Kliping Koran Lombok Post yang menulis saya. |
Tak pernah terpikir, tiba-tiba wartawan muda Lombok Post, Sirtupillaili mengubungi saya. Ia langsung mengutarakan maksudnya untuk mengangkat saya sebagai orang muda yang berkarya. Permintaannya itu saya ia kan saja, toh kita sudah lama juga saling kenal. Saat itu saya memang sedang memperbaharui isi blog saya dengan beberapa tulisan baru.
Tulisan itu diberi judul Mengenal Mereka “Yang Muda Yang Berkarya" –Ungkapkan Fakta dan Pesan Moral Melalui Tulisan. Terbit di Lombok Post, Rabu, 26 Maret 2014. Belakangan setelah tulisan tentang saya dan tiga orang sosok ‘dinaikkan’ secara berturut selama 4 hari, saya baru mengerti ternyata orang muda yang dimaksud adalah anak muda yang telah menulis (menerbitkan) buku. Karya berbentuk buku bukan karya dalam bentuk yang lebih luas.
Setelah membaca liputan itu saya menjadi tahu ternyata sudah banyak anak muda NTB yang telah menerbitkan buku. Bagi saya ini pertanda positif bagi bangkitnya budaya tulis dikalangan anak muda. Fenomena ini secara perlahan akan mengurangi masih dominannya tradisi lisan dibandingkan tradisi tulis ditengah masyarakat kita.
Saya membayangkan kedepan penulis muda NTB akan semakin kreatif mengeksplorasi tema untuk dituangkan dalam buku. Mereka harus didorong untuk lebih banyak menggali isu-isu lokal ketimbang ikut-ikutan menulis isu Nasional. Hal ini akan sangat strategis bagi penguatan tradisi dokumentasi dan ilmiah didaerahkan kita.
Selama ini saya melihat, banyak sekali penulis atau peneliti yang berasal dari luar termasuk dari luar negeri yang menulis tentang Lombok. Mereka menganggap Lombok masih menyimpan banyak isu dan tema yang unik dan uriginal untuk ditulis. Sayang kita yang orang lokal malah kurang tertarek menulis tema lokal. Kita malah suka tergeret mengikuti wacana Nasional yang dari segi jarak berjauhan dengan kita.
Penulis dari luar atau asing memang memiliki perspektif dan modal yang cukup untuk menerbitkan buku atau hasil penelitiannya. Kita umumnya penulis lokal sering terkendala dana untuk penerbitan. Akhirnya banyak penulis lokal yang menjadikan menulis sebagai kegiatan sampingan. Bahkan yang mencari donatur dulu baru mengumpulkan bahan untuk menulis buku.
***
Setelah tulisan (berita) saya naik dimedia, saya biasanya menyimpannya melalui kliping. Terkait hal itu saya sekarang sudah punya tiga bundel kliping. Menyimpan dan mengkliping merupakan salah satu cara saya ‘mengawetkan’ tulisan supaya tidak cepat hilang dan termakan waktu. Ada keasyikan sendiri yang selalu saya rasakan ketika mengkliping sebuah tulisan yang inspiratif. Apa lagi kalau tulisan itu mengulas tentang kita. Sebenarnya bukan kali ini saya ‘naik’ di Lombok Post. Beberapa kali saya ditulis oleh Lombok Post walau dalam konteks yang berbeda. Pernah juga dijadikan sebagai narasumber tentang satu permasalahan sosial keagamaan yang terjadi di NTB. Kali ini mereka menulis tentang saya yang telah menerbitkan beberapa buku lengkap dengan foto buku yang saya terbitkan.
Setelah menyimpannya dimap khusus kliping yang saya punya, saya ‘melupakan’ berita itu. Baru beberapa hari saya membuka facebook ternyata Ahyar Rosyidi memposting berita itu dihalaman status saya. Ee,,, ternyata ramai dibicarakan oleh teman-teman. Saya tentu berterima kasih atas apresiasi teman-teman akan berita tersebut. Moga kedepan saya bisa melahirkan karya-karya yang lebih baik lagi sehingga tidak cepat tertelan oleh zaman.
Salam.
Komentar
Posting Komentar