Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Esai

Memelihara Ketakutan

http://penjasorkes-zone.blogspot.com SAYA baru sadar ternyata kita sering takut mencoba sesuatu yang baru. Ketakutan itu menyebabkan kita tidak pernah berani mencoba dan belajar hal-hal baru. Inilah yang menyebabkan kita lamban dan terlalu berhati-hati dalam mengambil keputusan. Kita sering kali menciptakan ketakutan sendiri dalam pikiran kita. Akhirnya bukan keputusan yang kita raih tapi putus asa. Sadar atau tidak sadar ternyata terlalu banyak ketakutan yang ada dalam diri kita. Entah ketakutan yang datang dari dalam atau atas pengaruh dari luar. Setiap orang memang punya ketakutannya berbeda-beda.Tidak hanya satu ketakutan tapi lebih dari itu. Ada orang takut miskin, takut tua-keriput, takut kalah, takut non job, takut gagal dan lain-lain. Kalau ditulis bisa berlembar-lembar. Kita maphum, perasaan takut sesuatu yang manusiawi dan lumrah yang ada pada setiap orang. Tapi kalau ketakutan-ketakutan itu tidak memiliki dasar yang jelas dan logis, tentu akan menjadi masalah. Lama-lam

Semangat Keagamaan di Antara Radikalisme

Jamaah Nahdlatul Ulama (NU) Kota Mataram mendengarkan sebuah pengajian di Ponpes Al-Falah, Pagutan, Kota Mataram Banyak pengamat sosial melihat munculnya gairah keagamaan ditengah masyarakat Indonesia belakangan ini. Gairah keagamaan itu bukan hanya terjadi dikalangan orang tua saja namun terjadi juga dikalangan anak muda Islam. Kajian, diskusi dan seminar tentang ke-Islaman ramai di datangi. Di forum-forum tersebut semangat keagamaan mereka ‘disuntik’ oleh para pembicara yang berasal dari berbagai disiplin keilmuan. Buku dan film yang mengulas pemikiran dan kisah tokoh-tokoh Islam terus diproduksi. Buku dan film tersebut bukan hanya diminati oleh masyarakat umum tapi juga banyak dicari oleh kalangan muda khususnya mahasiswa dan pelajar. Wajar kalau buku dan film tersebut mendapatkan royalty yang menggiurkan secara ekonomi. Disamping itu kini mulai semakin banyak masyarakat yang sadar untuk menggunakan busana muslim. Busana muslim bahkan telah bergeser menjadi fashion tersendir

Honor Kejuatan SUARA NTB

Bukan kali ini saja saya mendapatkan honor menulis dari koran SUARA NTB . Sudah sering. Kurang lebih sudah 14 kali selama dua tahun. Walau nilainya tidak begitu besar tapi honor kali ini agak supraze. Datang secara tiba-tiba. Tak dipikirkan dan tidak disangka-sangka. Masuk dalam kategori, ma khaisu la yahtasif. Dan letak nilainya bukan dibesar kecil angkanya tapi dikejutannya. Ceritanya begini. Kamis siang itu saya mampir ke ATM BNI Cabang Mataram. Saya bermaksud ingin mengambil uang untuk membayar premi asuransi yang biasa saya bayar 3 bulan sekali. Ketika mengecek saldo direkening, saya heran kok ada tambahan uang masuk dalam rekening tersebut. Saya penasaran, siapa kira-kira yang mengirim? Jangan-jangan ada orang salah transper sehingga saldo saya bertambah sekian ratus ribu? Biasanya kalau yang tranper pasti ada pemberitahuan. Sekian menit berpikir, belum ketemu juga jawabannya. Saya lalu memutuskan untuk mengambil uang tunai sesuai yang saya butuh. Salah satu edisi Harian

Pelajaran Politik dari Lombok Timur

Penulis dalam sebuah acara di CRCS UGM Yogyakarta awal 2012 Malam hari setelah pencoblosan Pemilihan Bupati-Wakil Bupati Lombok Timur, belasan anak muda berkumpul dijalan depan masjid kampung saya. Hampir setiap malam mereka nongkrong ditempat itu. Tapi malam itu, ada yang beda dari malam-malam biasanya. Bedanya, situasi dan apa yang mereka bicarakan. Kalau malam-malam biasa, mereka ngobrol bebas tidak pakai tema. Malam itu temanya jelas, siapa pemenang dalam pencoblosan tadi siang. Apakah incumbent atau penantangnya. Yang beda juga malam itu ternyata mereka berkumpul dipintu gerbang masjid itu ada yang menyuruh. Informasi yang saya peroleh, anak-anak muda kampung itu diminta berkumpul oleh seorang anggota dewan pendukung Sukiman-Lutfi (Sufi). Mereka disuruh berkumpul untuk mengikuti pawai keliling Lombok Timur untuk merayakan kemenangan Sufi. Mereka bahkan berjanji - siap berangkat jam berapa saja kalau ada intruksi dari sang anggota dewan. Sang anggota dewan itu sendiri lebih dul

Jalan-Jalan untuk Menulis

Duduk santai menikmati sejuknya angin di Taman Bunga Sembalun, Lombok Timur Saya sendiri bukan orang yang hoby jalan-jalan (traveling). Pergi jalan-jalan seperlunya saja bila ada keinginan dan kesempatan. Itu pun lokasinya tidak jauh-jauh, masih kisaran ‘dalam negeri’. Saya justru tertarek menulis munculnya penulis-penulis baru yang bekerja secara lepas yang fokus menulis tentang perjalanan dan obyek wisata. Mereka bukan hanya menulis keesotikkan sebuah obyek wisata, mereka juga tak lupa menulis segala hal yang ia alami dan temui selama perjalanan. Tentunya, tidak semuanya menyenangkan. Apa lagi para beckpeker tidak selalu membawa bekal yang cukup.Malah ada berangkat dengan modal bismillah alias nekad. Termasuk belum mengenal banyak daerah yang akan dikunjungi. Bagi seorang beckpeker sejati disanalah tantangannya. Mereka sengaja berangkat dengan bekal seadanya. Bukan bermaksud apa-apa tapi memang karena didorong oleh hasrat yang besar untuk mengunjungi sebuah tempat. Kendala yang

Ustazd, Lagu Kebangsaan dan BNPT

sumber : http://psychology-consultant.blogspot.com Seorang ustzd di Lombok sering diminta menjadi pembicara diberbagai seminar baik yang diadakan oleh organisasi mahasiswa, LSM atau kerjasama LSM, mahasiswa dan pemerintah. Setiap panitia dan peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya ustazd ini selalu meninggalkan ruangan meski ia sudah duduk dikursi pembicara. Ia keluar seolah-olah ada urusan atau buang air kecil. Itu tidak sekali dua kali kita lihat. Dari latar dan bergroundnya sebenaranya dia tidak suka dengan nyanyian termasuk lagu kebangsaan dan apel bendera. Saya juga perhatikan ia beberapa kali menjadi pembicara seminar yang dananya dari Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT). Dalam forum itu ia tidak jarang mengkritik, menolak bahkan mengkritik BNPT. Alasannya BNPT sering menangkap aktivis-aktivis Islam yang itu artinya mereka telah memusuhi Islam. Setiap forum, ia sangat semangat mengritik demokrasi, pancasila, aparat negara sampai BNPT. Tapi diakhir acara ia tanda t

4 Hal Yang Dilarang dalam Menulis

Kita sering tidak sadar ketika menulis sering melakukan tindakan yang sebenarnya bisa menghambat kita dalam menulis. bukan hanya menghambat tapi juga berpotensi menyebabkan kita putus asa untuk belajar menulis. Pada level itu orang mudah mencap diri sebagai orang yang bodoh, tidak cerdas dan tidak memiliki bakat serta kemampuan dalam menulis. Pada hal menulis bisa dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja. Ini lah kondisi yang membahayakan bagi masa depan kepenulisan kita. Peserta workshop menulis buku best practice sedang berpacu menyelesaikan tulisannya. Untuk itu ada baiknya kita mulai tahu dan menyadari apa yang kita lakukan itu ternyata keliru serta tidak mendukung produktivitas kita dalam menulis. Ibaratnya ingin meminum madu malah yang kita ambil adalah racun. Kira-kira gambaran sederhananya begitu. Makanya larangan-larangan itu perlu diketahui oleh kita termasuk para penulis pemula. Pengalaman saya menulis selama ini nyambung dengan apa yang disampaikan oleh Bapak M

Memulai Menulis Anti Mogok

Nahdlatul Ula (NU) Banyak orang yang saya temui mengaku sering mengalami kesulitan ketika memulai menulis. Mereka sering bingung memulai tulisan dari mana. Mereka mengaku tidak pandai menyusun kalimat yang enak, mudah dicerna dan gampang dipahami oleh pembaca. Pada hal sebagian besar dari mereka mengaku memiliki bahan yang sangat banyak untuk ditulis. Punya stock ide yang melimpah untuk dibagikan kepada pembaca. Dan kaya pengalaman untuk dishare kepada teman-teman dan komunitasnya. Merasa tidak mampu memulai tulisan dengan baik itulah yang sering membuat orang cepat putus asa dalam berlatih menulis. Mereka tidak percaya dengan tulisannya sendiri. Sampai pada akhirnya mencap diri sebagai orang yang tidak memiliki bakat atau keterampilan untuk menulis. Ia lalu berhenti menulis sampai disitu. Menjawab persoalan itu saya sering mengatakan bahwa kebingungan dan kemacetan memulai termasuk meneruskan tulisan itu sering disebabkan oleh beberapa hal. Semuanya ada

Beternak Ide

Setiap hari kita beternak dan memproduksi ide. Ide juga datang tidak mengenal waktu dan tempat. Ia tiba-tiba muncul, tiba-tiba juga hilang. Tapi sering kali produktivitas kita beternak ide tidak sebanding dengan kemampuan kita mewujudkan ide tersebut dalam bentuk yang lebih nyata. Coba kita lihat diberbagai forum diskusi, dialog, seminar dll - hampir semua orang bisa melontar iden ya. Dan sekarang hampir tidak ada orang yang tidak berani menyampaikan atau melontarkan idenya kepada orang lain. Setelah dilontarkan kemudian selesai sampai disitu. Gampangnya beternak ide ini sama mudahnya dengan berbicara. Semua orang bisa mengemukakan pendapatnya secara lisan dimuka umuam (publik). Namun tidak semua orang mau dan berani mengemukakan pikiran dan idenya melalui tulisan. Pada hal ruangnya kini makin terbuka dan kompetitif. Menulis pikiran melalui tulisan merupakan salah satu cara beternak ide. Kemampuan beternak ide yang baik akan menentukan kesuksesan seseorang

Menang Dengan Kreativitas

Gelandang Timnas, Andik Virmansyah Tadi malam saya ikut menjadi ‘suporter jauh’ dari tim sepak bola Indonesia melawan Singapura. Walau menjadi ‘suporter’ melalui tv handpone, saya dengan jelas bisa menyaksikan semangat Andik dan kawan-kawan mematahkan berbagai serangan timnas Singapura. Kegigihan Andik dan kawan-kawan tidak sia-sia, Indonesia menang satu kosong. Saya sebenarnya bukan termasuk golongan gibol (gila bola). Meski bukan gibol, setiap tim nas main melawan negara lain, sebisanya saya bisa ikut menyaksikan melalui tv. Ketika menonton, emosi ikut ‘main’. Pada hal saya bukan pemain Timnas. Setelah menonton, saya selalu merasa ‘menang’ kalau melihat Tim Nas bisa mengalahkan lawannya. Sebaleknya, kalau tim nas kalah, saya juga akan merasakan perasaan ‘kalah’. Itulah yang terjadi. Bagaimana dengan anda, apakah anda merasakan hal yang sama ?  Baik, saya tidak ingin memperpanjang masalah perasaan itu disini. Saya justru tertarek membahas rahasia kemenangan Timnas melawan Sin

Menulis Hal-Hal kecil Sebelum Membukukan Hal-Hal Besar

Pagi ini tidak bisa konsentrasi menulis. Di sebelah saya ngetik, adek Ula terus 'berkicau' ditempat tidurnya. Suaranya nyaring menembus gang-gang kecil dan tembok rumah tetangga mengeluarkan desisan yang tidak karuan. Sejak dua minggu ini Ula memang sedang melatih dirinya untuk bicara. Dari balek mulutnya yang mungil keluar kata yang tidak beraturan. Kadang keluar bunyi Aaaa, eee, aahhhh...ya...ya..ha...ha..ha. Agak sulit sebenarnya mendeskripsikan dengan rangakaian hurup. Kalau sudah bosan, suara tangisnya memaksa seisi rumah secepatnya mengendongnya. Di usianya yang baru tiga bulan satu minggu, Ula juga sedang belajar keras untuk membolak balek badanya kekekiri-kekanan. Pelajaran ini tentu tidak mudah baginya. Kalau badannya dibalek, salah satu tangannya akan terjepit sama badannya hingga napasnya jadi sulit. Itu terus dilakukan berulang-ulang.Walau begitu ia tidak pernah kapok. Dari itu kami orang tuanya berharap moga kelak ketika besar menjadi pribadi yang tidak mudah

Menyapa Pagi Dengan Tulisan yang Berenergi

caption from google Membuka hari dengan menulis butuh energi dari dalam. Energi ini akan menjadi cas bagi pikiran dan hati agar berkenan menuangkan perasaannya menjadi bulir-bulir kalimat berenergi. Kalimat yang berenergi inilah yang diharapkan muncul dikala pagi.  Disaat sang surya menumpahkan cahayanya diseluruh permukaan bumi. Penulis berharap mampu menyerap energi pagi dalam untaian kalimat yang bermakna. Menulis dikala pagi mengajak supaya pikiran jadi sehat dan segar. Supaya pikiran sehat dan segar kita dianjurkan tidak lama-lama memendam pikiran segera alirkan secara sehat agar mengalirnya semakin deras. Bukankah air, kalau tidak dialirkan ia cepat keruh, bau dan berubah warna.  Begitu juga dengan ide, pikiran –ia akan keruh, bau dan kotor manakala tidak segera dibagi dan dishering dengan cara yang sehat. Ada sebagian orang menulis akan semakin bergairah, hot bila ditemani secangkir kopi atau teh hangat. Mereka berharap tulisannya tidak saja mengalirkan ene

Keadilan Distribusi Zakat

Beberapa anggota DPRD Lombok Barat diberitakan ‘sewot’ terhadap pola distribusi zakat di daerahnya. Mereka menilai, telah terjadi politisasi dalam pendistribusian zakat di Lombok Barat. Pemerintah daerah dianggap bertindak tidak adil dalam pembagian zakat karena hanya menyalurkan zakat ditempat yang merupakan basis pendukungnya dalam Pilkada. Kritik kalangan dewan tersebut ditanggapi oleh bupati Lombok Barat melalui media . Ia mengatakan kebijakan itu sangat wajar karena pihaknya diberikan kewenangan oleh undang-undang untuk mengeksekusi dan mendistribusikan anggaran kepada pihak yang mereka anggap pantas. Baginya pembagian dana zakat bagian dari politik anggaran. Tanpa politik anggaran sebuah pemerintahan tidak akan bisa berjalan secara baik. Politik anggaran seperti itu wajar dan sah. Kalau ada pihak yang mempersoalkan itu justru dinilai sebagai bentuk mencari popularitas politik. Kalau sinyalemen anggota dewan itu benar, tentu hal itu sangat disayangkan. Terlepas dari m