Langsung ke konten utama

Postingan

Modal Politik Kebangsaan

Parade Budaya Nusantara, Kupang 2007 Ada yang mengancam, ada yang (meresa) terancam. Ada yang memecah, ada yang setia merawat. Ada yang melihat dalam konteks Pilkada, ada pula yang melihatnya dalam konteks kepentingan Nasional. Mereka tidak mau terjebak oleh permainan politik Pilkada sesaat, tidak mau terperangkat dalam tafsir sempit dan tidak mau terprovokasi oleh figur santun tapi pemecah belah. Dalam situasi seperti ini, kebhinekaan selalu menjadi perekat yang selalu menyatukan anak-anak bangsa yang berbeda agama, suku, ras dan golongan. Percayalah, pakai isu SARA untuk menjegal satu pihak akan gagal dan malah akan menyerang balek. Mereka diam bukan berarti tidak membaca, mereka diam bukan berarti tidak bergerak. Mereka hanya ingin melihat masalah secara jernih sebelum bersikap. Terbukti ke-bhinekaan itu bukan saja alat perekat dan pemersatu tapi jatidiri dan modal sosial bangsa yang lahir dan tumbuh di Nusantara. Mari merawat modal kebangsaan berdasarkan nilai-nilai agama

Kenangan Ketika Gus Dur Wafat

Susana pemakaman almarhum Gus Dur di Jombang (gambar : www.gusdurfiles.com) Ungkapan putri Gus Dur, Yeny Wahid tentang Gus Dur dalam sambutannya di kantor PBNU bisa jadi ‘isyarat’ akan wafatnya Gus Dur. Saya menginap (29/12) 2009 disebuah hotel yang berjarak hanya beberapa puluh meter dari kantor PBNU. Saya datang kekantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya untuk menghadiri launcing laporan akhir tahun kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) tahun 2009 yang disusun oleh The Wahid Institute (WI) . Saya ingat saat itu sedang heboh-hebohnya buku, “Gurita Cikias” yang menyoroti bisnis dan keluarga Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY). Buku itu ditulis oleh seorang wartawan, peneliti cum dosen, George Adi Condro. Saat memberikan sambutan Yeny Wahid selaku direktur Wahid Institute (WI), lembaga yang didirikan untuk meneruskan gagasan dan pikiran-pikiran Gus Dur – tentu mengulas tujuan dan makna strategis laporan KBB setiap tahunnya. Laporan itu bukan h

Menghadiri Ultah Terakhir Gus Dur

http://www.deviantart.com Dari mencicipi kue ulang tahun berbentuk masjid setinggi satu meter  sampai cerita Gus Dur hilang. SUATU hari saya menghadiri acara The Wahid Institute (WI) di Puncak, Bogor. Ternyata itu bertepatan dengan tanggal 4 Agustus 2009 –tanggal kelahiran KH.Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Tak lama setelah sampai dilokasi acara, teman-teman dari WI mengajak kami untuk ikut ke Ciganjur. Katanya ada acara #UltahGusDur yang diberlangsung dikediamannya di Ciganjur. Dalam hati saya, ..wah ini kesempatan emas yang tidak banyak orang bisa mendapatkannya. Kapan lagi bertemu Gus Dur secara langsung – dirumahnya lagi. Kami pun berangkat bersama menggunakan satu mobil dengan para pejabat WI seperti Dr.Rumadi Ahmad (sekarang direktur PP Lakpesdam NU), Subhi Azhari dan Alamsyah M Djafar. Dari NTB saya dan Asrul Rahman, sekarang dosen dan ketua Lakpesdam NU Bima. Ikut juga teman-teman dari Sulawesi, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sesaat sebelum berangkat, s

Pohon Ajaib Bernama Silaturrahmi

foto shutterstock Kalau silaturrahmi itu diibaratkan sebuah pohon yang bisa mengahasilkan berbagai macam jenis buah. Kadang berbuah madu, kadang berbuah bisnis, berbuah kerjasama, pengetahuan baru, pengalalaman bahkan uang kes. Tak salah kalau silaturrahmi itu disebut ‘pohon ajaib’ yang bisa menghasilkan berbagai jenis buah yang bisa dinikmati. ‘Buahnya’ bukan saja bisa dinikmati oleh orang yang menanam tapi juga orang yang tidak ikut menanam. BEBERAPA waktu lalu saya menemui seorang teman dari Jakarta disebuah hotel di Mataram. Ia datang ke Mataram dalam rangka sebuah kegiatan dengan pemerintah daerah. Biasalah, kalau bertemu dengan teman-teman dari luar daerah pastilah mereka ingin tahu perkembangan daerah. Isu apa yang sedang berkembang dan lain sebagainya. Itu bisa menjadi ‘oleh-oleh pengetahuan’ yang bisa dibawa pulang. Saya suka pertemuan non formal seperti itu karena dari sana saya dapat menyerap, menggali berbagai informasi dan pengetahuan baru yang

Pertanyaan Rene Yang Menggelisahkan

Buku Passion Is Nothing, salah satu karya Rene Suhardono Sepotong tulisan bisa menyisakan benih-benih optimisme, kegelisahan bahkan perasaan ter-intimidasi pada pembaca bila ditulis oleh ahlinya. Walau ekspektasi penulisnya tidak sejauh itu. Jujur saja sebelumnya saya tidak terlalu suka membaca tulisan-tulisan Rene Suhardono. Setiap judul tulisannya selalu menggunakan bahasa Inggris. Begitu juga dalam tubuh tulisan, banyak kita temukan kalimat dan ungkapan bahasa Inggris yang panjang. Pembaca yang tidak banyak menguasai kosa kata Inggris tentu akan kesulitan memahami penjelasannya. Bagi saya, tulisan yang terlalu banyak istilah asingnya ibarat makanan yang banyak tulangnya. Nikmatnya membaca menjadi terganggu. Saya mulai tertarek membaca tulisan-tulisan Rene Suhardono setelah membaca kolomnya yang berjudul, “What’s Your Contribution ?” yang terbit di Kompas oktober 2015. Tulisan itu saya temukan secara tidak sengaja dihalaman Kompas Klasika. Mungkin ada pembaca menganggap

Kejadian Mestakung Yang Saya Alami

Taman Bunga, Sembalun, Lombok Timur Bagi sebagian orang, apa yang saya alami ini mungkin hal biasa. Lumrah terjadi, sering kita alami dan pernah dialami oleh banyak orang. Saking biasanya, kita tidak tahu bagaimana kejadian itu bisa terjadi. Kita menganggapnya itu kebetulan. Sedang beruntung saja. Pada hal itu bisa dijelaskan secara ilmiah bagaimana Mestakung bekerja. Belakangan saya baru sadar, ternyata banyak kejadian dalam hidup kita bagian dari Mestakung. Beberapa waktu yang lalu saya jatuh sakit sekitar dua bulan lebih. Badan saya lemas, was-was dan tidak konsentrasi. Setelah itu tiba-tiba badan, pinggang, lutut dan pergelangan tangan ikut-ikutan sakit. Sampai ngilu-ngilu. Selera makan jadi tiba-tiba hilang. Beberapa obat tradisional sudah saya coba tapi hasilnya tidak menunjukkan perubahan. Saya pun memutuskan untuk berobat disebuah rumah sakit swasta di Mataram. Siangnya saya minta kepada adek ipar yang bekerja dirumah sakit tersebut untuk mendaftarkan kedokter bagian da

Magnet Pikiran Bawah Sadar

Batu Payung, Kuta, Lombok Tengah Pada tulisan sebelumnya, Kekuatan Pikiran Bawah Sadar - saya menceritakan pengalaman unik tentang kekuatan pikiran bawah sadar. Tak lama setelah itu saya kembali mengalami peristiwa serupa yang juga terkait dengan kekuatan pikiran. Sebelum kejadian itu, saya tidak terlalu ngeh dengan kejadian-kejadian seperti itu. Suatu malam setelah isya, saya lupa malam apa persisnya–saya tiba-tiba kepikiran sama Tohri . Saya ingin tahu kabarnya. Memang agak lama tidak bertemu dan berkomunikasi dengannya –kita sibuk dengan aktivitas masing-masing. Saya sama Tohri bertetangga rumah di Lombok Timur. Malam itu saya tiba-tiba ingin menyapa Tohri via telpon. Tapi setelah melihat batrai hp saya yang mau mati, keinginan itu tidak saya lanjutkan. Lain kali saja pikir saya. Dan ternyata pikiran yang muncul sebentar setelah itu pergi itulah ternyata salah satu contoh pikiran bawah sadar. Waktu berlalu. Malam berganti siang. Keesokan harinya saya mendapatkan sm

Merekam Makna Setiap Hari

Salah satu buku catatan saya yang telah habis saya pakai mencatat Kita sering menemui dan menangkap makna dalam kehidupan kita dengan orang lain. Makna itu akan segera hilang bersama angin kalau tidak di awetkan. Kebiasaan merekam makna itu adalah kebiasaan seorang pembelajar. SALAH satu kebiasaan (habbit) baik yang masih saya pertahankan sejak 2015 adalah mencatat dalam satu buku. Dalam buku itu saya mencatat, menggambar dan menguraikan semua aktivitas, ide, gagasan, inspirasi atau apa saja yang saya penting dalam satu buku. Buku itu saya persiapkan untuk mencatat dan merekam berbagai hal yang saya lakukan, alami dan pikirkan setiap hari. Dengan membuka buku itu, saya dan orang lain akan tahu apa yang saya pikirkan dan lakukan saat itu. Saya juga mencantumkan hari dan tanggal catatan itu saya buat. Itu akan mempermudah saya mengingat berbagai hal yang saya lakukan dan pikirkan dalam rentang waktu tertentu. Bila saya ingin tahu apa yang saya lakukan, kapan dan bagaimana

Kekuatan Pikiran Bawah Sadar

Dengan kekuatan pikirannya orang kreatif menghias piring makan menjadi punya nilai seni.Foto ini saya ambil disebuah loby hotel ketika saya menginap di Bali. BARU-baru ini saya mengalami sebuah kejadian unik yang menyebabkan saya mulai sadar akan kekuatan pikiran. Selama ini bukan saya tidak percaya kekuatan pikiran, namun karena kurang mengenal cara kerjanya sehingga banyak kejadian-kejadian sehari-hari yang saya alami sebagai hal biasa atau terjadi secara kebetulan saja. Namun dua kejadian beberapa hari yang lalu menyebabkan saya semakin percaya dahsyatnya kekuatan pikiran bila kita menggenal dan menggunakannya secara baik. Kejadian pertama, suatu pagi saya minta dibuatkan teh hangat oleh istri. Tak lama, teh yang saya minta pun dibawa masuk oleh istri saya yang saat itu saya sedang berada dikamr tengah tempat kami menonton tv.Saya lalu menyeruput hangatnya teh itu beberapa kali teguk. Setelah itu, teh tersebut saya letakkan diatas sebuah meja. Beberapa saat setelah saya mel

Media dan Honor Penulis

Dua koran lokal yang terbit di Mataram BEBERAPA orang teman berdebat tentang honor penulis. Ada yang mengatakan, memberikan honor kepada penulis itu harus. Bukankah tulisan itu bagian dari karya intelektual. Butuh energi dan pikiran cerdas untuk menulisnya. Baginya, media yang tidak memberikan honor kepada penulis adalah media yang tidak menghargai penulis. Media yang tidak menghargai karya intelektual. Media seperti itu tentu tidak akan punya hubungan yang baik dengan penulis. Padahal kalau media tersebut mau, tak akan mengurangi pendapatan iklannya yang ber-milyar-milyar pertahun. Pihak lain mengatakan, menerbitkan tulisan penulis adalah salah satu bentuk penghargaan. Dengan karya tulis diterbitkan, si penulis akan mendapatkan publikasi luas nan gratis. Namanya dikenal, karyanya dibaca dan imag (citra) sebagai orang kompeten dan punya perhatian terhadap tema yang tulis itu diketahui publik secara luas. Dan tentu buah pukirannya bisa menginspirasi orang banyak. Bukankah tulisa

Menggali Ide Tulisan Dengan Peta Pikiran

Seorang siswi MA NW Al kamal, Kembang Kerang menunjukkan peta mimpi mereka dalam bentuk mind map. SETIAP diminta mengisi pelatihan menulis diberbagai tingkatan sekolah, mahasiswa dan kalangan guru – saya sering sekali mendengar kendala dari peserta pelatihan akan kendala mereka dalam menggali ide tulisan. Hal yang dimaksud tentu bukan saja kekurangan ide namun setelah ada ide tapi sulit dikembangkan. Kata mereka, baru saja menulis satu sampai tiga paragraf – bahan yang ingin ditulis sudah habis. Pada hal mereka merasa ide tersebut cukup bagus dan layak dikembangkan menjadi tulisan panjang. Kendala seperti itu tentu menjadi ‘hantu’ yang menakutkan bagi penulis pemula. Untuk itu perlu diperkenalkan berbagai cara atau pendekatan kreatif yang bisa merangsang dan menumbuhkan semangat menulis.Mungkin saja salah satu cara itu cocok dan bisa digunakan untuk menggali berbagai bahan tulisan yang sebenarnya sudah ada pada diri setiap orang. Saya sendiri percaya, bahwa semua orang memiliki

Tiga Sahabat Beda Jalan

Foto bersama usai pelatihan menulis di MA NW Kembang Kerang, Lombok Timur Kita dulu duduk dibangku kuliah yang sama. Walau berbeda tingkatan dan jurusan–kita kemudian menjelma menjadi rangkaian sahabat yang tidak pernah saling kenal sebelumnya. Waktu terus berjalan. Hari berganti. Minggu beranjak. Bulan bergerak. Tahun berganti. Masing – masing kita menyusuri langkah kaki kearah yang berbeda. Ada yang bekerja di Non Goverment Organisasion (NGO). Ada yang melanjutkan estapet pengelola pondok pesantren. Dan ada yang menapak karir sebagai guru pegawai negeri sipil (PNS). Pada hal sebelumnya kita tidak pernah meramal –akan seperti apa kita setelah itu. Dulu kita penikmat diskusi, seminar, pelatihan dan berbagai jenis bacaan. Dari yang dikatakan orang bacaan kiri –kanan. Semuanya coba kita lahap. Kita tidak peduli dampak setelah membacanya - yang penting rasanya. Dulu kita doyan demonstrasi, sekarang sudah repot mencari nasi. Dulu kita suka begadang, sekarang sudah bisa berdagang. Dulu

Kisah Tutik Merayu Tuhan Dengan Tulisan

Tutik (Jilbab Warna Orene) dan Habibah SAYA tak inget sudah berapa kali diminta berbagi pengalaman menulis. Mulai dari bentuknya diskusi terbatas hanya beberapa orang, sampai pelatihan menulis yang peserta puluhan orang. Mulai dari tingkatan anak SD, SMP, SMA dan mahasiswa. Ada juga beberapa guru yang ikut nimbrung ingin tahu bagaimana membiasakan diri menulis. Ada yang waktunya yang hanya beberapa jam, sampai 3-4 hari lamanya. Berbagi pengalaman menulis setingkat SD pernah saya lakukan di SDN 7 Aikmel 2011- dulu namanya SDN 6 Aikmel. Di sekolah ini saya dulu mengenyam pendidikan dasar. Disini saya juga merangsang peseta menulis dengan mengenalkan gaya menulis bebas (personal). Tapi yang selalu saya ingat dan sulit saya lupakan pada pelatihan sederhana yang diadakan oleh teman-teman Ikatan Pelajar Mahasiswa (IPM) Dasan Bagek ini adalah ketika ada seorang gadis tiba-tiba menangis saat saya minta membacakan hasil tulisannya didepan teman-temannya. Kenapa harus menulis mimpi merek