Bukan kali ini saja saya mendapatkan honor menulis dari koran SUARA NTB. Sudah sering. Kurang lebih sudah 14 kali selama dua tahun. Walau nilainya tidak begitu besar tapi honor kali ini agak supraze. Datang secara tiba-tiba. Tak dipikirkan dan tidak disangka-sangka. Masuk dalam kategori, ma khaisu la yahtasif. Dan letak nilainya bukan dibesar kecil angkanya tapi dikejutannya.
Ceritanya begini. Kamis siang itu saya mampir ke ATM BNI Cabang Mataram. Saya bermaksud ingin mengambil uang untuk membayar premi asuransi yang biasa saya bayar 3 bulan sekali. Ketika mengecek saldo direkening, saya heran kok ada tambahan uang masuk dalam rekening tersebut.
Saya penasaran, siapa kira-kira yang mengirim? Jangan-jangan ada orang salah transper sehingga saldo saya bertambah sekian ratus ribu? Biasanya kalau yang tranper pasti ada pemberitahuan. Sekian menit berpikir, belum ketemu juga jawabannya. Saya lalu memutuskan untuk mengambil uang tunai sesuai yang saya butuh.
Setelah itu saya meluncur kesebuah Bank di Cakranegara. Di Bank itu saya hanya butuh waktu kurang lebih 5 menit. Tak pakai lama dan tak pakai antri. Keluar masuk pintu dibukakan oleh dua orang satpam yang berdiri dikiri-kanan. Terasa seperti bos walau hanya 5 menit.
Selesai disana, saya meneruskan perjalanan kekantor asuransi yang lokasinya tidak begitu jauh dari tempat tersebut. Hanya beda jalan. Dikantor asuransi itu saya tidak menemukan kasir yang biasa melayani nasabah. Dia kebank, kata salah seorang staf disana. Saya lalu keluar dari sana untuk mencari makan sambil mengarahkan motor kearah jalan warung nasi balap yang berdiri didepan kampus STMIK Bumi Gora.
Saat menunggu pemilik warung menyajikan saya nasi, tiba-tiba hp saya berdering. Ketika saya angkat, suaranya tidak begitu jelas. Suara penelpon itu kalah kenceng oleh suara kendaraan yang lewat didepan warung. Si penelpon ternyata seorang perempuan. Ia mengatakan bahwa sudah mentransper honor menulis kerekening saya.
Berapa tulisan yang dibayar ? Ia mengatakan honor untuk tiga tulisan termasuk satu tulisan yang terbit ditahun 2012 dan dua tulisan yang terbit tahun 2013. Itu artinya honor menulis yang masuk kerekening saya sebesar 300 ribu. Setiap tulisan yang naik dibayar 100 ribu. Bagi penulis yang tulisannya pertama kali naik juga diberikan satu kaos putih bertuliskan SUARA NTB. sebelum telpon ditutup – tak lupa saya mengucapkan terima kasih banyak.
Seketika mucul rasa senang dan bahagia dari dalam hati saya. Senang bukan semata mendapatkan honor menulis dari SUARA NTB. Kalau semata karena alasan ini, saya malah sudah sering menerima honor dari koran ini. Lalu apa ?
Kalau saya uraikan setidaknya ada 3 penyebab utama. Pertama, rasa penasaran terjawab. Jawaban yang saya cari-cari ketika berada di ATM BNI itu akhirnya datang juga. Ya begitulah kadang cerita sebuah pertanyaan, kadang ketika itu jawabannya tidak ketemu-ketemu tapi setelah ‘dilepas’ akhirnya ‘nongol’ juga.
Kedua, komitmen. Saya melihat ada komitmen besar dari managemen SUARA NTB untuk memberikan honor bagi para penulis. Walau tradisi ini belum banyak diikuti oleh pengelola media lokal yang terbit di NTB. Kata seorang teman, jangankan memberikan honor, menulis dimedia tersebut kadang harus bayar.
Pimpinan SUARA NTB justru menghargai tulisan opini sebagai sebuah karya intelektual yang patut dihargai. Apa lagi sebuah opini bukan semata menyangkut wacana atau curhatan seorang penulis. Opini justru lahir sebagai rekaman dan refleksi sebuah kejadian (fenomena) yang terjadi ditengah masyarakat. Maka untuk melihat potret sebuah masyarakat, rajinlah membaca kolom opini dimana media itu terbit (beredar).
Ketiga, transper. Kalau diawal-awal honor menulis SUARA NTB mesti diambil sendiri oleh penulisnya kekantornya yang berada dijalan Bangau 15 Cakranegara. Sekarang penulis tinggal kirim rekening, bagian keuangan akan mentransper setelah terkumpul beberapa tulisan. Ini supaya bagian keuangan tidak bolak balek kebank setiap tulisan terbit.
Cara ini sebenarnya bukan termasuk sesuatu yang luar biasa. Karena model transper honor penulis sudah lazim dilakukan oleh media-media besar yang terbit secara nasional. Maka apa yang dilakukan oleh SUARA NTB, menurut saya sebuah langkah maju dan mestinya bisa diikuti oleh media-media lain yang terbit di NTB.
Dua hal yang terakhir inilah yang menurut saya yang akan memunculkan trust (kepercayaan) khalayak pembaca sekaligus penulis kepada media ini. Bila trust sudah muncul, setelah itu akan tumbuh kedekatan emosional antara pengelola media, pembaca dan penulis. Menurut saya potensi ini bisa dikelola oleh pengelola media untuk membangun kegiatan-kegiatan kultural, bukan semata kepentingan bisnis.
Saya berharap semoga SUARA NTB makin tumbuh dan semakin memberikan manfaat bagi masyarakat NTB ditengah persaingan media cetak dan online yang makin ‘gila’. Bukan saja dalam perannya memberikan informasi kepada masyarakat tapi juga aksi-aksi sosialnya.
Saya dan para penulis lainnya percaya, 10-20 tahun yang akan datang kolom opini SUARA NTB akan terasa perannya mendorong lahirnya penulis-penulis berbakat dari NTB. Peradaban akan mulai dari kolom ini. Coba kita buktikan nanti.
Baca :
Koalisi Penulis Muda
Satu Tahun Membangun Diskursus
Ceritanya begini. Kamis siang itu saya mampir ke ATM BNI Cabang Mataram. Saya bermaksud ingin mengambil uang untuk membayar premi asuransi yang biasa saya bayar 3 bulan sekali. Ketika mengecek saldo direkening, saya heran kok ada tambahan uang masuk dalam rekening tersebut.
Saya penasaran, siapa kira-kira yang mengirim? Jangan-jangan ada orang salah transper sehingga saldo saya bertambah sekian ratus ribu? Biasanya kalau yang tranper pasti ada pemberitahuan. Sekian menit berpikir, belum ketemu juga jawabannya. Saya lalu memutuskan untuk mengambil uang tunai sesuai yang saya butuh.
Salah satu edisi Harian SUARA NTB |
Selesai disana, saya meneruskan perjalanan kekantor asuransi yang lokasinya tidak begitu jauh dari tempat tersebut. Hanya beda jalan. Dikantor asuransi itu saya tidak menemukan kasir yang biasa melayani nasabah. Dia kebank, kata salah seorang staf disana. Saya lalu keluar dari sana untuk mencari makan sambil mengarahkan motor kearah jalan warung nasi balap yang berdiri didepan kampus STMIK Bumi Gora.
Saat menunggu pemilik warung menyajikan saya nasi, tiba-tiba hp saya berdering. Ketika saya angkat, suaranya tidak begitu jelas. Suara penelpon itu kalah kenceng oleh suara kendaraan yang lewat didepan warung. Si penelpon ternyata seorang perempuan. Ia mengatakan bahwa sudah mentransper honor menulis kerekening saya.
Berapa tulisan yang dibayar ? Ia mengatakan honor untuk tiga tulisan termasuk satu tulisan yang terbit ditahun 2012 dan dua tulisan yang terbit tahun 2013. Itu artinya honor menulis yang masuk kerekening saya sebesar 300 ribu. Setiap tulisan yang naik dibayar 100 ribu. Bagi penulis yang tulisannya pertama kali naik juga diberikan satu kaos putih bertuliskan SUARA NTB. sebelum telpon ditutup – tak lupa saya mengucapkan terima kasih banyak.
Seketika mucul rasa senang dan bahagia dari dalam hati saya. Senang bukan semata mendapatkan honor menulis dari SUARA NTB. Kalau semata karena alasan ini, saya malah sudah sering menerima honor dari koran ini. Lalu apa ?
Kalau saya uraikan setidaknya ada 3 penyebab utama. Pertama, rasa penasaran terjawab. Jawaban yang saya cari-cari ketika berada di ATM BNI itu akhirnya datang juga. Ya begitulah kadang cerita sebuah pertanyaan, kadang ketika itu jawabannya tidak ketemu-ketemu tapi setelah ‘dilepas’ akhirnya ‘nongol’ juga.
Kedua, komitmen. Saya melihat ada komitmen besar dari managemen SUARA NTB untuk memberikan honor bagi para penulis. Walau tradisi ini belum banyak diikuti oleh pengelola media lokal yang terbit di NTB. Kata seorang teman, jangankan memberikan honor, menulis dimedia tersebut kadang harus bayar.
Pimpinan SUARA NTB justru menghargai tulisan opini sebagai sebuah karya intelektual yang patut dihargai. Apa lagi sebuah opini bukan semata menyangkut wacana atau curhatan seorang penulis. Opini justru lahir sebagai rekaman dan refleksi sebuah kejadian (fenomena) yang terjadi ditengah masyarakat. Maka untuk melihat potret sebuah masyarakat, rajinlah membaca kolom opini dimana media itu terbit (beredar).
Ketiga, transper. Kalau diawal-awal honor menulis SUARA NTB mesti diambil sendiri oleh penulisnya kekantornya yang berada dijalan Bangau 15 Cakranegara. Sekarang penulis tinggal kirim rekening, bagian keuangan akan mentransper setelah terkumpul beberapa tulisan. Ini supaya bagian keuangan tidak bolak balek kebank setiap tulisan terbit.
Kantor Harian SUARA NTB yang berlokasi dijalan Bangau No.15 Cakranegara, Mataram |
Dua hal yang terakhir inilah yang menurut saya yang akan memunculkan trust (kepercayaan) khalayak pembaca sekaligus penulis kepada media ini. Bila trust sudah muncul, setelah itu akan tumbuh kedekatan emosional antara pengelola media, pembaca dan penulis. Menurut saya potensi ini bisa dikelola oleh pengelola media untuk membangun kegiatan-kegiatan kultural, bukan semata kepentingan bisnis.
Saya berharap semoga SUARA NTB makin tumbuh dan semakin memberikan manfaat bagi masyarakat NTB ditengah persaingan media cetak dan online yang makin ‘gila’. Bukan saja dalam perannya memberikan informasi kepada masyarakat tapi juga aksi-aksi sosialnya.
Saya dan para penulis lainnya percaya, 10-20 tahun yang akan datang kolom opini SUARA NTB akan terasa perannya mendorong lahirnya penulis-penulis berbakat dari NTB. Peradaban akan mulai dari kolom ini. Coba kita buktikan nanti.
Baca :
Koalisi Penulis Muda
Satu Tahun Membangun Diskursus
inspiratif sekali...
BalasHapusmakasih, moga memberikan cerita lain
BalasHapusyg jelas lombok pos dan radar lombok gak dapet honor nulis. gitu pengalaman sy. kalo koran luar biasa dapat
BalasHapusBenar Rusydi, kedua media tu mmg tdk memberikan honor.Dulu postingan sy pernah memantik debad digroup FB ketika Suara NTB baru membuka kolom opini dan memberikan honor bg penulis.Salah seorang redaktur LP muncul dan mengatakan bahwa memberikan penghargaan kepada penulis opini itu tdk mesti memberix honor tp menaikkan (menerbitkan) tulisan mereka jg sebuah penghargaan katax. Dan belakangan ini pengelola kolom opini LP membuat pengumuman supaya bagi penulis opini mencantumkan nomor rekening tp sy tanya tmn2 yg tulisanx naik katax gak ada.
BalasHapusyup betul sekali... selain Suara NTB, koran luar (Jawa dan Jakarta), rata-rata memberikan royalti utk setiap opini yang masuk.
BalasHapusbenar...oh ya pak astar : setelah lebaran topat ini suara ntb mengundang semua penulis opini kekantorx,sekalian halal bihalal dgn tmn2 semua tmn2.info lengkap pelaksanaanx nnti kt infokan.
HapusKak apa alamt email suara ntb?
BalasHapuskak kalo kirim naskah cerpen bisa kan?
Sy biasa kirm keemail : hariansuarantb@yahoo.co.id
BalasHapusCerpen juga bisa, naiknya hari sabtu biasax. Klu opini dari senin-jum'at, jd peluang untuk terbit lumayan besar.
Membaca curhatan di atas "LP"dan "radar" tidak bemberikan honor penulis mengurangi semangat, " karena tulisan adalah goresan fikirangyang mencapai langit
BalasHapusKak taunya kalo tulisan kita terbit, ada pemberitahuan atau bagaimana kak
BalasHapusKalok kt mau menulis dan kirim ke suara ntb lewat mana ya semeton ????
BalasHapusNgirim tulisan ke suara NTB gmna saudara?
BalasHapusNgirim tulisan ke suara NTB gmna saudara?
BalasHapusNgirim tulisan ke suara NTB gmna saudara?
BalasHapus