Jalan Langko, Mataram (foto http://klikpic.wordpress.com) |
Kalau iklan produk sudah tentu membayar royalti kepada daerah. Ada PAD yang masuk. Materi iklannya juga sangat kreatif dan pariatif, tidak monoton. Mereka bukan hanya memperkenalkan produknya, tapi tak jarang memberikan kata-kata motivasi.
“Berhentilah menghitung masalah, berjalanlah merangkai langkah”. Kira-kira begitu bunyi iklan rokok kretek yang saya baca dijalan Bungkarno, Selatan Pom Bensin pajang. Bagi saya kata-kata motivasi itu sangat yahut. Sayang kalau kita yang membacanya tidak nyangkut dihati.
Coba bandingkan dengan iklan pejabat yang kadang setiap dua minggu atau setiap bulan berganti. Materi iklannya monoton. Lebih banyak himbauan dari pada inovasi. Lebih banyak menampilkan foto mereka dan istrinya. Pakaiannya selalu berganti dan tentu dengan harga yang tidak murah.
Dan yang pasti mereka tidak bayar ketika iklan itu dipasang. Pada hal iklan itu lebih banyak kampanye pribadi dari pada program. Maka masyarakat memaknainya sebagai pencitraan dan pemolesan. Dan yang pasti pembuatannya mengeluarkan PAD bukan menambah. Ya karena merekalah penguasanya.
Itulah mungkin yang menyebabkan banyak pejabat gagal membrending diri dan programnya walau sudah menghabiskan dana ratusan bahkan milyaran rupiah untuk beriklan. Akhir orang beranggapan, mereka lebih banyak mengekspos diri kitimbang program. Tak heran kalau isi dan materi iklan tersebut tidak nyangkut dihati rakyat.
Inilah beberapa gejala yang terjadi dijalan raya. Yang nampak dan terlihat setiap hari. Saya tidak tahu bagaimana gejala yang terjadi diruang kerja mereka. Sayang saya tidak punya fotonya yang bisa diposting disini.
Ampenan, (5/11) 2013
Komentar
Posting Komentar