Langsung ke konten utama

Bertemu Buku dan Makan

bertemu,buku,menulis, ngopi,sahabat,hoby,
Fathul membaca buku diruang tamu rumahnya.

Pagi menjelang siang saya berangkat dari Gerung menuju Mataram. Hari itu saya janjian ketemu teman saya Fathul Rahman. Ia akrab dipanggil Ung. Fathul bekerja sebagai wartawan Lombok Post. Di media Jawa Pos Group itu posisinya sebagai salah seorang redaktur. Ia berasal dari Lombok Timur. Alumni Universitas Hasanudin (Unhas) Makasar Jurusan Kesehatan Masyarakat. Pulang dari Makasar ia daftar jadi wartawan. Langsung diterima.

Kalau tidak salah, ia pertama kali ditempatkan di Lombok Timur. Setelah itu ditarek ke Mataram. Tak lama di Mataram, ia ditempatkan di Kabupaten Lombok Utara (KLU). Saat itu KLU baru ‘merdeka’ dari kabupaten Lombok Barat. Sekarang ia di tarek lagi ke Mataram sebagai redaktur. Kalau sudah redaktur, ia tentu tidak wajib menyetor tulisan setiap hari.

Sebelumnya Fathul menulis satu halaman penuh setiap hari di Lombok Post. Saya suka laporan-laporannya yang panjang tentang budaya, obyek wisata, lingkungan dan kuliner. Ia juga suka menulis figur-figur yang memiliki karya dan peran luas ditengah masyarakat. Ia menulisnya dengan gaya yang berbeda dengan wartawan Lombok Post yang lain. Wajar kalau lay out halaman yang digawangi Fathul kerap tampil beda desainnya ketimbang halaman lain di Lombok Post.

Ketika ditempatkan di Lombok Utara, saya perhatikan ia begitu leluasa menulis tentang budaya, adat, pariwisata serta pendidikan. Hampir semua gawe adat (acara adat) orang daya (orang utara) ditulis dan didokumentasikan. Begitu juga dengan isu-isu pariwisata yang muncul dikawasan tiga gili, air, meno dan terawangan. Ia juga saya lihat sukses mengangkat kondisi sebuah sekolah dasar yang atapnya terbuat dari daun kelapa dan berdinding kayu. Belakangan setelah laporannya terbit beberapa hari secara berturut-turut, pemerintah KLU tergerak hatinya untuk membangun gedung sekolah itu secara permanen. Sejak itu ia punya banyak teman dan sahabat di KLU.

Fathul adalah tipe wartawan santai. Suka buku, suka makan dan suka jalan-jalan. Sejak suka jalan-jalan, ia menjadi suka fotografi. Kalau ketemu pasti ngomong buku atau tentang menulis. Sabtu (12/4) kemarin saya kembali datang kerumahnya yang terletak diantara Mataram dan Lombok Barat. Ini yang kedua kalinya saya datang. Kali ini saya ditemani Tohri, mahasiswa Jurusan Tehnik Universitas Mataram yang satu kampung dengan saya.

Dirumah lantai dua itu Fathul tinggal bersama adeknya. Mulanya rumah itu hanya ukuran tipe 21 lalu dirubah menjadi lantai dua. Dikamar tamu berdiri dua rak lemari ukuran besar berisi ratusan buku. “Dilantai atas juga ada” katanya menjelaskan tempat menyimpan buku-buku nya yang lain. Kalau ditanya, sudah berapa buku yang dikoleksi ? Pasti jawabannya ribuan. Itu termasuk bukunya yang tersimpan dirumah orang tuannya di Lombok Timur. “Buku disana agak kurang terawat, saya jarang pulang” katanya.

Diruang tamu rumahnya, diatas sopa kami kembeli ngobrol kesana kemari lazim dua orang teman bertemu. Kita bicara peluang calon legislatif yang akan duduk di Udayana dan Senayan. Ia juga cerita keinginannya untuk menyelesaikan bukunya. Ingin kuliah S2 di CRCS UGM. Ia juga bercita-cita punya rumah baca didesa terpencil.

“Kalau ada tanah yang mau dijual kasih tahu ya” pintanya. Selaku teman saya tentu sangat mendukung keinginan sahabat saya itu. Mengenai keinginannya kuliah di CRCS UMG juga saya sangat mendukung. Apa lagi saya sendiri pernah ‘siswa’ dan merasakan atmospir keilmuan dikampus tersebut walau hanya dua minggu. Kalau tentang tanah, saya juga janji akan menanyakan kemertua saya yang banyak tahu tentang lokasi tanah yang akan dijual khususnya yang berada disekitaran Lombok Barat.

Fathul bukan hanya suka buku, lebih tepatnya disebut ‘gila buku’. Buku apa saja dibeli dan dibacanya. Mengenai harga tidak masalah baginya. Jangan heran kalau ia kerap memborong berbagai jenis buku bila main ke toko buku. Tak terkecuali kalau berkunjung keberbagai daerah di Indonesia. Oleh-olehnya lagi-lagi berupa buku. Makanya jangan tanya, berapa rupiah yang sudah ia investasikan untuk membeli buku. “Koleksi saja dulu nanti kita baca dirumah” katanya beberapa kali.

Selain suka mengoleksi buku, Fathul sebenarnya telah menulis beberapa buku. Buku-buku karyanya bahkan beberapa kali dibeli oleh Perpustakaan Daerah (Pusda) yang kemudian dibagikan diberbagai desa di NTB. Salah satu buku saya SBY, TGB, BM juga pernah ikut dalam proyek pengadaan buku bagi penulis lokal ini.

Karena sama-sama suka buku dan menulis, saya menjadi dekat dan akrab dengannya. Kalau lama tidak ketemu, kami biasanya saling janjian untuk bertemu, ngobrol sambil menikmati segelas kopi. Seperti sms-nya yang datang beberapa hari lalu. Bunyinya demikian, “Maaf teman-teman jika selama ini kita jarang komunikasi, sehabis pemilu saya agendakan untuk silaturrahmi dan ngopi”.

Sebelum keluar dari dalam rumah, saya minta satu eksemplar buku politisi Golkar asal Suralaga, Lombok Timur, Lalu Mara Satriawangsa. Buku itu diberi judul, Obrolan Sersan –Serius Tapi Santai. Buku ini berisi kumpulan tulisan dan status yang bersangkutan yang pernah muncul dihalaman ficebooknya sejak 2008-2014. Saya minta karena di rak buku Fathul terdapat beberapa eksemplar. Ini saya anggap oleh-oleh. (bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Legit dan Gurih Pelemeng Campur Poteng

Pelemeng dan Poteng, pasangan serasi untuk disantap bersamaan dikala silaturrahmi hari Lebaran SETIAP kampung di Lombok punya jajan khas yang dibuat khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di Desa Aikmel, Lombok Timur misalnya – beberapa hari menjelang lebaran, kaum ibu sudah sibuk menyiapkan beraneka jenis makanan dan jajan yang akan disajikan pada hari istimewa. Di antara jajan yang selalu ada disebut Pelemeng dan Poteng. Bila datang bersilaturrahmi kewarga - Pelemeng dan Poteng yang terdepan untuk disuguhkan. Pelemeng yang terbuat dari ketan rasanya gurih dan kenyal sedangkan Poteng terasa manis dan berair. Saat dimakan, akan bertemu rasa gurih dan manis dimulut. Dua jenis jajan tradisional masyarakat Sasak ini cukup mengenyangkan kalau dimakan.   Pelemeng terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Membuat Pelemeng, daun pisang yang dipakai sengaja dipilih yang ukuran diameternya besar dan panjang. Daun pisang dijemur terlebih dahulu sebelum dibentuk supaya ti

Kejadian Mestakung Yang Saya Alami

Taman Bunga, Sembalun, Lombok Timur Bagi sebagian orang, apa yang saya alami ini mungkin hal biasa. Lumrah terjadi, sering kita alami dan pernah dialami oleh banyak orang. Saking biasanya, kita tidak tahu bagaimana kejadian itu bisa terjadi. Kita menganggapnya itu kebetulan. Sedang beruntung saja. Pada hal itu bisa dijelaskan secara ilmiah bagaimana Mestakung bekerja. Belakangan saya baru sadar, ternyata banyak kejadian dalam hidup kita bagian dari Mestakung. Beberapa waktu yang lalu saya jatuh sakit sekitar dua bulan lebih. Badan saya lemas, was-was dan tidak konsentrasi. Setelah itu tiba-tiba badan, pinggang, lutut dan pergelangan tangan ikut-ikutan sakit. Sampai ngilu-ngilu. Selera makan jadi tiba-tiba hilang. Beberapa obat tradisional sudah saya coba tapi hasilnya tidak menunjukkan perubahan. Saya pun memutuskan untuk berobat disebuah rumah sakit swasta di Mataram. Siangnya saya minta kepada adek ipar yang bekerja dirumah sakit tersebut untuk mendaftarkan kedokter bagian da

Buah Bile

Penulis bersama seorang teman dengan latar buah bile dihalaman Hotel Mina Tanjung, Lombok Utara. SUDAH lama tidak melihat pohon bile yang berbuah lebat dan besar. Sekarang pohonnya mulai langka, apa lagi yang berbuah besar seperti ini. Bersyukur bisa melihat lagi pohon ini di Mina Tanjung Hotel, KLU. Buah (buaq, Sasak) pohon ini sering kita pakai bermain dulu waktu kecil dikebun dan disawah. Kadang kita tendang-tendang seperti bola. Pohonnya sering kita pakai membuat gasing. Kalau musim gasing, kita sering keliling sawah dan kebun untuk mencari pohon bile yang ukurannya pas untuk membuat gasing. Kita sampai nekad mencuri pohon milik orang yang tumbuh jadi pagar sawah atau kebun orang demi mendapatkan bahan untuk membuat gasing yang bagus. Pohon atau rantingnya bagus jadi bahan membuat gasing karena seratnya bagus dan tidak ada 'hati' seperti pohon yang lain. Di kampung saya Lombok Timur belum pernah saya lihat atau dengar orang memakan buah bile. Tapi didaerah lain di Lomb