Langsung ke konten utama

Postingan

Jejak Pergerakan NU di Masbagek

Dalam perjalanan pulang ke Aikmel saya mengontak Ust. Herpagus Elbaoky untuk mampir kerumahnya di Masbagek. Herpagus alumni UIN Mataram dan pernah nyantri di Ponpes Al Halimi dibawah asuhan TGH.Munajib Cholidi, Sesela, Gunung Sari. Herpagus ternyata bertetangga dengan sahabat Suswadi Antama – kader PMII dan Ansor yang kini bekerja ditim PKH Depsos RI. Ust.Herpagus sekarang membuka pengajian kitab kuning setiap malam dirumahnya diikuti oleh para pemuda dikampungnya. Terakhir bertemu dengannya pada Kopdar Pengajian Kitab Ihya’ Ulumuddin oleh Kyai Ulil Absar Abdalla dihalaman Kantor PWNU NTB beberapa waktu lalu. Bila ditelusuri dan gali – Masbagek meninggalkan jejak sejarah penting dalam pergerakan Nahdlatul Ulama (NU) di Lombok dan NTB. Dari sana lahir beberapa tokoh, ulama dan tuan guru yang menjadi tulang punggung dakwah Islam di Lombok. Salah seorang pengurus pentinv PBNU saat datang ke Masbegak untuk menemui tokoh tersebut guna memastikan pembentukan pengurus NU Lombok.

Jejak Tokoh NU dari Dasan Geres dan Pringgasela

Di awal pengajian tadi pagi dimadrasah, Prof.Dr.TGH. Masnun Tahir, M.Ag cerita semalam diundang mengisi pengajian Nuzulul Qur'an di Masjid Sulukul Muttaqin, Pringgasela, Lombok Timur. Selesai acara ia lalu berziarah ke makam alm TGH. Muhammad Thoyib.  Di sana ia sempat cerita, esoknya akan mengisi pengajian di Majelis Taklim HIDAYATUDDARAIN, Dasan Geres. Dan ternyata Dasan Geres sama Pringgasela punya hubungan yang erat.  "Kayak ta jab-jab (atur-atur) jadwal niki. Di sana wali, sak niki (yang ini) wali. Subhannallah, besemeton (bersaudara)" katanya. "Kita lanjutkan pengajian para wali ini. Tidak pernah saya tahu sebelumnya hubungan Pringgasela dengan Dasan Geres. Baru kemarin malam saya tahu, walau dulu setelah ngisi pengajian disini sempat ziarah ke makam pendiri ponpes ini" tambahnya. Lalu apa hubungan warga Nahdlatul Ulama (NU) yang berada di Dasan Geres. Gerung Lombok Barat dengan di Pringgasela, Lombok Timur? Dua desa yang melahirkan banyak tokoh dan akti

The Power of Writing and Social Media

Ide tulisan ini muncul setelah saya posting status dihalaman FB ini. Baru beberapa menit saya posting muncul komen dan saling sapa dari dua orang teman. Salah seorang teman itu menawarkan buku (gratis) dan ajakan bertemu dari dua orang teman itu. Dari sana saya terpikir, betapa tulisan dan status media sosial sangat cepat menarek respon, tanggapan kebaikan dan rezeki bagi penggunanya.  Sepotong tulisan di media sosial bisa memancing, menjadi wasilah (perantara) rezeki bagi banyak orang lain. Menjadi senjata silaturrahmi yang ampuh, meski terpisah waktu dan tempat. Orang-orang biasa jadi viral dan terkenal setelah ditulis dan dibagikan di media sosial. Tulisan dimedia sosial bisa memunculkan inisiatif, ide dan gagasan untuk melakukan sesuatu secara bersama atau berkelompok (kolaborasi) oleh pembacanya. Menjadi inspirasi dan penyemangat untuk melakukan hal-hal baik, berguna dan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Sepotong saja bisa begitu, apa lagi yang panjang.  Kekuatan (powe

Belajar dari Viralnya Cerita Layangan Putus : Dari Facebook Jadi Novel dan Film

Ibu Huriana Argi ini bekerja sebagai guru dan pedagang online. Sudah dua kali dia ingin mengikuti pelatihan menulis dimana saya sebagai pembicaranya. Baru Jum'at (25/3) kemarin dia bisa ikut, bertempat di SMP 1 Gerung, Lombok Barat. Ia rela meninggalkan 2 orang anaknya yang masih kecil-kecil hanya untuk mengikuti acara ini. Saya tahu semangatnya meningkatkan kapasitas menulis guna menunjang pekerjaannya sebagai guru dan pedagang online.  Kegiatan kali ini difasilitasi oleh organisasi Lombok Barat Literasi yang dibentuk oleh Hendra Harianto, seorang anggota DPRD Lombok Barat dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Selain sebagai anggota dewan, Hendra ini juga masih menjadi ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Lombok Barat. Sehari sebelum acara dia nanya, berapa bayar kalau ikut. Dia siap bayar kalau memang berbayar katanya. Saya bilang, kegiatan itu gratis, sudah ada yang membiayai. Saking semangatnya, selesai saya menyampaikan materi, ibu Huriana ini yang pertama kali mengangkat tang

Berkolaborasi Dalam Gerakan Literasi

Kesadaran literasi itu lahir dari upaya untuk meningkatkan kemampuan mendengar (listening), membaca (speaking), menulis (writing) dan berbicara (speaking). Lebih dari itu juga, adanya kesadaran untuk terus meningkatkan kapasitas personal (upgrade skill) dan daya kritis untuk menunjang aktivitas kita sehari - sehari.  Dari sana juga akan lahir kesadaran untuk bertanya pada diri sendiri, apakah keterampilan (skill) serta pengetahuan saya masih bisa dipakai dan diperlukan  orang. Jangan-jangan sudah tidak diperlukan atau tidak dibutuhkan pasar kerja. Mungkin keterampilan saya perlu dimodifikasi atau berkolaborasi dengan keterampilan lain? Atau jangan-jangan jurusan saya sudah tidak dibutuhkan masyarakat (out of date). Bisa karena kebutuhan dunia kerja yang sudah berubah atau stok tenaga yang banyak dan melimpah. Di sinilah pentingnya literasi, agar kita mengerti akan kebutuhan dan persediaan.  Kalau kesadaran dan keinginan itu tidak ada, ya hidup terasa hampa, tida

Ibu Rara Duta Pariwisata Lombok?

Sepertinya ibu Rara cocok dijadikan 'duta brending' pariwisata Lombok atau bintang iklan MotoGP Mandalika tahun depan Bang Zul Zulkieflimansyah. Soalnya semua orang membicarakannya. Sudah berhari-hari dia saja yang bahas oleh banyak orang termasuk terus muncul diberanda media sosial. Sampai rider pemenang MotoGP Mandalika 2022 ini banyak yang tidak tahu namanya.  Inget Ketut Liyer, seorang dukun kampung dari Bali yang ditemui oleh Elizabeth Gilbert saat mencari ketenangan di Bali pasca cerai dengan suaminya. Sosoknya digambarkan secara khusus dalam novel, "Eat, Pray, Love" karya Elizabeth Gilbert yang kemudian di film kan dengan bintang utama Julia Robert yang memerankan Gilbert.  Sosok Ketut Liyer jadi terkenal karena menggambarkan eksotisme budaya dan tradisi Bali. Wajar kalau ia diberikan scean khusus shooting dirumahnya dalam film yang disutradarai dan mainkan bintang Hollywood itu menelan dana milyaran rupiah. Setelah itu turis ramai datang kerumah Ketut Liyer un

Kombinasi Ikhtiar Darat dan Langit Untuk Mencapai Tujuan

Orang suka kaget, heran dan bertanya-tanya kalau ada orang NU yang sukses bekerja lintas negara, jaringan global antar benua, menguasai banyak bahasa tapi masih pakai sarung, tahlilan, baca surat Yasin 41 kali, baca sholawat 1000 - 4444 kali sehari sebagai senjata untuk memudahkan aktivitasnya sehari-hari.  Seorang kyai muda alumni kampus terkenal diluar negeri bahkan meminta ratusan santrinya untuk membaca Dalailul Khairot setiap hari dilahan yang akan menjadi lokasi pembangunan tiang-tiang listrik PLN yang berada disamping pondoknya. Sang kyai menolak pembangunan tiang listrik PLN itu bukan bermaksud melawan atau tidak taat pada negar, ia tidak ingin wilayah samping pondoknya jadi jalur listrik tegangan tinggi (sutet) yang bisa berdampak pada kesehatan santri. Awalnya PLN menolak dan minta ganti rugi milyaran rupiah untuk pindah lokasi. Tapi akhirnya pembangunan itu dibatalkan tanpa ganti rugi satu rupiah pun.  Sekarang kaget dengan aksi ibu Rara, seorang pawang hujan dari Bali yang

Momen Berharga Selesai Pengajian

Bersama Ust.Qamrullah, MH.I, Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PWNU NTB dan Dekan Fakultas Syariah IAI Qamarul Huda, Bagu, Lombok Tengah. Satu hal yang paling saya suka setelah selesai pengajian setiap Ahad pagi di madrasah HIDAYATUDDARAIN adalah bisa ngobrol santai dengan para tuan guru atau ustazd setelah mengisi pengajian. Setelah semua jamaah pulang, tinggal kami 4-6 orang yang membuka 'obrolan baru' sambil menikmati jamuan ala kadarnya. Setelah sekian tahun berlangsung, sekian pengajian berlalu, saya berpikir ini lah kesempatan yang tidak bisa dinikmati oleh banyak orang. Walau hari ahad, hari yang disebut hari libur - banyak orang sibuk bekerja mencari rezeki, pergi ke pantai, tempat wisata dan mall untuk mencari penghiburan dan kesenangan. Kesempatan yang sebentar itu justru saat yang tepat untuk menyerap, mengikat, mengisi diri dengan hal-hal baik dan positif. Kami ngobrol hal-hal biasa, lucu sampai yang serius. Kadang bicara hukum, kisah, pandangan, sikap sang tuan gu

Kisah Persahabatan TGH.Ahmad Asy'ari dengan TGH.Turmuzi Badarudin

H.Ahmad Alwi, BA, menantu TGH.Ahmad Asy'ari saat ngorol akrab  dengan  TGH.L.Turmuzi Badarudi n Tuan Guru Haji Lalu Turmuzi Badarudin, Bagu, Lombok Tengah mengakui kedekatan hubungannya dengan alm Tuan Guru Haji Ahmad Asy'ari, Dasan Geres, Lombok Barat. Mereka layaknya senior-yunior yang tinggal disatu bantal tidur, tempat makan  dan satu kamar tidur pada saat menimba ilmu kepada TGH.Sholeh Hambali, pendiri Ponpes Darul Qur'an, Bengkel. Datok Bagu juga pernah menemani TGH.Ahmad Asy'ari midang (ngapel) ke rumah perempuan yang ditaksir.       Kami berangkat menuju Bagu setelah selesai sholat Ashar, Ahad (21/2) 2021. Menggunakan satu mobil. Kali ini saya datang bersama kedua mertua, H.Ahmad Alwi, BA dan Hj.Mahmudah–putri pertama alm TGH.Ahmad Asy’ari, pendiri Yayasan Pendidikan HIDAYATUDDARAIN. Ikut juga kakak ipar Ahmad Madani bersama istri Astuti Alawiyah dan ponaan Omera, Kaira dan si kecil Mahes. Istri saya, Hayatun Nufus dan dua anak saya - Nahdlatul Ula (Ula) , N

Orang Besar Tanpa Pikiran Besar

Dulu saya pernah berpikir bahwa pikiran-pikiran besar itu selalu lahir dari orang berpendidikan tinggi, banyak gelar dan jabatan serta pengaruh. Kini pikiran itu saya revisi, karena realitas dan fenomena berkata lain. Tanpa bermaksud "pukul rata", tidak sedikit orang berpendidikan tinggi, banyak gelar dan jabatan sangat sibuk dengan berbagai kegiatan sehari-hari sehingga ia tidak sempat memikirkan terobosan penting dan strategis menyangkut hajat hidup orang banyak. Waktunya habis untuk mengikuti kegiatan sehari-hari, menghadiri acara ini itu sehingga tidak punya kesempatan untuk merenung atau merefleksi berbagai solusi untuk menjawab persoalan masyarakat yang terkait dengan bidangnya. Interaksi dengan komunitas juga kurang. Padahal ide dan gagasan sering kali lahir dari interaksi dan pergulatan dengan masyarakat. Penyebab lain, miskinnya pikiran besar dari kaum sekolahan dan birokrat itu diantaranya sering kali mereka membuat kegiatan bukan berangkat dari satu masalah atau pr

Dari Pelatihan Menulis Ke Agenda Pemetaan Potensi Desa

Kegiatan sharing menulis, "Kiat Praktis Menulis di Media Sosial Gaya Milenial", Minggu, 10 Februari 20019 di Kantor Desa Aikmel Timur yang diikuti oleh generasi milenial Desa Aikmel Timur. IDE awalnya hanya ingin membagi kiat-kiat menulis praktis dimedia sosial bagi teman-teman muda dikampung. Kita ingin mereka bisa membagi informasi dan cerita positif tentang desa. Mereka bisa membentuk citra positif tentang desa kalau sebagian mereka bisa menulis dan membagi informasi dan cerita positif tentang desa mereka. Apakah mereka tidak boleh menulis kritik? Tentu saja sangat boleh asalkan cara baik. Saat ini hampir semua anak muda didesa mempunyai HP, baik yang masih sekolah atau tidak. Mereka yang melihat, mengalami dan merasakan denyut kehidupan dikampung. Kalau saja mereka bisa menulis dan membagikan berbagai hal tentang desanya tentu secara perlahan mendorong mencitakan masyarakat yang terbuka. Cuman masalahnya, tidak semua mereka biasa menyampaikan pikirannya melalui tu

Menangkap Ketenangan

Salah satu viuw keheningan pantai Tanjung, Lombok Utara. SAAT ini tidak mudah menangkap ketenangan alam, apa lagi ketenangan batin. Bukankah keheningan, ketenangan kerap hadir disekitar kita. Ia sering bersua dan mendekati kita dalam keseharian. Namun kita kerap berpaling darinya. Salah satunya ketenangan dan keheningan dipinggir pantai utara pulau Lombok. Kita sangat mudah terpancing merespon keramaian, keributan dan keriuhan – baik dunia nyata lebih lagi didunia maya. Kita berlomba menjadi komentator publik, lalu lupa merefleksi diri sendiri. Mengomentari orang lain terasa begitu manis sedangkan kritik terhadap diri begitu pahit. Tak jarang kita sering mengejar dan mencari ketenangan yang datang dari luar sifatnya sementara (kontemporer) ketimbang menggali ketenangan yang berasal dari dalam. Dengan mendatangi tempat ribuan kilometer, waktu dan biaya yang sedikit. Disuatu tempat kita mungkin bisa tenang karena bisa melupakan berbagai kepenatan dan kesibukan. Setelah menda

Buah Bile

Penulis bersama seorang teman dengan latar buah bile dihalaman Hotel Mina Tanjung, Lombok Utara. SUDAH lama tidak melihat pohon bile yang berbuah lebat dan besar. Sekarang pohonnya mulai langka, apa lagi yang berbuah besar seperti ini. Bersyukur bisa melihat lagi pohon ini di Mina Tanjung Hotel, KLU. Buah (buaq, Sasak) pohon ini sering kita pakai bermain dulu waktu kecil dikebun dan disawah. Kadang kita tendang-tendang seperti bola. Pohonnya sering kita pakai membuat gasing. Kalau musim gasing, kita sering keliling sawah dan kebun untuk mencari pohon bile yang ukurannya pas untuk membuat gasing. Kita sampai nekad mencuri pohon milik orang yang tumbuh jadi pagar sawah atau kebun orang demi mendapatkan bahan untuk membuat gasing yang bagus. Pohon atau rantingnya bagus jadi bahan membuat gasing karena seratnya bagus dan tidak ada 'hati' seperti pohon yang lain. Di kampung saya Lombok Timur belum pernah saya lihat atau dengar orang memakan buah bile. Tapi didaerah lain di Lomb