Hayalan saja Bisa Menjadi Realitas.
Pikiran tidak mengenal jarak dan waktu. Dengan menggunakan pikiran setiap orang bisa menjelajah kemana pun yang ia mau tanpa dibatasi jarak dan waktu. Kita bisa memikirkan atau berhayal sedang berada di Amerika, Eropa, Jepang atau Saudi Arabia hanya dengan duduk manis di rumah.
Kita bisa memikirkan perasaan menyenangkan dengan teman-teman, sahabat atau keluarga kita ketika berada disebuah tempat meski jaraknya ratusan kilometer dari tempat kita berada saat itu. Kita cukup membayangkan, menghayalkan atau memikirkan sebuah tempat, maka pikiran akan meluncur ke sana seperti kecepatan cahaya.
Selain itu pikiran juga bisa menyebar, menggerakkan atau menarik sesuatu dari jarak jauh meski tanpa kita sadari. Hal ini persis dengan yang alami Ahyar, anak tetangga saya yang masih duduk dibangku kelas 3 SMA. Sepulang sekolah Ahyar bekerja memotong dan mengupas bawang merah milik seorang pedagang bawang dipasar Aikmel, Lombok Timur.
Kalau ia berhasil mengupas atau memotong bawang sebanyak 3 kilogram, ia akan dibayar 5000 rupiah. Dalam setengah hari ia bisa dapat 15-17 kilogram. Lumayan untuk membantu biaya sekolahnya. Pekerjaan mengupas bawang setelah pulang sekolah itu juga cukup membantu dia mendapatkan uang sebagai belanja sehari-hari.
Sekitar satu bulan yang lalu, terlintas dipikirannya ingin memiliki baju gamis seperti orang Arab Saudi. Ia pingin sekali menggunakan pakaian tradisional orang Arab itu untuk dipakai sholat jum'at atau sholat hari raya idul fitri. Sebagaimana umumnya pikiran yang terlintas dibenak, hal itu ia anggap hayalan biasa. Setelah itu ia tidak memikirkan lagi hayalannya itu.
Namun apa yang terjadi, setelah lewat satu minggu saat menghayal ingin memiliki baju jubah atau gamis itu, tiba-tiba datang seorang perempuan membawakan baju jubah alias gamis Arab seperti yang ia hayalkan. Baju itu dikirim sebagai hadiah bagi Ahyar dari saudara bapaknya yang bekerja di Arab Saudi sebagai TKI.
Pengalaman yang dialami oleh Ahyar itu menjadi salah satu bukti bahwa hayalannya yang ingin memakai gamis itu terkoneksi dengan pikiran saudara bapaknya yang berada di Arab Saudi sehingga terbersit keinginannya untuk membelikan jubah. Padahal ia tidak pernah berkomunikasi atau tidak pernah menyampaikan apa lagi menceritakan keinginannya itu kepada orang lain.
Coba Anda pikirkan berapa jarak Lombok dengan negara Saudi Arabia. Kalau bukan hukum alam semesta yang menghubungkan, mana mungkin sesuatau yang terlintas dipikiran bisa sampai atau terhubung dengan pikiran seseorang yang jaraknya bukan hanya lintas negara tapi benua. Pikiran atau hayalan itu bisa melesat sekuat cahaya untuk menemukan "pasangannya".
Selain itu, hayalan atau pikiran Ahyar tentang baju gamis itu ternyata menarik realitas baginya. Dengan kata lain, pikirannya bukan hanya menarik tapi juga mencipta realitas sehingga hanya dengan diam dirumah, tidak ngapa-ngapain, apa yang dia inginkan itu mendatanginya. Jadi apa yang kita pikirkan dimasa lalu menjadi realitas bagi kita hari ini. Apa yang kita tanamkan dalam pikiran kita hari ini akan menjadi realita dimasa depan.
Pengalaman yang dialami Ahyar itu sebenarnya pengalaman sehari-hari yang biasa kita dan banyak orang lain alami baik dalam bentuk yang sama atau berbeda. Tapi itu lah hebat dan dahsyatnya kekuatan pikiran. Bisa menarik atau mendekatkan yang jauh, bisa juga menjauhkan yang dekat.
Itu juga serupa dengan apa yang dikatakan oleh William James, seorang psikolog dari Harvard University, "Manusia dengan pikirannya bisa menjelajahi (menarik) setiap tempat di dunia ini dengan kecepatan yang sama sekali tidak terduga. Hal itu menyebabkan aneka perasaan ada dalam pikirannya".[]
*gambar model sebagai pemanis tulisan.
Komentar
Posting Komentar