Langsung ke konten utama

Belajar dari Viralnya Cerita Layangan Putus : Dari Facebook Jadi Novel dan Film

Ibu Huriana Argi ini bekerja sebagai guru dan pedagang online. Sudah dua kali dia ingin mengikuti pelatihan menulis dimana saya sebagai pembicaranya. Baru Jum'at (25/3) kemarin dia bisa ikut, bertempat di SMP 1 Gerung, Lombok Barat. Ia rela meninggalkan 2 orang anaknya yang masih kecil-kecil hanya untuk mengikuti acara ini. Saya tahu semangatnya meningkatkan kapasitas menulis guna menunjang pekerjaannya sebagai guru dan pedagang online. 

Kegiatan kali ini difasilitasi oleh organisasi Lombok Barat Literasi yang dibentuk oleh Hendra Harianto, seorang anggota DPRD Lombok Barat dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Selain sebagai anggota dewan, Hendra ini juga masih menjadi ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Lombok Barat. Sehari sebelum acara dia nanya, berapa bayar kalau ikut. Dia siap bayar kalau memang berbayar katanya. Saya bilang, kegiatan itu gratis, sudah ada yang membiayai.

Saking semangatnya, selesai saya menyampaikan materi, ibu Huriana ini yang pertama kali mengangkat tangan untuk bertanya. Ia bertanya, bagaimana cara menjual tulisan agar kita mendapatkan keuntungan financial ? Ia juga menyinggung tentang film, "Layangan Putus" yang ceritanya viral beberapa waktu lalu.

Saya bilang, langkah paling awal yang bisa dilakukan ya dengan mulai mempublikasi atau menerbitkan tulisan kita agar bisa dibaca oleh publik secara luas, baik melalui media cetak atau online. Bagaimana kita tahu orang suka tulisan kita, apa lagi sampai dibayar kalau tulisan-tulisan kita tidak pernah diterbitkan untuk menemui pembacanya.
Dia menyinggung cerita, "Layangan Putus" yang menjadikan penulisnya jadi terkenal dan dapat banyak uang setelah status-status galau dan sedihnya karena suaminya diam-diam kawin lagi diposting dihalaman Facebook-nya mendapatkan ribuan komentar dan share dari ibu-ibu. Tidak akan pernah ada novel dan film, "Layangan Putus" kalau ibu Eka Nur Prasetya (mommy ASF) tidak pernah memposting curhatannya di Facebook. 

Karena curhatannya di Facebook dianggap menarek, riil dialami dan solidaritas sesama perempuan akhirnya sambungan curhatan itu ditunggu-tunggu dan dibagi ribuan kali oleh pembaca. Kisahnya menjadi viral. Penerbit dan produser melihat itu sebagai peluang bisnis lalu dibuat jadi novel dan film. Novel dan filmya pun laris karena dibicarakan banyak orang, apa lagi filmya dibintangi oleh bintang film terkenal dan seksi.

Novel dan filmnya dipromosikan secara gratis oleh khalayak melalui berbagai plahtfom media sosial. Kisah nyata yang tadinya dialami oleh dokter hewan Eka Nur Prasetya bukan lagi sebuah masalah apa lagi musibah tapi saluran rezeki dan berkah baginya. Sesuatu yang tak pernah terlintas mungkin dipikirannya sebelumnya. Tapi begitukah kekuatan kata-kata, narasi atau cerita (story) yang disampaikan melalui media sosial.

Dari pengalaman "Layangan Putus" ini, kita bisa belajar bagaimana hebatnya kekuatan tulisan yang didukung oleh media sosial. Menerbitkan, mempublikasikan, memposting dan membagikan tulisan sangat mudah. Selesai ditulis, saat itu juga diterbitkan, dibaca dan dibagi oleh sebanyak orang. Tulisan itu bisa menjangkau pembaca dimana pun dan kapan pun. Beberapa detik kemudian kita langsung akan tahu siapa yang suka, berkomentar dan membagi tulisan itu.
Penulis dan pembaca tidak memiliki skat dan jarak. Seorang penulis tak ubahnya produsen yang memproduksi lalu pembaca itu seperti konsumen yang membaca, mengkonsumsi dan menikmati bacaan yang suguhkan. Seorang konsumen bebas untuk membacanya setengah, sampai selesai atau melewatinya setelah hanya membaca judul atau pembukanya saja. Begitu juga, ia bisa membaginya agar dibaca oleh banyak orang atau tidak, itu terserah mereka.

Tulisan (narasi) dan media sosial juga saat ini sangat efektif menjadi 'senjata' untuk membangun personal branding. Memperkenalkan diri melalui tulisan dengan memanfaatkan media sosial kini banyak dipakai orang untuk memperkenalkan diri kepada publik. Bukan hanya untuk memperkenalkan siapa dirinya tapi juga profesi, keahlian, kapasitas, skill, hoby dan pikiran-pikiran originalnya merespon berbagai isu sosial yang muncul dimasyarakat.

Setiap tulisan memang punya kekuatan dan takdirnya sendiri. Seorang penulis sering kali tidak bisa memprediksi nasib tulisannya di kemudian hari. Sering kali tulisan sederhana, ditulis secara tidak begitu serius jauh lebih digemari pembaca ketimbang tulisan yang merupakan hasil kajian, riset dan biaya mengumpulkan data yang cukup besar. Sampai tulisan itu menemukan pembaca, jodoh atau takdirnya sendiri.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kejadian Mestakung Yang Saya Alami

Taman Bunga, Sembalun, Lombok Timur Bagi sebagian orang, apa yang saya alami ini mungkin hal biasa. Lumrah terjadi, sering kita alami dan pernah dialami oleh banyak orang. Saking biasanya, kita tidak tahu bagaimana kejadian itu bisa terjadi. Kita menganggapnya itu kebetulan. Sedang beruntung saja. Pada hal itu bisa dijelaskan secara ilmiah bagaimana Mestakung bekerja. Belakangan saya baru sadar, ternyata banyak kejadian dalam hidup kita bagian dari Mestakung. Beberapa waktu yang lalu saya jatuh sakit sekitar dua bulan lebih. Badan saya lemas, was-was dan tidak konsentrasi. Setelah itu tiba-tiba badan, pinggang, lutut dan pergelangan tangan ikut-ikutan sakit. Sampai ngilu-ngilu. Selera makan jadi tiba-tiba hilang. Beberapa obat tradisional sudah saya coba tapi hasilnya tidak menunjukkan perubahan. Saya pun memutuskan untuk berobat disebuah rumah sakit swasta di Mataram. Siangnya saya minta kepada adek ipar yang bekerja dirumah sakit tersebut untuk mendaftarkan kedokter bagian da

Buah Bile

Penulis bersama seorang teman dengan latar buah bile dihalaman Hotel Mina Tanjung, Lombok Utara. SUDAH lama tidak melihat pohon bile yang berbuah lebat dan besar. Sekarang pohonnya mulai langka, apa lagi yang berbuah besar seperti ini. Bersyukur bisa melihat lagi pohon ini di Mina Tanjung Hotel, KLU. Buah (buaq, Sasak) pohon ini sering kita pakai bermain dulu waktu kecil dikebun dan disawah. Kadang kita tendang-tendang seperti bola. Pohonnya sering kita pakai membuat gasing. Kalau musim gasing, kita sering keliling sawah dan kebun untuk mencari pohon bile yang ukurannya pas untuk membuat gasing. Kita sampai nekad mencuri pohon milik orang yang tumbuh jadi pagar sawah atau kebun orang demi mendapatkan bahan untuk membuat gasing yang bagus. Pohon atau rantingnya bagus jadi bahan membuat gasing karena seratnya bagus dan tidak ada 'hati' seperti pohon yang lain. Di kampung saya Lombok Timur belum pernah saya lihat atau dengar orang memakan buah bile. Tapi didaerah lain di Lomb

Legit dan Gurih Pelemeng Campur Poteng

Pelemeng dan Poteng, pasangan serasi untuk disantap bersamaan dikala silaturrahmi hari Lebaran SETIAP kampung di Lombok punya jajan khas yang dibuat khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di Desa Aikmel, Lombok Timur misalnya – beberapa hari menjelang lebaran, kaum ibu sudah sibuk menyiapkan beraneka jenis makanan dan jajan yang akan disajikan pada hari istimewa. Di antara jajan yang selalu ada disebut Pelemeng dan Poteng. Bila datang bersilaturrahmi kewarga - Pelemeng dan Poteng yang terdepan untuk disuguhkan. Pelemeng yang terbuat dari ketan rasanya gurih dan kenyal sedangkan Poteng terasa manis dan berair. Saat dimakan, akan bertemu rasa gurih dan manis dimulut. Dua jenis jajan tradisional masyarakat Sasak ini cukup mengenyangkan kalau dimakan.   Pelemeng terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Membuat Pelemeng, daun pisang yang dipakai sengaja dipilih yang ukuran diameternya besar dan panjang. Daun pisang dijemur terlebih dahulu sebelum dibentuk supaya ti