Orang suka kaget, heran dan bertanya-tanya kalau ada orang NU yang sukses bekerja lintas negara, jaringan global antar benua, menguasai banyak bahasa tapi masih pakai sarung, tahlilan, baca surat Yasin 41 kali, baca sholawat 1000 - 4444 kali sehari sebagai senjata untuk memudahkan aktivitasnya sehari-hari.
Seorang kyai muda alumni kampus terkenal diluar negeri bahkan meminta ratusan santrinya untuk membaca Dalailul Khairot setiap hari dilahan yang akan menjadi lokasi pembangunan tiang-tiang listrik PLN yang berada disamping pondoknya.
Sang kyai menolak pembangunan tiang listrik PLN itu bukan bermaksud melawan atau tidak taat pada negar, ia tidak ingin wilayah samping pondoknya jadi jalur listrik tegangan tinggi (sutet) yang bisa berdampak pada kesehatan santri. Awalnya PLN menolak dan minta ganti rugi milyaran rupiah untuk pindah lokasi. Tapi akhirnya pembangunan itu dibatalkan tanpa ganti rugi satu rupiah pun.
Sekarang kaget dengan aksi ibu Rara, seorang pawang hujan dari Bali yang bereaksi di sirkuit internasional MotoGP Mandalika. Toh, aksi ibu Rara telah menyuguhkan hiburan yang unik, lucu dan segar ditengah kebosanan dan kedinginan penonton yang menunggu hujan reda. Di luar kawasan sirkuit, ada ratusan juta mata penonton TV, youtube, tertuju kepada mandalika.
Aksinya malah dianggap disengaja buktinya ia di tulis, difoto dan sorot media secara luas dan live. Jadi itu dianggap bagian dari gimmick marketing tingkat tinggi sehingga Lombok, Indonesia, MotGP Mandalika menjadi bahan pembicaraan di mana-mana.
Tapi kalau banyak orang kota dan desa masih kaget ya itu wajar, karena mungkin belum tahu yang namanya ikhtiar darat dan ikhtiar langit. Apa lagi marketing gimmic. Kalau dua ikhtiar itu sudah dilakukan. Ya serahkan saja kepada penguasa alam, nanti Dia yang akan mengaturnya.
Sikap dan pandangan itu yang mendasari lahirnya idiom orang NU, "Gitu Aja Kok Repot". Gitu aja kok kaget. []
Komentar
Posting Komentar