit tersebut untuk mendaftarkan kedokter bagian da

Buah Bile

Penulis bersama seorang teman dengan latar buah bile dihalaman Hotel Mina Tanjung, Lombok Utara. SUDAH lama tidak melihat pohon bile yang berbuah lebat dan besar. Sekarang pohonnya mulai langka, apa lagi yang berbuah besar seperti ini. Bersyukur bisa melihat lagi pohon ini di Mina Tanjung Hotel, KLU. Buah (buaq, Sasak) pohon ini sering kita pakai bermain dulu waktu kecil dikebun dan disawah. Kadang kita tendang-tendang seperti bola. Pohonnya sering kita pakai membuat gasing. Kalau musim gasing, kita sering keliling sawah dan kebun untuk mencari pohon bile yang ukurannya pas untuk membuat gasing. Kita sampai nekad mencuri pohon milik orang yang tumbuh jadi pagar sawah atau kebun orang demi mendapatkan bahan untuk membuat gasing yang bagus. Pohon atau rantingnya bagus jadi bahan membuat gasing karena seratnya bagus dan tidak ada 'hati' seperti pohon yang lain. Di kampung saya Lombok Timur belum pernah saya lihat atau dengar orang memakan buah bile. Tapi didaerah lain di Lomb

Legit dan Gurih Pelemeng Campur Poteng

Pelemeng dan Poteng, pasangan serasi untuk disantap bersamaan dikala silaturrahmi hari Lebaran SETIAP kampung di Lombok punya jajan khas yang dibuat khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di Desa Aikmel, Lombok Timur misalnya – beberapa hari menjelang lebaran, kaum ibu sudah sibuk menyiapkan beraneka jenis makanan dan jajan yang akan disajikan pada hari istimewa. Di antara jajan yang selalu ada disebut Pelemeng dan Poteng. Bila datang bersilaturrahmi kewarga - Pelemeng dan Poteng yang terdepan untuk disuguhkan. Pelemeng yang terbuat dari ketan rasanya gurih dan kenyal sedangkan Poteng terasa manis dan berair. Saat dimakan, akan bertemu rasa gurih dan manis dimulut. Dua jenis jajan tradisional masyarakat Sasak ini cukup mengenyangkan kalau dimakan.   Pelemeng terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Membuat Pelemeng, daun pisang yang dipakai sengaja dipilih yang ukuran diameternya besar dan panjang. Daun pisang dijemur terlebih dahulu sebelum dibentuk supaya ti