Langsung ke konten utama

Ibu Rara Duta Pariwisata Lombok?

Sepertinya ibu Rara cocok dijadikan 'duta brending' pariwisata Lombok atau bintang iklan MotoGP Mandalika tahun depan Bang Zul Zulkieflimansyah. Soalnya semua orang membicarakannya. Sudah berhari-hari dia saja yang bahas oleh banyak orang termasuk terus muncul diberanda media sosial. Sampai rider pemenang MotoGP Mandalika 2022 ini banyak yang tidak tahu namanya. 

Inget Ketut Liyer, seorang dukun kampung dari Bali yang ditemui oleh Elizabeth Gilbert saat mencari ketenangan di Bali pasca cerai dengan suaminya. Sosoknya digambarkan secara khusus dalam novel, "Eat, Pray, Love" karya Elizabeth Gilbert yang kemudian di film kan dengan bintang utama Julia Robert yang memerankan Gilbert. 

Sosok Ketut Liyer jadi terkenal karena menggambarkan eksotisme budaya dan tradisi Bali. Wajar kalau ia diberikan scean khusus shooting dirumahnya dalam film yang disutradarai dan mainkan bintang Hollywood itu menelan dana milyaran rupiah. Setelah itu turis ramai datang kerumah Ketut Liyer untuk konsultasi, berobat, ditrawang, minta pelet (senggeger) atau sekedar foto selfie. Sosoknya pun ikut menjadi "marketer" pariwisata Bali meski ia tidak mengerti marketing. 

Bule-bule Eropa itu tidak tahu dan tidak peduli yang namanya syirik, bid'ah - yang mereka butuh keunikan, eksotisme dan tradisi budaya yang tidak pernah mereka temukan dinegaranya yang hidup secara modern. Bagi mereka itu bisa memberi exsperien, pengalaman bukan klaim bid'ah, syirik bukan sunnah dll. Bagi turis-turis itu syirik, bid'ah itu tidak penting bagi mereka. 

Harusnya orang NTB berterima kasih kepada ibu Rara selain telah bekerja dengan baik, totalitas plus menghibur. Jadi soroton dan pembicaraan ribuan orang sampai berhari-hari. Analisis terhadap diri, pekerjaan dan aksinya memancing analisis diberbagai kanal media online, cetak, TV dan beranda media sosial. Videonya menarek rezeki berlipat-lipat bagi youtuber, konten creator dan tv yang diserbu oleh ribuan penonton. 

Pulang dari Mandalika mereka senyum sumringah karena diatas tanggal 27 mereka pasti gajian dari YouTube. Harga tiket, hotel & biaya makan selama di Mandalika akan terganti dengan viuwer video aksi ibu Rara yang viral. Dengan satu video viral otomatis penonton dan subscribe bertambah, maka gajian bulan Maret akan terasa nikmat sebagai modal jelang puasa Ramadhan. Sungguh, nikmat syukur mana lagi yang kita ingkari dari aksi menghibur ibu Rara selaku sohibul hajat warga NTB. 

Cukup lah pentas hiburan, olahraga ditarek-tarek kepada urusan asal usul, keyakinan agama - itu hanya akan jadi pemecah belah dan segresi sosial diruang-ruang publik yang terus saling sambut, saling kritik, saling kecamatan tanpa ada ujung.  Biarlah wilayah hiburan kembali kepada khittah-nya benar-benar jadi hiburan. Bukan tempat saling hujat dan menyalahkan apa lagi mensyirikkan.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kejadian Mestakung Yang Saya Alami

Taman Bunga, Sembalun, Lombok Timur Bagi sebagian orang, apa yang saya alami ini mungkin hal biasa. Lumrah terjadi, sering kita alami dan pernah dialami oleh banyak orang. Saking biasanya, kita tidak tahu bagaimana kejadian itu bisa terjadi. Kita menganggapnya itu kebetulan. Sedang beruntung saja. Pada hal itu bisa dijelaskan secara ilmiah bagaimana Mestakung bekerja. Belakangan saya baru sadar, ternyata banyak kejadian dalam hidup kita bagian dari Mestakung. Beberapa waktu yang lalu saya jatuh sakit sekitar dua bulan lebih. Badan saya lemas, was-was dan tidak konsentrasi. Setelah itu tiba-tiba badan, pinggang, lutut dan pergelangan tangan ikut-ikutan sakit. Sampai ngilu-ngilu. Selera makan jadi tiba-tiba hilang. Beberapa obat tradisional sudah saya coba tapi hasilnya tidak menunjukkan perubahan. Saya pun memutuskan untuk berobat disebuah rumah sakit swasta di Mataram. Siangnya saya minta kepada adek ipar yang bekerja dirumah sakit tersebut untuk mendaftarkan kedokter bagian da

Buah Bile

Penulis bersama seorang teman dengan latar buah bile dihalaman Hotel Mina Tanjung, Lombok Utara. SUDAH lama tidak melihat pohon bile yang berbuah lebat dan besar. Sekarang pohonnya mulai langka, apa lagi yang berbuah besar seperti ini. Bersyukur bisa melihat lagi pohon ini di Mina Tanjung Hotel, KLU. Buah (buaq, Sasak) pohon ini sering kita pakai bermain dulu waktu kecil dikebun dan disawah. Kadang kita tendang-tendang seperti bola. Pohonnya sering kita pakai membuat gasing. Kalau musim gasing, kita sering keliling sawah dan kebun untuk mencari pohon bile yang ukurannya pas untuk membuat gasing. Kita sampai nekad mencuri pohon milik orang yang tumbuh jadi pagar sawah atau kebun orang demi mendapatkan bahan untuk membuat gasing yang bagus. Pohon atau rantingnya bagus jadi bahan membuat gasing karena seratnya bagus dan tidak ada 'hati' seperti pohon yang lain. Di kampung saya Lombok Timur belum pernah saya lihat atau dengar orang memakan buah bile. Tapi didaerah lain di Lomb

Legit dan Gurih Pelemeng Campur Poteng

Pelemeng dan Poteng, pasangan serasi untuk disantap bersamaan dikala silaturrahmi hari Lebaran SETIAP kampung di Lombok punya jajan khas yang dibuat khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di Desa Aikmel, Lombok Timur misalnya – beberapa hari menjelang lebaran, kaum ibu sudah sibuk menyiapkan beraneka jenis makanan dan jajan yang akan disajikan pada hari istimewa. Di antara jajan yang selalu ada disebut Pelemeng dan Poteng. Bila datang bersilaturrahmi kewarga - Pelemeng dan Poteng yang terdepan untuk disuguhkan. Pelemeng yang terbuat dari ketan rasanya gurih dan kenyal sedangkan Poteng terasa manis dan berair. Saat dimakan, akan bertemu rasa gurih dan manis dimulut. Dua jenis jajan tradisional masyarakat Sasak ini cukup mengenyangkan kalau dimakan.   Pelemeng terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Membuat Pelemeng, daun pisang yang dipakai sengaja dipilih yang ukuran diameternya besar dan panjang. Daun pisang dijemur terlebih dahulu sebelum dibentuk supaya ti