Langsung ke konten utama

Penceramah dan Pedagang Obat

penceramah, agama, pedagang, obat, lelucon, pelawak, kapasitas, ulama, lama
Ibu-ibu pengajian Majelis Taklim Hidatuddarain, Dasan Geres, Gerung, Lobar setiap hari minggu
MENDENGAR ceramah itu kadang tak ubahnya mendengar 'pedagang obat'. Obat ini bagus, menyehatkan yang lain tidak bagus. Pada hal ia tidak pernah mencoba dan merasakan khasiatnya. Dia hanya tahu dari keterangan yang tertera dibungkus obat. Beda kalau yang menjual obat itu misalnya orang farmasi.   
Demikian juga dengan seorang penceramah. Dia sering mengatakan kalau mau selamat, ini jalannya. Kalau tidak, itu jalannya. Ingin meraih surga, ini rutenya. Neraka itu jurusannya. Dosa, pahala ini merek dan bungkusnya. Kadang ada yang bercerita surga-neraka ini itu -pada hal ia sendiri belum pernah berkunjung kesana. Disini saya bukan dalam kapasitas meragukan surga-neraka. Kalau itu sudah final.
Akibatnya, apa yang diceritakan atau tawarkan tidak membekas dihati pendengarnya. Apa yang disampaikan masuk telinga kanan, keluar telinga kiri pendengar. Ini lah salah satu yang menyebabkan ceramah agama tidak mampu mengubah mental ummat. Meneruskan cerita kepada orang lain. Apa ini tidak ubahnya dengan seorang pendongeng?.
Kita juga sering kali menemukan seorang penceramah sering kali hanya menjelaskan apa yang dia baca. Menceritakan ulang apa yang ditulis ulama. Baik yang berasal dari buku atau kitab-kitab agama. Beda dengan cerita atau nasehat ulama-ulama terdahulu, getarannya terasa begitu mendengar atau membaca karya-karyanya. 
penceramah, agama, pedagang, obat, lelucon, pelawak, kapasitas, ulama, lama
Ibu-ibu pengajian Majelis Taklim Hidatuddarain, Dasan Geres, Gerung, Lobar setiap hari minggu
Coba kita perhatikan, ceramah ditv-tv swasta ceramah dikemas dengan canda, gurauan dan celetukan yang tidak ada hubungannya dengan materi ceramah. Yang menyampaikan juga tepatnya disebut pelawak, komedian ketimbang ahli agama.  
Ada bintang tamunya lagi. Bukannya orang berilmu tapi orang-orang yang hidupnya penuh dengan kontroversi dan sensasi. Dari mereka itu bukannya kedalaman ilmu dan ahlaknya yang bisa ditiru tapi kekayaan, kecantikan serta karir selebritasnya. Ironi memang potret penceramah dilayar kaca.
Saya ingin mengatakan bahwa perlunya ummat melihat kapasitas seorang penceramah dan kapasitas seorang penjual obat sebelum membeli. Perlunya membedakan mana penceramah agama, mana yang merangkap sebagai pendagang obat termasuk pelawak. Ini penting, agar tidak membeli obat dan salah rute.

Komentar

  1. Ceramah itu adalah tehnik komunikasi...
    Pesan yg disampaikan harus nyampe...
    Tp memang ada beberapa da'i di tv swasta yg hrs diberikan catatan....
    Kritis tak harus provokatif khan....?

    BalasHapus
  2. Benar pak Salahuddin ceramah perlu komunikasi dan bahasa yg baik. Tp lebih dari itu, isi ceramah yg baik dan siapa yg menyampaikan akan sangat menentukan getaran apa yg disampaikan. Kalau isix tdk bergizi dan penyapaix lebih banyak lawakakannya maka misi dakwah akan sulit sampai. atau sampai ditelinga saja, namun g nyentuh dihati sehingga pendengar hanya dapat yg lucu aja dan prilaku tdk berubah. itulah yg dulu dikatakan oleh almarhum KH.Zainudin MZ, ceramah (dakwah) yg entertain,,,penyampaix pun lebih tepat disebut selebriti ketimbang dai. sy setuju, kritis mmg tdk harus provokatif.

    BalasHapus
  3. waduh... kepanjangan kk. CUP

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kejadian Mestakung Yang Saya Alami

Taman Bunga, Sembalun, Lombok Timur Bagi sebagian orang, apa yang saya alami ini mungkin hal biasa. Lumrah terjadi, sering kita alami dan pernah dialami oleh banyak orang. Saking biasanya, kita tidak tahu bagaimana kejadian itu bisa terjadi. Kita menganggapnya itu kebetulan. Sedang beruntung saja. Pada hal itu bisa dijelaskan secara ilmiah bagaimana Mestakung bekerja. Belakangan saya baru sadar, ternyata banyak kejadian dalam hidup kita bagian dari Mestakung. Beberapa waktu yang lalu saya jatuh sakit sekitar dua bulan lebih. Badan saya lemas, was-was dan tidak konsentrasi. Setelah itu tiba-tiba badan, pinggang, lutut dan pergelangan tangan ikut-ikutan sakit. Sampai ngilu-ngilu. Selera makan jadi tiba-tiba hilang. Beberapa obat tradisional sudah saya coba tapi hasilnya tidak menunjukkan perubahan. Saya pun memutuskan untuk berobat disebuah rumah sakit swasta di Mataram. Siangnya saya minta kepada adek ipar yang bekerja dirumah sakit tersebut untuk mendaftarkan kedokter bagian da

Buah Bile

Penulis bersama seorang teman dengan latar buah bile dihalaman Hotel Mina Tanjung, Lombok Utara. SUDAH lama tidak melihat pohon bile yang berbuah lebat dan besar. Sekarang pohonnya mulai langka, apa lagi yang berbuah besar seperti ini. Bersyukur bisa melihat lagi pohon ini di Mina Tanjung Hotel, KLU. Buah (buaq, Sasak) pohon ini sering kita pakai bermain dulu waktu kecil dikebun dan disawah. Kadang kita tendang-tendang seperti bola. Pohonnya sering kita pakai membuat gasing. Kalau musim gasing, kita sering keliling sawah dan kebun untuk mencari pohon bile yang ukurannya pas untuk membuat gasing. Kita sampai nekad mencuri pohon milik orang yang tumbuh jadi pagar sawah atau kebun orang demi mendapatkan bahan untuk membuat gasing yang bagus. Pohon atau rantingnya bagus jadi bahan membuat gasing karena seratnya bagus dan tidak ada 'hati' seperti pohon yang lain. Di kampung saya Lombok Timur belum pernah saya lihat atau dengar orang memakan buah bile. Tapi didaerah lain di Lomb

Legit dan Gurih Pelemeng Campur Poteng

Pelemeng dan Poteng, pasangan serasi untuk disantap bersamaan dikala silaturrahmi hari Lebaran SETIAP kampung di Lombok punya jajan khas yang dibuat khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di Desa Aikmel, Lombok Timur misalnya – beberapa hari menjelang lebaran, kaum ibu sudah sibuk menyiapkan beraneka jenis makanan dan jajan yang akan disajikan pada hari istimewa. Di antara jajan yang selalu ada disebut Pelemeng dan Poteng. Bila datang bersilaturrahmi kewarga - Pelemeng dan Poteng yang terdepan untuk disuguhkan. Pelemeng yang terbuat dari ketan rasanya gurih dan kenyal sedangkan Poteng terasa manis dan berair. Saat dimakan, akan bertemu rasa gurih dan manis dimulut. Dua jenis jajan tradisional masyarakat Sasak ini cukup mengenyangkan kalau dimakan.   Pelemeng terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Membuat Pelemeng, daun pisang yang dipakai sengaja dipilih yang ukuran diameternya besar dan panjang. Daun pisang dijemur terlebih dahulu sebelum dibentuk supaya ti