Langsung ke konten utama

Postingan

Membaca Untuk Menulis

Bertemu dengan sesama penulis dan pecinta buku salah satu cara untuk mencas semangat menulis Artikel ini sudah terbit di Koran SUARA NTB, 9 Juni 2014    Hari Buku Sedunia ( World Book Day ) 2014 yang jatuh pada 23 April sudah berlalu. Walau begitu saya tidak ingin meninggalkan peristiwa itu tanpa meninggalkan sepotong catatan yang berarti akan hari itu. Bukankah sebuah peristiwa akan bermakna kalau kita berhasil memetik pembelajaran dari peristiwa tersebut. Apa lagi kalau peristiwa itu sudah berlangsung lama dan gampang dilupakan orang. Pada tulisan ini saya tidak ingin mengulas kembali sejarah World Book Day tersebut. Sejarah dari peristiwa itu sudah banyak ditulis orang. Saya malah ingin memanfaatkan momentum Hari Buku Sedunia itu untuk memperkenalkan pandangan baru dalam membaca dan menulis yang benar. Saya ingin pembaca memaknai membaca-menulis itu mudah dan menyenangkan bila ingin mendapatkan manfaat maksimal dari aktivitas membaca-menulis. Pandangan itu kita sebut saja ‘

Menulis Teman

Foto setelah launcing buku pertama LPM RO'YUNA IAIN Mataram. Sekarang tentu wajah dan gaya mereka sudah beda. Tiba-tiba saya kepingin sekali menulis teman . Di pikiran saya tiba-tiba terlintas pikiran itu. Pikiran itu pun tidak segera saya eksekusi. Saya sengaja mengeraminya beberapa hari. Saya ingin menguji, apakah itu ide menarek untuk ditulis. Kalau itu menarek, apakah saya memang siap untuk menulisnya ?. Beberapa hari setelah pikiran itu muncul, ia tidak mau beranjak dari benak saya. Itu pertanda, ide itu tidak buruk untuk dicoba. Saya memang biasa menguji ide saya dengan cara begitu. Kalau ada ide manerek untuk ditulis, biasanya saya simpan beberapa hari. Selain untu menguji ide itu, saya memiliki kesempatan untuk mengumpulkan bahan, argumentasi dan menemukan sudut pandang yang nanti akan saya tonjolkan. Kalau langsung ditulis, tidak jauh bedanya dengan status-status dimedia sosial yang ditulis ketika pikiran itu terlintas dibenak kita. Tulisan seperti itu memang dibuat

Menyerap Energi Menulis dari Albertine Endah

Sumber foto : http://sittyasiah.wordpress.com MINGGU (8/6) sore itu saya merasa sangat beruntung menunda waktu pulang kerumah. Ketika akan berangkat pulang, mata saya tertuju ke tv layar datar yang terletak tidak jauh dari tempat duduk saya. Dilayar Metro tv diumumkan sebentar lagi akan ditayangkan ada acara TeaTIME with Desy Anwar tentang Albertine Endah, “Menulis dengan Hati” . Saya pikir ini lah acara yang saya tunggu-tunggu. Setelah menunggu beberapa saat, acara yang saya nanti akhirnya tayang. Dimulai dengan kemunculan Desy Anwar selaku pembawa acara yang sedang berada disebuah ruangan yang sekelilingnya penuh dengan buku tersusun secara rapi dirak. Disana diletakkan meja dan kursi tempat duduk santai sambail membaca buku. Sesaat kemudian muncullah tamu acara tersebut, Albertine Endah, seorang penulis novel dan biografi sukses. Saya penasaran ingin tahu bagaimana perjalanan seorang Albertine Endah menapaki tangga sukses menjadi penulis. Setiap orang pasti memiliki pengalaman, tan

Pengalaman Mengemas Artikel Menjadi Buku

Suasana diskusi buku karya Baehaki di Aula Kampus IAIN Mataram Beberapa waktu lalu saya diminta Baehaki Alkawi menjadi pengulas bukunya, “Tuan Guru Menulis, Masyarakat Membaca –Realitas Pendidikan dan Potret Masyarakat Lokal” . Kegiatan ini bertempat di gedung auditorium IAIN Mataram. Dihadiri oleh belasan anggota LPM RO’YUNA dan beberapa anggota LPM lain yang berasal dari kampus tetangga. Acaranya dikemas santai dengan duduk lesehan tanpa alas. Ditemani kopi hitam dan gorengan – dua menu yang tidak pernah ketinggalan diacara mahasiswa. Dalam tulisan ini saya ingin berbagi cerita pengalaman mengemas artikel menjadi buku . Ada perasaan lain ketika saya membahas buku itu. Buku yang diterbitkan Baehaki itu mengingatkan saya bagaimana dulu saya menerbitkan buku yang berasal dari kumpulan artikel saya yang terbit dimedia lokal. Saya dan Bae, begitu ia biasa dipanggil mempunyai latar belakang yang sama. Sama-sama mantan Pimpinan Umum (PU) LPM RO’YUNA. Disanalah saya dan dia mulai belaja

Rahasia Bloger Produktif Menulis Setiap Hari

Beberapa orang bloger berkumpul disebuat hotspot di Mataram SETELAH internet lahir dimuka bumi, lahir juga media sosial. Salah satu media sosial itu disebut blog. Penggunanya disebut bloger. Selaku ‘anak sah’ dari internet, blog terbukti efektif menjadi alat publishing, sharing dan conecting . Tiga fungsi itu kini mulai dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat untuk berbagai kepentingan. Maka bermunculan lah bloger-bloger yang sangat produktif menulis. Terkait dengan itu saya tertarek untuk membuka rahasia bloger produktif menulis setiap hari. Setelah beberapa tahun menulis diblog, saya mulai tahu dan kenal beberapa orang bloger yang bisa dikatakan sangat produktif menulis. Sebut saja diantaranya, Yusran Darmawan , Trinity , Raditya Dika dan lain-lain. Mereka menulis setiap hari dengan berbagai tema dan isu. Mulai dari masalah pribadi yang sifatnya remeh temeh sampai isu publik yang ramai diperbincangkan orang. Pada hal tidak sedikit diantara bloger itu sebelumnya jarang bahkan tid

Lombok Post Dulu, Kampung Media Kemudian

Tulisan tentang saya yang diulas dikampung media Setelah kisah saya menerbitkan buku naik dihalaman Metropolis LombokPost , Rabu (26/3) 2014 dengan judul Mengenal Mereka Yang Muda Yang Berkarya –Ungkapkan Fakta dan Pesan Moral Melalui Tulisan . Tanpa saya tahu, tulisan tentang saya terbit juga di Kampung Media (KM) Mellbao. Tulisan itu diberi judul, “Muda Berkarya” yang dimasukkan dalam kategori Sosok Inspiratif. Secara pribadi saya tentu senang bila informasi positif tentang diri saya ditulis atau disebarkan oleh orang lain meski tidak melakukan pemberitahuan lebih dulu. Bukankah semangat dan karya positif itu layak disebarkan sebagai bahan pembelajaran bagi orang lain. Pembelajaran itu bisa ‘dipetik’ dari siapa saja dari orang-orang biasa yang luar biasa. Ini cocok dengan tegline kampung media yang berbunyi, “Sampaikan Informasi Bermanfaat Meski Satu Kalimat” . Saya tentu tersanjung ketika diri saya dimasukkan dalam kategori Sosok Inspiratif. Walau dalam hati, predika

Terlanjur Makan Nasi Jogang

' Diabadikan' dulu sebelum santap siang di Rumah Makan Oemah Cobek, Cakranegara Setelah menghabiskan segelas kopi yang disediakan, Fathul mengajak main ketoko buku Gramedia. Tentu saja ajakan itu langsung saya iya kan. Apa lagi sudah lama tidak main ketoko buku milik bos media, Jacob Oetama. Kami keliling melihat buku-buku baru. Karena sudah niat untuk beli buku, Fathul pun mengambil satu tas untuk menampung buku yang akan dibeli. Tas warna hitam bertuliskan Gramedia itu tidak bisa dibawa pulang. Tas itu hanya untuk kepentingan disana. Fathul membeli tiga judul buku yang berbeda genre. Buku pertama yang ia ambil dirak buku berjudul “Kepulauan Kangean” . Buku ini merupakan hasil penelitian beberapa orang penulis dari dalam dan luar negeri tentang Pulau Kangean. Buku kedua yang dibeli karya Dr.Suprapto , dosen Fakultas Dakwah IAIN Mataram. Buku ini diberi judul, “Semerbak Dupa di Pulau Seribu Masjid” . Buku baru, buku serius dan ringan menemani makan siang Membaca ju

Bertemu Buku dan Makan

Fathul membaca buku diruang tamu rumahnya. Pagi menjelang siang saya berangkat dari Gerung menuju Mataram. Hari itu saya janjian ketemu teman saya Fathul Rahman . Ia akrab dipanggil Ung. Fathul bekerja sebagai wartawan Lombok Post. Di media Jawa Pos Group itu posisinya sebagai salah seorang redaktur. Ia berasal dari Lombok Timur. Alumni Universitas Hasanudin (Unhas) Makasar Jurusan Kesehatan Masyarakat. Pulang dari Makasar ia daftar jadi wartawan. Langsung diterima. Kalau tidak salah, ia pertama kali ditempatkan di Lombok Timur. Setelah itu ditarek ke Mataram. Tak lama di Mataram, ia ditempatkan di Kabupaten Lombok Utara (KLU). Saat itu KLU baru ‘merdeka’ dari kabupaten Lombok Barat. Sekarang ia di tarek lagi ke Mataram sebagai redaktur. Kalau sudah redaktur, ia tentu tidak wajib menyetor tulisan setiap hari. Sebelumnya Fathul menulis satu halaman penuh setiap hari di Lombok Post. Saya suka laporan-laporannya yang panjang tentang budaya, obyek wisata, lingkungan dan kuliner. I

Ketika Saya Masuk Koran Lagi

Kliping Koran Lombok Post yang menulis saya. Tak pernah terpikir, tiba-tiba wartawan muda Lombok Post , Sirtupillaili mengubungi saya. Ia langsung mengutarakan maksudnya untuk mengangkat saya sebagai orang muda yang berkarya. Permintaannya itu saya ia kan saja, toh kita sudah lama juga saling kenal. Saat itu saya memang sedang memperbaharui isi blog saya dengan beberapa tulisan baru. Tulisan itu diberi judul Mengenal Mereka “Yang Muda Yang Berkarya" –Ungkapkan Fakta dan Pesan Moral Melalui Tulisan . Terbit di Lombok Post, Rabu, 26 Maret 2014. Belakangan setelah tulisan tentang saya dan tiga orang sosok ‘dinaikkan’ secara berturut selama 4 hari, saya baru mengerti ternyata orang muda yang dimaksud adalah anak muda yang telah menulis (menerbitkan) buku. Karya berbentuk buku bukan karya dalam bentuk yang lebih luas. Setelah membaca liputan itu saya menjadi tahu ternyata sudah banyak anak muda NTB yang telah menerbitkan buku. Bagi saya ini pertanda positif bagi bangkitnya budaya

Cara Seorang Ayah Mengabadikan Kisah Anaknya

Kado khitanan anak yang berisi cerita anak & surat yasin  Tulisan dibawah ini ikut menghiasi kado khitanan Muhammad Fata Assyatir, putra pertama Bapak Isnaini yang dibagikan pada tamu undangan yang hadir. Ini tujuannya supaya anda lebih dikenal oleh tamu undangan. Anda pun bisa mencoba dan mengkreasi hal yang sama bila ada momen khitanan, akikah, resepsi, ulant tahun dll. Kalau anda tidak bisa membuat sendiri, kami siap membantu anda.   *** SETIAP orang yang lahir dimuka bumi ini memegang skenario hidupnya sendiri. Jalan cerita hidupnya terangkai sejak masih dalam kandungan sampai meninggal dunia. Dari sekian milyar umat manusia yang hidup dibumi ini, hanya beberapa saja yang menulis atau dituliskan skenario hidupnya. Pada hal dari cerita hidup seseorang kita bisa memetik inspirasi, ibrah dan refleksi yang berharga. Dalam tradisi kita orang Islam, prosesi pemberian nama, akikah, khitanan bukan semata acara makan-makan tapi sunnah Nabi. Itu lalu menjadi tradisi perekat a

Menjual ‘Service’

Salah satu sudut keindahan pantai Gili Trawangan, Lombok (http://komunitas.yellowpages.co.id) SELAKU orang yang bekerja dilembaga Non Goverment Organization (NGO), saya kerap didatangi oleh orang, jaringan, organisasi atau lembaga yang mau datang ke Lombok. Baik yang berasal dari dalam atau luar negeri. Mereka datang ke Lombok dengan berbagai tujuan. Ada yang datang untuk wawancara, meneliti, monitoring program pemerintah, kerjasama program atau datang hanya liburan menikmati keindahan Lombok bersama teman, keluarga atau pasangannya. Walau datang dengan tujuan yang berbeda, saya perhatikan terdapat persamaan diantara mereka. Misalnya, mereka akan menanyakan tempat menginap. Tempat yang asyik untuk dikunjungi. Tempat makan yang enak dan terakhir biasa mereka mencari makanan atau oleh-oleh khas Lombok. Awalnya saya sempat bingung untuk merekomendasikan kemana sesuai permintaan tapi lama-lama saya mengerti kebutuhan mereka. Pengalaman itu secara tidak sangaja menjadikan saya sebagai ‘

Lombok di Mata Ippho Santosa

Ippho dalam sebuah seminar (http://www.solopeduli.com) SEMUA orang yang pernah datang ke Lombok berhak memberikan kesan dan pendapat tentang daerah ini. Bagaimana kesan mereka tentang daerah ini akan sangat tergantung siapa dia, dari mana dia dan dalam rangka apa dia ke Lombok. Siapa pun mereka, kita mesti mendengarkan pendapat mereka dengan baik. Ini sangat penting karena menyangkut masa depan pariwisata Lombok. Menyangkut sumber nafkah ribuan orang yang menggantungkan hidupnya dari sektor pariwisata. Dalam tulisan ini saya akan mengulas kesan dan pendapat salah seorang wisatawan asal Pekanbaru, Riau yang bernama Ippho Santosa . Sebagian pembaca mungkin sudah mengenal nama itu. Ippho adalah seorang pengusaha, penulis dan motivator terkenal dari Indonesia. Kiprahnya sebagai pengusaha, penulis 10 buku best seller dan motivator yang mana trainingnya telah diikuti oleh ribuan orang dari dalam dan luar negeri telah melambungkan nama Ippho Santosa. Dalam bukunya, 13 Wasiat Terlarang

Caleg Pemenang

sumber :http://www.bigmansirait.com Satu setengah bulan menjelang pemilihan calon anggota legislatif (Caleg), 9 April mendatang, persaingan antar calon semakin panas. Semua calon berlomba mendekati calon pemilih dengan berbagai cara. Ada yang datang membawa bantuan langsung, ada juga yang datang hanya membawa janji dan harapan. Di berbagai tempat, saya melihat banyak Caleg yang mengkapling-kapling daerah basis pemilihannya dengan segala cara. Salah satu caranya, melarang dan menolak calon lain masuk kewilayahnya. Kalau ada calon lain masuk memperkenalkan diri melalui, baik spanduk dan stiker, diam-diam mereka rusak supaya masyarakat tidak mengenal calon tersebut. Di alam demokrasi dan keterbukaan saat ini, masyarakat memiliki hak penuh memilih calon yang terbaik menurut mereka. Tak masalah, ia berasal dari dalam atau luar wilayah tersebut asalkan masyarakat percaya dan mampu memperjuangkan aspirasi politik mereka. Walau berasal dari satu lingkungan namun masyarakat mengenggap tidak