Langsung ke konten utama

Postingan

Mengerakkan Jihad Sosial

FGD Lakpesdam NU Kota Mataram untuk Menumbuhkan Kewirausahaan Bagi Remaja Putus Sekolah di Mataram Dalam berbagai kesempatan para ulama, kyai dan tuan guru berkali-kali menjelaskan makna jihad secara benar. Penjelasan ini diperlukan supaya makna jihad bisa dipahami oleh umat Islam secara benar dan proporsional. Apa lagi belakangan ini sering muncul tindakan sekelompok orang yang mengatasnama jihad Islam. Sebagaimana kita ketahui, kata jihad berasal dari bahasa Arab, ja-ha-da yang berarti sungguh-sungguh atau usaha keras. Dari kata itu kita mengenal tiga kata yang saling berkaitan –jihad, mujahadah dan ijtihad. Jihad sering salah diartikan bersungguh-sungguh dengan otot sehingga identik dengan perang fisik. Dan orang yang berjihad disebut mujahid. Mujahadah diartikan bersungguh-sungguh dengan hati. Mujahadah sering dipakai oleh kalangan sufi ketika bermunajat kepada Allah SWT. Istilah lainnya Salik –sang penempuh jalan. Lalu ijtihad dimaknai sebagai upaya bersungguh-sungguh dengan a

Semangat Keagamaan di Antara Radikalisme

Jamaah Nahdlatul Ulama (NU) Kota Mataram mendengarkan sebuah pengajian di Ponpes Al-Falah, Pagutan, Kota Mataram Banyak pengamat sosial melihat munculnya gairah keagamaan ditengah masyarakat Indonesia belakangan ini. Gairah keagamaan itu bukan hanya terjadi dikalangan orang tua saja namun terjadi juga dikalangan anak muda Islam. Kajian, diskusi dan seminar tentang ke-Islaman ramai di datangi. Di forum-forum tersebut semangat keagamaan mereka ‘disuntik’ oleh para pembicara yang berasal dari berbagai disiplin keilmuan. Buku dan film yang mengulas pemikiran dan kisah tokoh-tokoh Islam terus diproduksi. Buku dan film tersebut bukan hanya diminati oleh masyarakat umum tapi juga banyak dicari oleh kalangan muda khususnya mahasiswa dan pelajar. Wajar kalau buku dan film tersebut mendapatkan royalty yang menggiurkan secara ekonomi. Disamping itu kini mulai semakin banyak masyarakat yang sadar untuk menggunakan busana muslim. Busana muslim bahkan telah bergeser menjadi fashion tersendir

Uang Kaget dari Asuransi

http://blogdetik.com Kalau pada postingan sebelumnya, saya menulis “Honor Kejutan dari Suara NTB” , kali ini saya akan berbagi cerita tentang pengalaman seorang teman mendapatkan ‘uang kaget’ dari sebuah perusahaan asuransi. Pengalaman mendapatkan ‘uang kaget’ itu ia alami ketika sang ayah meninggal dunia beberapa waktu lalu. Kira-kira dua atau tiga minggu setelah bapaknya meninggal dunia, teman itu datang kerumah. Ia mampir kerumah setelah meyelesaikan sebuah urusan di Mataram. Di rumah ia menceritakan beberapa hal yang dia alami setelah bapaknya yang seorang tuan guru itu menghadap sang ilahi. Banyak hal yang ia ceritakan, mulai dari tanggung jawabnya dalam memimpin pondok pesantren termasuk antusiasme masyarakat dalam membantunya membangun pondok setelah bapaknya tiada. Namun yang ingin saya ceritakan disini, ketika ia didatangi oleh orang-orang asuransi. “Saya tak menyangka didatangi oleh orang asuransi kak Ucup. Dia juga membawa barang layaknya orang ngelayat”katanya be

Honor Kejuatan SUARA NTB

Bukan kali ini saja saya mendapatkan honor menulis dari koran SUARA NTB . Sudah sering. Kurang lebih sudah 14 kali selama dua tahun. Walau nilainya tidak begitu besar tapi honor kali ini agak supraze. Datang secara tiba-tiba. Tak dipikirkan dan tidak disangka-sangka. Masuk dalam kategori, ma khaisu la yahtasif. Dan letak nilainya bukan dibesar kecil angkanya tapi dikejutannya. Ceritanya begini. Kamis siang itu saya mampir ke ATM BNI Cabang Mataram. Saya bermaksud ingin mengambil uang untuk membayar premi asuransi yang biasa saya bayar 3 bulan sekali. Ketika mengecek saldo direkening, saya heran kok ada tambahan uang masuk dalam rekening tersebut. Saya penasaran, siapa kira-kira yang mengirim? Jangan-jangan ada orang salah transper sehingga saldo saya bertambah sekian ratus ribu? Biasanya kalau yang tranper pasti ada pemberitahuan. Sekian menit berpikir, belum ketemu juga jawabannya. Saya lalu memutuskan untuk mengambil uang tunai sesuai yang saya butuh. Salah satu edisi Harian

Pelajaran Politik dari Lombok Timur

Penulis dalam sebuah acara di CRCS UGM Yogyakarta awal 2012 Malam hari setelah pencoblosan Pemilihan Bupati-Wakil Bupati Lombok Timur, belasan anak muda berkumpul dijalan depan masjid kampung saya. Hampir setiap malam mereka nongkrong ditempat itu. Tapi malam itu, ada yang beda dari malam-malam biasanya. Bedanya, situasi dan apa yang mereka bicarakan. Kalau malam-malam biasa, mereka ngobrol bebas tidak pakai tema. Malam itu temanya jelas, siapa pemenang dalam pencoblosan tadi siang. Apakah incumbent atau penantangnya. Yang beda juga malam itu ternyata mereka berkumpul dipintu gerbang masjid itu ada yang menyuruh. Informasi yang saya peroleh, anak-anak muda kampung itu diminta berkumpul oleh seorang anggota dewan pendukung Sukiman-Lutfi (Sufi). Mereka disuruh berkumpul untuk mengikuti pawai keliling Lombok Timur untuk merayakan kemenangan Sufi. Mereka bahkan berjanji - siap berangkat jam berapa saja kalau ada intruksi dari sang anggota dewan. Sang anggota dewan itu sendiri lebih dul

Pelajaran Politik 2013

Pemilihan Bupati-Wakil Bupati Lombok Timur dan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur NTB telah usai. Even politik itu tentu meninggalkan jejak-jejak persaingan dan pertarungan antar dua, tiga orang atau lebih kelompok ditengah masyarakat. Ada kampanye, ada manuver dan ada pertarungan pengaruh politik. Dari even politik itu rakyat melihat dan mendengar, siapa yang bersaing dengan cara sehat. Siapa yang berpolitik secara santun. Siapa yang menarek simpati dengan cara menghujat pribadi dan siapa yang suka menyerang kelompok. Jejaknya masih tergambar dengan jelas dimata rakyat dan suaranya masih terang terdengar ditelinga rakyat. Saya yakin rakyat sangat cerdas untuk membedakan siapa yang bertarung dengan ‘madu’ dan siapa yang menebar 'racun' untuk menaklukkan lawan. Rakyat juga tahu, siapa yang bermain 'judi' dengan cara memasang dua nomor layaknya sebuah perjudian. Mereka bermain di Pilgub dan Pilcaleg sekaligus. Mereka tidak mudah memenangkan pertarungan. Rakyat masih

Jalan-Jalan untuk Menulis

Duduk santai menikmati sejuknya angin di Taman Bunga Sembalun, Lombok Timur Saya sendiri bukan orang yang hoby jalan-jalan (traveling). Pergi jalan-jalan seperlunya saja bila ada keinginan dan kesempatan. Itu pun lokasinya tidak jauh-jauh, masih kisaran ‘dalam negeri’. Saya justru tertarek menulis munculnya penulis-penulis baru yang bekerja secara lepas yang fokus menulis tentang perjalanan dan obyek wisata. Mereka bukan hanya menulis keesotikkan sebuah obyek wisata, mereka juga tak lupa menulis segala hal yang ia alami dan temui selama perjalanan. Tentunya, tidak semuanya menyenangkan. Apa lagi para beckpeker tidak selalu membawa bekal yang cukup.Malah ada berangkat dengan modal bismillah alias nekad. Termasuk belum mengenal banyak daerah yang akan dikunjungi. Bagi seorang beckpeker sejati disanalah tantangannya. Mereka sengaja berangkat dengan bekal seadanya. Bukan bermaksud apa-apa tapi memang karena didorong oleh hasrat yang besar untuk mengunjungi sebuah tempat. Kendala yang

Meneliti Orang-Orang Sesat di Lombok

Dr.Widodo, Dr.Kari dan penulis ketika disebuah rumah makan di Carkranegara Suatu siang pertengahan April lalu, saya ditelpon oleh kawan saya, Fathul Rahman –redaktur muda Harian Lombok Post (Jawa Pos Group). Dia mengabarkan bahwa nama saya diusulkan oleh dia untuk ditemui oleh seorang peneliti perempuan dari Norwegia. Ia mengaku merekomendir karena saya dianggap memiliki perhatian tentang isu-isu agama di NTB. “Namanya Kari, orangnya enak diajak bicara. Dia juga bisa bahasa Indonesia” katanya meyakinkan saya via telpon. Saya mengiyakan saja dan bisa ditemui asalkan ada perjanjian bertemu terlebih dahulu. Mengenai waktu dan tempat menyusul. Tidak ada alasan saya untuk menolak. Apa lagi saya juga sering melakukan wawancara kepada banyak narasumber akan satu masalah yang ingin saya tulis. Selama itu bermanfaat bagi orang, whay not. Lebih-lebih orang yang minta bertemu itu berasal dari belahan bumi yang sangat jauh. Norwegia – bukankah itu udah masuk kawasan Eropa.  Singkat cerit

Akademi Berbagi Lombok Bocorkan Isi Buku Saya

Saya menggunakan baju batik ketika menjelaskan "Menulis Bebas" Minggu (5/5) siang, saya diminta oleh teman-teman Akademi Berbagi (Akber) Lombok untuk berbagi cerita dan pengalaman tentang menulis. Temanya sudah biasa saya bawa, “Menulis Bebas (Free Writing)”. Tema ini memang tema yang paling saya sukai kalau diminta bicara tentang menulis. Dan saya paling tidak bisa menolak kalau diminta berbagi pengalaman menulis. Asal badan sehat dan ada kesempatan. Oke. Pada kesempatan itu saya ‘dipaksa membocorkan’ isi buku yang sedang saya tulis. Jadi pertemuan itu adalah pertemuan langka, dimana ada seorang penulis yang dipaksa membocorkan isi bukunya. Apakah tidak langka itu namanya he..he..? Dan isinya juga tidak jauh-jauh tentang menulis. Calon buku saya yang ketiga ini saya beri judul, “Sukses Menulis Tanpa Henti –Kiat Praktis Belajar Menulis Bagi Pemula” . Buku ini saya tulis berdasarkan pengalaman saya menulis selama ini. Baik menulis berita, artikel atau buku. Saya berharap

Membangkitkan Kembali Peradaban Sapi NTB

Sejarah telah mencatat, NTB pernah menjadi daerah pemasok utama kebutuhan daging sapi bagi pemerintah Hindia Belanda yang sedang menjajah dinegeri ini. Suasana itu terekam dengan sangat jelas dalam sebuah foto hitam putih yang diperkirakan diambil tahun 1857 di pelabuhan tua Ampenan. Cover Buku "Sapi Untuk Rakyat" Dalam foto itu terlihat bagaimana para pengusaha Belanda sibuk memerintahkan penduduk pribumi untuk memasukkan sapi-sapi asal daerah ini untuk dimasukkan kedalam kapal-kapal barang yang sedang bersandar di pelabuhan Ampenan. Kita tidak tahu, apakah sapi-sapi itu dibeli secara layak oleh pengusaha Belanda dari peternak ataukah dirampas secara paksa. Yang pasti pelabuhan Ampenan saat itu telah menjadi pintu utama keluar masuknya arus barang kedaerah ini. Foto itu menjadi salah satu bukti otentik, betapa nenek moyang orang NTB telah ratusan tahun sukses beternak sapi. Belum cukup dengan fakta sejarah itu, datanglah kekampung-kampung yang terdapat diberbaga

Pilihan Tempat Menulis Nan Nyaman dan Murah

Diskusi dan menulis bebas berdasarkan pengalaman personal masing-masing Tidak mudah mencari tempat menulis yang nyaman dan murah di Mataram. Kalau tempat nongkrong dan hotspotan sih banyak pilihannya. Tinggal pilih yang mana yang kita suka. Mulai dari tempat yang murah sampai yang mahal. Murah dan mahal yang saya maksud dari harga minum dan makan yang disajikan. Saya beberapa kali keliling Mataram hanya untuk mencari tempat menulis yang dimaksud. Saya butuh tempat yang nyaman dan murah sebagai tempat menumpahkan perasaan, pikiran dan gagasan yang terus menumpuk setiap hari. Tempat menyelesaikan pekerjaan bila malas kekantor atau terganggu oleh hal-hal tehnis bila menulis dirumah. Pilihannya, saya mesti mencari tempat menulis diluar. Kriteria sederhana saya memilih tempat menulis yang nyaman sebagai berikut. Pertama, tersedia kursi dan meja. Bukan dengan duduk lesehan. Saya kalau duduk lesehan (tapang sila ; Sasak) terlalu lama pinggang saya cepat pegal. Kalau sudah pegal,

Ustazd, Lagu Kebangsaan dan BNPT

sumber : http://psychology-consultant.blogspot.com Seorang ustzd di Lombok sering diminta menjadi pembicara diberbagai seminar baik yang diadakan oleh organisasi mahasiswa, LSM atau kerjasama LSM, mahasiswa dan pemerintah. Setiap panitia dan peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya ustazd ini selalu meninggalkan ruangan meski ia sudah duduk dikursi pembicara. Ia keluar seolah-olah ada urusan atau buang air kecil. Itu tidak sekali dua kali kita lihat. Dari latar dan bergroundnya sebenaranya dia tidak suka dengan nyanyian termasuk lagu kebangsaan dan apel bendera. Saya juga perhatikan ia beberapa kali menjadi pembicara seminar yang dananya dari Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT). Dalam forum itu ia tidak jarang mengkritik, menolak bahkan mengkritik BNPT. Alasannya BNPT sering menangkap aktivis-aktivis Islam yang itu artinya mereka telah memusuhi Islam. Setiap forum, ia sangat semangat mengritik demokrasi, pancasila, aparat negara sampai BNPT. Tapi diakhir acara ia tanda t