Kesadaran literasi itu lahir dari upaya untuk meningkatkan kemampuan mendengar (listening), membaca (speaking), menulis (writing) dan berbicara (speaking). Lebih dari itu juga, adanya kesadaran untuk terus meningkatkan kapasitas personal (upgrade skill) dan daya kritis untuk menunjang aktivitas kita sehari - sehari.
Dari sana juga akan lahir kesadaran untuk bertanya pada diri sendiri, apakah keterampilan (skill) serta pengetahuan saya masih bisa dipakai dan diperlukan orang. Jangan-jangan sudah tidak diperlukan atau tidak dibutuhkan pasar kerja. Mungkin keterampilan saya perlu dimodifikasi atau berkolaborasi dengan keterampilan lain?
Atau jangan-jangan jurusan saya sudah tidak dibutuhkan masyarakat (out of date). Bisa karena kebutuhan dunia kerja yang sudah berubah atau stok tenaga yang banyak dan melimpah. Di sinilah pentingnya literasi, agar kita mengerti akan kebutuhan dan persediaan.
Kalau kesadaran dan keinginan itu tidak ada, ya hidup terasa hampa, tidak akan menarek, mentok karena kehilangan (tanpa) harapan, arah dan tujuan hidup. Kalau sudah tidak ada harapan, tak ubahnya orang kehilangan kesadaran. Kalau tidak sadar, ya tidak bisa apa-apa.
Hanya orang yang sadar yang bisa diajak bermimpi, diajak bekerjasama, ditemani untuk bergerak dan dibiayai untuk bekerja serta berkolaborasi bersama. Kini, hanya orang yang mengerti arti penting kolaborasi dan reputasi yang akan bisa mengarungi kelombang persaingan hidup yang makin ketat.
Literasi dan kolaborasi itu adalah kunci. Kunci membuka dan menemukan makna-makna kebermaknaan hidup, apapun pekerjaan, jabatan, status sosial dan tujuan hidup yang ingin anda raih. Yang senior merangkul yunior, yang besar mambantu yang kecil. Toh akhirnya yang dikenang orang jangka panjang adalah peran dan kontribusi kepada kelompok (jamaah) dimana ia berada.
Syukur-syukur kalau orang lain diluar juga ikut menikmati dan bisa memetik pelajaran dari peran dan kontribusi yang dimainkan semasa hidup. Ah...hidup terasa indah sekali. Seindah merangkai kata-kata dan mimpi melalui kata-kata. Dan kata-kata lahir dari perspektif dan pergulatan hidup yang kita jalani sehari-hari.
Kita (Anda) bisa memilih, kita memilih merangkai hidup kita sendiri seindah kata-kata, atau biarkan hidup mengalir seperti air yang membawa dedaunan diatas permukaan air. Kapan berjalan dan berhenti terserah air yang membawa.[]
Komentar
Posting Komentar