Langsung ke konten utama

Ketika Saya Masuk Koran Lagi

Yusuf Tantowi, penulis muda NTB, Lombok Post, Sosok, anak muda yang berkarya
Kliping Koran Lombok Post yang menulis saya.

Tak pernah terpikir, tiba-tiba wartawan muda Lombok Post, Sirtupillaili mengubungi saya. Ia langsung mengutarakan maksudnya untuk mengangkat saya sebagai orang muda yang berkarya. Permintaannya itu saya ia kan saja, toh kita sudah lama juga saling kenal. Saat itu saya memang sedang memperbaharui isi blog saya dengan beberapa tulisan baru.

Tulisan itu diberi judul Mengenal Mereka “Yang Muda Yang Berkarya" –Ungkapkan Fakta dan Pesan Moral Melalui Tulisan. Terbit di Lombok Post, Rabu, 26 Maret 2014. Belakangan setelah tulisan tentang saya dan tiga orang sosok ‘dinaikkan’ secara berturut selama 4 hari, saya baru mengerti ternyata orang muda yang dimaksud adalah anak muda yang telah menulis (menerbitkan) buku. Karya berbentuk buku bukan karya dalam bentuk yang lebih luas.

Setelah membaca liputan itu saya menjadi tahu ternyata sudah banyak anak muda NTB yang telah menerbitkan buku. Bagi saya ini pertanda positif bagi bangkitnya budaya tulis dikalangan anak muda. Fenomena ini secara perlahan akan mengurangi masih dominannya tradisi lisan dibandingkan tradisi tulis ditengah masyarakat kita.

Saya membayangkan kedepan penulis muda NTB akan semakin kreatif mengeksplorasi tema untuk dituangkan dalam buku. Mereka harus didorong untuk lebih banyak menggali isu-isu lokal ketimbang ikut-ikutan menulis isu Nasional. Hal ini akan sangat strategis bagi penguatan tradisi dokumentasi dan ilmiah didaerahkan kita.

Selama ini saya melihat, banyak sekali penulis atau peneliti yang berasal dari luar termasuk dari luar negeri yang menulis tentang Lombok. Mereka menganggap Lombok masih menyimpan banyak isu dan tema yang unik dan uriginal untuk ditulis. Sayang kita yang orang lokal malah kurang tertarek menulis tema lokal. Kita malah suka tergeret mengikuti wacana Nasional yang dari segi jarak berjauhan dengan kita.

Penulis dari luar atau asing memang memiliki perspektif dan modal yang cukup untuk menerbitkan buku atau hasil penelitiannya. Kita umumnya penulis lokal sering terkendala dana untuk penerbitan. Akhirnya banyak penulis lokal yang menjadikan menulis sebagai kegiatan sampingan. Bahkan yang mencari donatur dulu baru mengumpulkan bahan untuk menulis buku.

***
Setelah tulisan (berita) saya naik dimedia, saya biasanya menyimpannya melalui kliping. Terkait hal itu saya sekarang sudah punya tiga bundel kliping. Menyimpan dan mengkliping merupakan salah satu cara saya ‘mengawetkan’ tulisan supaya tidak cepat hilang dan termakan waktu. Ada keasyikan sendiri yang selalu saya rasakan ketika mengkliping sebuah tulisan yang inspiratif. Apa lagi kalau tulisan itu mengulas tentang kita.

Sebenarnya bukan kali ini saya ‘naik’ di Lombok Post. Beberapa kali saya ditulis oleh Lombok Post walau dalam konteks yang berbeda. Pernah juga dijadikan sebagai narasumber tentang satu permasalahan sosial keagamaan yang terjadi di NTB. Kali ini mereka menulis tentang saya yang telah menerbitkan beberapa buku lengkap dengan foto buku yang saya terbitkan.

Setelah menyimpannya dimap khusus kliping yang saya punya, saya ‘melupakan’ berita itu. Baru beberapa hari saya membuka facebook ternyata Ahyar Rosyidi memposting berita itu dihalaman status saya. Ee,,, ternyata ramai dibicarakan oleh teman-teman. Saya tentu berterima kasih atas apresiasi teman-teman akan berita tersebut. Moga kedepan saya bisa melahirkan karya-karya yang lebih baik lagi sehingga tidak cepat tertelan oleh zaman.

Salam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kejadian Mestakung Yang Saya Alami

Taman Bunga, Sembalun, Lombok Timur Bagi sebagian orang, apa yang saya alami ini mungkin hal biasa. Lumrah terjadi, sering kita alami dan pernah dialami oleh banyak orang. Saking biasanya, kita tidak tahu bagaimana kejadian itu bisa terjadi. Kita menganggapnya itu kebetulan. Sedang beruntung saja. Pada hal itu bisa dijelaskan secara ilmiah bagaimana Mestakung bekerja. Belakangan saya baru sadar, ternyata banyak kejadian dalam hidup kita bagian dari Mestakung. Beberapa waktu yang lalu saya jatuh sakit sekitar dua bulan lebih. Badan saya lemas, was-was dan tidak konsentrasi. Setelah itu tiba-tiba badan, pinggang, lutut dan pergelangan tangan ikut-ikutan sakit. Sampai ngilu-ngilu. Selera makan jadi tiba-tiba hilang. Beberapa obat tradisional sudah saya coba tapi hasilnya tidak menunjukkan perubahan. Saya pun memutuskan untuk berobat disebuah rumah sakit swasta di Mataram. Siangnya saya minta kepada adek ipar yang bekerja dirumah sakit tersebut untuk mendaftarkan kedokter bagian da

Buah Bile

Penulis bersama seorang teman dengan latar buah bile dihalaman Hotel Mina Tanjung, Lombok Utara. SUDAH lama tidak melihat pohon bile yang berbuah lebat dan besar. Sekarang pohonnya mulai langka, apa lagi yang berbuah besar seperti ini. Bersyukur bisa melihat lagi pohon ini di Mina Tanjung Hotel, KLU. Buah (buaq, Sasak) pohon ini sering kita pakai bermain dulu waktu kecil dikebun dan disawah. Kadang kita tendang-tendang seperti bola. Pohonnya sering kita pakai membuat gasing. Kalau musim gasing, kita sering keliling sawah dan kebun untuk mencari pohon bile yang ukurannya pas untuk membuat gasing. Kita sampai nekad mencuri pohon milik orang yang tumbuh jadi pagar sawah atau kebun orang demi mendapatkan bahan untuk membuat gasing yang bagus. Pohon atau rantingnya bagus jadi bahan membuat gasing karena seratnya bagus dan tidak ada 'hati' seperti pohon yang lain. Di kampung saya Lombok Timur belum pernah saya lihat atau dengar orang memakan buah bile. Tapi didaerah lain di Lomb

Legit dan Gurih Pelemeng Campur Poteng

Pelemeng dan Poteng, pasangan serasi untuk disantap bersamaan dikala silaturrahmi hari Lebaran SETIAP kampung di Lombok punya jajan khas yang dibuat khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di Desa Aikmel, Lombok Timur misalnya – beberapa hari menjelang lebaran, kaum ibu sudah sibuk menyiapkan beraneka jenis makanan dan jajan yang akan disajikan pada hari istimewa. Di antara jajan yang selalu ada disebut Pelemeng dan Poteng. Bila datang bersilaturrahmi kewarga - Pelemeng dan Poteng yang terdepan untuk disuguhkan. Pelemeng yang terbuat dari ketan rasanya gurih dan kenyal sedangkan Poteng terasa manis dan berair. Saat dimakan, akan bertemu rasa gurih dan manis dimulut. Dua jenis jajan tradisional masyarakat Sasak ini cukup mengenyangkan kalau dimakan.   Pelemeng terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Membuat Pelemeng, daun pisang yang dipakai sengaja dipilih yang ukuran diameternya besar dan panjang. Daun pisang dijemur terlebih dahulu sebelum dibentuk supaya ti