Langsung ke konten utama

Postingan

Orang Besar Tanpa Pikiran Besar

Dulu saya pernah berpikir bahwa pikiran-pikiran besar itu selalu lahir dari orang berpendidikan tinggi, banyak gelar dan jabatan serta pengaruh. Kini pikiran itu saya revisi, karena realitas dan fenomena berkata lain. Tanpa bermaksud "pukul rata", tidak sedikit orang berpendidikan tinggi, banyak gelar dan jabatan sangat sibuk dengan berbagai kegiatan sehari-hari sehingga ia tidak sempat memikirkan terobosan penting dan strategis menyangkut hajat hidup orang banyak. Waktunya habis untuk mengikuti kegiatan sehari-hari, menghadiri acara ini itu sehingga tidak punya kesempatan untuk merenung atau merefleksi berbagai solusi untuk menjawab persoalan masyarakat yang terkait dengan bidangnya. Interaksi dengan komunitas juga kurang. Padahal ide dan gagasan sering kali lahir dari interaksi dan pergulatan dengan masyarakat. Penyebab lain, miskinnya pikiran besar dari kaum sekolahan dan birokrat itu diantaranya sering kali mereka membuat kegiatan bukan berangkat dari satu masalah atau pr

Dari Pelatihan Menulis Ke Agenda Pemetaan Potensi Desa

Kegiatan sharing menulis, "Kiat Praktis Menulis di Media Sosial Gaya Milenial", Minggu, 10 Februari 20019 di Kantor Desa Aikmel Timur yang diikuti oleh generasi milenial Desa Aikmel Timur. IDE awalnya hanya ingin membagi kiat-kiat menulis praktis dimedia sosial bagi teman-teman muda dikampung. Kita ingin mereka bisa membagi informasi dan cerita positif tentang desa. Mereka bisa membentuk citra positif tentang desa kalau sebagian mereka bisa menulis dan membagi informasi dan cerita positif tentang desa mereka. Apakah mereka tidak boleh menulis kritik? Tentu saja sangat boleh asalkan cara baik. Saat ini hampir semua anak muda didesa mempunyai HP, baik yang masih sekolah atau tidak. Mereka yang melihat, mengalami dan merasakan denyut kehidupan dikampung. Kalau saja mereka bisa menulis dan membagikan berbagai hal tentang desanya tentu secara perlahan mendorong mencitakan masyarakat yang terbuka. Cuman masalahnya, tidak semua mereka biasa menyampaikan pikirannya melalui tu

Menangkap Ketenangan

Salah satu viuw keheningan pantai Tanjung, Lombok Utara. SAAT ini tidak mudah menangkap ketenangan alam, apa lagi ketenangan batin. Bukankah keheningan, ketenangan kerap hadir disekitar kita. Ia sering bersua dan mendekati kita dalam keseharian. Namun kita kerap berpaling darinya. Salah satunya ketenangan dan keheningan dipinggir pantai utara pulau Lombok. Kita sangat mudah terpancing merespon keramaian, keributan dan keriuhan – baik dunia nyata lebih lagi didunia maya. Kita berlomba menjadi komentator publik, lalu lupa merefleksi diri sendiri. Mengomentari orang lain terasa begitu manis sedangkan kritik terhadap diri begitu pahit. Tak jarang kita sering mengejar dan mencari ketenangan yang datang dari luar sifatnya sementara (kontemporer) ketimbang menggali ketenangan yang berasal dari dalam. Dengan mendatangi tempat ribuan kilometer, waktu dan biaya yang sedikit. Disuatu tempat kita mungkin bisa tenang karena bisa melupakan berbagai kepenatan dan kesibukan. Setelah menda

Buah Bile

Penulis bersama seorang teman dengan latar buah bile dihalaman Hotel Mina Tanjung, Lombok Utara. SUDAH lama tidak melihat pohon bile yang berbuah lebat dan besar. Sekarang pohonnya mulai langka, apa lagi yang berbuah besar seperti ini. Bersyukur bisa melihat lagi pohon ini di Mina Tanjung Hotel, KLU. Buah (buaq, Sasak) pohon ini sering kita pakai bermain dulu waktu kecil dikebun dan disawah. Kadang kita tendang-tendang seperti bola. Pohonnya sering kita pakai membuat gasing. Kalau musim gasing, kita sering keliling sawah dan kebun untuk mencari pohon bile yang ukurannya pas untuk membuat gasing. Kita sampai nekad mencuri pohon milik orang yang tumbuh jadi pagar sawah atau kebun orang demi mendapatkan bahan untuk membuat gasing yang bagus. Pohon atau rantingnya bagus jadi bahan membuat gasing karena seratnya bagus dan tidak ada 'hati' seperti pohon yang lain. Di kampung saya Lombok Timur belum pernah saya lihat atau dengar orang memakan buah bile. Tapi didaerah lain di Lomb

Melipat Gandakan Jamaah yang Bukan Jamaah

TGH.Sholahuddin Nuruddin l ink video Pengajian Hidayatuddarain Trend mengikuti dan membuat pengajian secara live streaming melalui media sosial kini bisa dilakukan oleh siapa saja. Dari komunitas terbatas sampai diikuti oleh ribuan orang. Perkembangan ini menurut saya salah satu bentuk bid’ah khasanah dengan memanfaatkan tehnologi untuk menjangkau audiens pengajian secara lebih luas. Saya sendiri baru belajar membuat pengajian secara live streaming melalui facebook (FB). Ada dua pengajian mingguan yang saya siarkan secara streaming melalui FB. Pertama, pengajian Ahad pagi HIDAYATUDDARAIN. Pengajian ini dimulai sekitar jam 09.30 sampai menjelang zohor. Pengajian ini berlangsung dikomplek Madrasah HIDAYATUDDARAIN, Dasan Geres, Gerung, Lombok Barat. Pengajian ini diisi secara bergiliran oleh para tuan guru-tuan guru yang berasal dari Lombok Barat, Kota Mataram, Lombok Timur dan Lombok Tengah. Ada belasan orang tuan guru yang mengisi secara bergantian. Materi biasa di

Semangat dari Kaki Rinjani

Berdiskusi dan ngobrol santai di Balai Sabang Rinjani yang dibangun bapak Karyawan bersama kader-kader muda Bayan.   Saya senang warga KLU terlihat mulai bangkit pasca gempa. Pembangunan dan ekonomi mulai nampak hidup termasuk dikampung-kampung. Hari ini misalnya kami bertemu dengan teman-teman muda di Dusun Sembulan, Desa Bayan, KLU. Dusun yang juga cukup atas diwilayah kaki gunung Rinjani. Lancap sawah yang bertingkat-tingkat sejauh mata memandang   Disini kami bertemu dengan teman-teman muda yang mulai memanfaatkan dan menggali berbagai potensi yang ada di desa mereka. Salah satunya sahabat Karyawan yang mulai membangun Sabang Rinjani, tempat singgah, menikmati alam ditemani hangatnya kopi, teh dan makanan khas desa. Lebih hangat dari kopi - teh tentu hangatnya interaksi, dialog dan kebersahajaan warga desa di Dusun Sembulan. Bisa menyatu dengan alam, warga dan suasana pedesaan dikaki Rinjani. Menikmati keindahan alam dengan semilir angin persawahan sambil meneguk

2 Cara Pandang Penanganan Bencana

sumber : Fb pplazisnu  Tindakan gerak cepat mendistribusikan bantuan kepada korban gempa memang baik. Tapi managemen dan strategi penanganan dan distribusi bantuan yang cukup besar itu agar penanganan efektif dan terdata dengan baik. Bagi yang suka cepat-cepat mereka berpikir bantuan itu harus cepat didistribusikan. Tidak boleh ditahan-tahan, orang lagi lapar semua kok. Apa lagi donatur juga mau segera bantuannya sampai kepada kepada korban gempa. Minimal mereka mau lihat bukti foto penyerahan langsung kepada korban. Orang yang berpikir ini biasanya akan males kalau dimintai data atau persyaratan administrasi. Bagi yang berpikir panjang dan strategis baru akan mendistribusikan bantuan jika tersedia data korban, apa saja yang dibutuhkan, lokasinya dimana dan bagaimana penanganan setelah itu dalam jangka panjang. Kelihatannya memang bertindaknya agak lambat tapi data dan strategi bisa diterapkan. Termasuk kerja-kerja penanganan lebih terarah dan terencana. Dalam konteks penanganan b

Gempa Itu Ujian atau Azab ?

TGH.Masriadi Faisal,Lc,MH.I    Setelah Pulau Lombok ditimpa gempa bumi berkali-kali, beredar pendapat yang mengatakan gempa itu sebagai azab dari Allah. Mereka mengatakan penduduk Lombok sudah terlalu banyak berbuat dosa, makan uang riba, Senggigi dan Gili Trawangan harus ditutup karena jadi tempat orang mabuk-mabukan dan berzinah. Anehnya lagi ada yang menghubungkan gempa itu terjadi sebagai bentuk teguran kepada TGH. Zainul Majdi –gubernur NTB yang sudah menyatakan dukungan politik kepada Presiden Jokowi supaya diberikan kesempatan menjadi presidien selama 2 periode. Tidak itu saja, kelompok ini pun menganjurkan supaya TGB membatalkan keputusannya dan kembali mendukung calon presiden lawan Jokowi. Seorang teman relawan korban gempa Lombok Utara menulis protes melalui FB. Dalam catatannya ia mengungkapkan perasaan kurang setujunya terhadap materi khutbah jum’at yang disampaikan seorang khotif ditempat pengungsian. Dalam khutbahnya khotib tersebut menganggap gempa dahsyat yang m

Islam Nusantara di Lombok : Lihatlah NW dan NU

Ustazd dan santri membaca syair zikir zaman dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul ke-20 PP Hidayatul Islamiah Bagek Nyaka, Lombok Timur.  Yang belum paham dan mengerti tentang istilah Islam Nusantara itu saya sarankan lihatlah ekspresi ke - Islaman jamaah NU dan NW di Lombok. Tidak perlu susah-susah atau pusing nyari definisi dan pengertian macam-macam. Nanti anda semakin tidak paham yang menyebabkan anda salah paham. Lihatnya bentuk dan cara ibadah mahdah dan ghairu mahdah jamaah kedua Ormas Islam itu. Diluar kewajiban - kewajiban syari'at yang telah diwajibkandalam Al Qur'an-Hadis, jamaah NU dan NW melakukan zikir zahar (suara besar) setelah sholat 5 waktu, membaca talkin dan tahlilan bagi orang meninggal, selakaran (baca berzanji), baca hizib setiap malam jum'at dan bagi jamaah yang melaksanakan ibadah haji. Halal Bi Halal setelah idul fitri, lebaran topat, istiqosah, maulid Nabi Muhammad SAW dan lain-lain. Semua itu dianggap bentuk ekspresi ke-Islaman yang

Catur Politik Tokoh NU-Muhammadiyah Jelang 2019

sumber : www.hidayatullah.com Pendukung Amin Rais tiba-tiba mendeklerasikan dukungannya terhadap Amin untuk maju menjadi calon presiden 2019. Ketua dekleratornya Mayjend Syarwan Hamid, pensiunan jendral Orde Baru. Dukungan terhadap Amin ini tentu saja agin politik terbaru, karena sebelumnya Zulkifli Hasan, ketua PAN sekaligus besan Amin yang digadang-gadang untuk maju. Melihat kedekatannya dan manuver politiknya, kemungkinan Amin akan berpasangan dengan Prabowo Subianto, pendiri Partai Gerindra dan tokoh oposisi yang sudah lama mengkampanyekan diri akan maju kembali menjadi calon presiden. Itu artinya Amin siap bertarung menantang dan menumbangkan Jokowi sebagaimana kerap disampaikan kepada pendukungnya dan media massa. Karena itu ia rajin mengkritik bahkan memojokkan Jokowi. Saya tidak tahu apakah formasi politik ini hasil dari ‘umrah politik’ Amin bersama Prabowo menemui Habib Riziq, elektabilitas Prabowo yang konon tidak beranjak, logistic politiknya yang kurang, hasil P

Gaung Islam Nusantara

Majalah AULA, edisi April 2018 Tahun XXXX  Menyongsong usia 100 tahun Nahdlatul Ulama (NU) sejak kelahirannya 1926, terminologi Islam Nusantara yang gaungkan oleh PBNU. Melempar istilah ini tentu telah melalui proses diskusi dan kajian mendalam yang berpijak dari khazanah Islam yang berkembang di Indonesia. Kini Islam Nusantara bukan lagi istilah, wacana tapi juga kajian dan gerakan. Orang kembali menengok dan meneliti mengapa Islam berkembang secara luas dan pesat dibumi Nusantara. Salah satu rahasianya karena Islam dibawa oleh 'tangan-tangan damai', dai-dai yang pandai melakukan komunikasi (diplomasi) budaya selama tidak bertentangan dengan ajaran pokok syariat Islam. Maka kehadiran wacana Islam Nusantara dihajatkan bukan hanya untuk menjaga dan mengokohkan ciri khas corak dan praktek Islam Nusantara tapi juga wacana tanding (counter discoure) terhadap gejala paham radikal dan politisasi agama. Islam Nusantara adalah virus penangkal radikalisme paham agama yang merusak

Gerakan Islam Nusantara Berkemajuan

Majalah AULA edisi Mei 2018, "NU-Muhammadiyah : Mencairkan Ketegangan Kultural" Nahdlatul Ulama (NU) membrending gerakan sosial dan dakwah keagamaannya dengan sebutan 'Islam Nusantara'. Istilah ini bukan istilah baru, tapi sekarang dipertegas dan diperkuat dalam gerakan dakwah dan pemberdayaan ummat. Tentunya saja itu digali dan diperas dari modal sosial dan ciri khas peham Aswaja NU sebagaimana diajarkan oleh walisongo, ulama dan kyai-kyai Nusantara. Hal yang sama dilakukan oleh Ormas Muhamadiyah yang membuat tagline, 'Islam Berkemajuan'. Ini juga diharapkan sebagai spirit dan gerakan Islam yang mengutamakan kemajuan bagi warga Muhamadiyah. Tentu spirit kemajuan itu diharapkan akan menjadi semangat dan motivasi untuk terus berkarya meraih berbagai kemajuan ditengah persaingan global. Penggunaan istilah Islam dalam spirit dua Ormas Islam ini bukan berarti akan membuat atau melahirkan corak, ajaran atau agama Islam model baru. Sebaleknya malah akan

Kharisma TGH Shaleh Hambali di Lombok Timur

Buku Pemikiran Islam Lokal TGH.M Shaleh Hambali (Tuan Guru Bengkel /Datok Bengkel) karya Dr.H Adi Fadli M.Ag, Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram. Pengaruh TGH Saleh Hambali, Bengkel, masih terasa sampai hari ini dikalangan tuan guru dan pimpinan pesantren di Lombok. Pada hal TGH Saleh Hambali atau biasa dipanggil dengan Tuan Guru Bengkel sudah meninggal dunia puluhan tahun silam, tepatnya Sabtu, 7 September 1968. Namun pengaruh dan kharismanya masih melekat di hati sebagian tuan guru dan ummat Islam di Lombok. Apa lagi sebagian dari mereka memang memiliki sanad (hubungan) keilmuan dengan beliau. Dan tentu saja jabatan penting Datok Bengkel sebagai Rais Syuriah Nahdlatul Ulama (NU) kedua di pulau Lombok. dan NTB antara tahun 1953-1964. Salah satu peristiwa ketika saya menyebut nama beliau kepada Pimpinan Ponpes Hidayatul Islamiah (HI) Bagek Nyaka, Aikmel Lombok Timur, TGH Abdul Azim. “Kalau mendengar nama Tuan Guru Saleh Hambali, badan saya langsung merinding. Namanya,

2 Kiat Produktif Menulis Tanpa Berpikir

Sharing kiat-kiat menulis bebas (free writing) di Berugak Buku di Pondok Pesantren Sirajul Huda, Poak Dandak, Janapria, Lombok Tengah, Maret 2018    2 Kiat Produktif Menulis Tanpa Berpikir -  Umumnya kita berpandangan ketika menulis itu harus menggerahkan daya untuk berpikir serius. Tanpa berpikir serius seseorang tidak mungkin bisa menulis tulisan yang baik. Tanpa melalui proses berpikir serius, sebuah tulisan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Pendapat seperti itu sudah tertanam kuat dibenak kita. Kalau ada yang membantah anggapan itu bisa jadi dianggap sedang mengigau. Tapi menurut saya, bila cara berpikir umum (konvensional) kita tidak bisa menemukan jalan baru (solusi) dari problem yang kita hadapai, ada baiknya kita mencoba berpikir terbalek. Ini memang tidak lazim tapi demi menemukan jalan keluar, sah saja kita lakukan untuk memecah kebuntuan. Tidak ada salahnya pandangan halayak umum itu mulai kita rubah untuk meningkatkan produktifitas menulis. Ketika menulis memang

‘Madrasah Tua yang Meranggas’ di Zaman Distrupt

Pesantren dan madrasah bagi saya tak ubahnya sebuah pohon. Ada pohon yang batangnya besar, tua, buahnya melimpah dan daunnya rindang. Pohon itu menjadi tempat berteduh oleh banyak orang (ummat). Manis buahnya bukan saja bisa dirasakan namun telah dinikmati oleh banyak orang. Bibit dan buahnya tumbuh dimana-mana. Tidak cukup dengan itu - batangnya dicangkok untuk ditanam ditempat lain. Kedua lembaga pendidikan ini telah teruji melahirkan para alumni yang menjadi pemimpin bangsa, ulama, tokoh agama, kyai, tuan guru dan ustazd. Para alumninya lalu membuka pengajian, mendirikan berbagai lembaga pendidikan atau pesantren baru ditempatnya. Contoh yang paling dekat, bagaimana pesantren-pesantren Nahdlatul Ulama (NU) di Lombok mampu melahirkan ribuan kader ahli-ahli agama dan tokoh masyarakat. Tak ubahnya sebatang pohon, tidak sedikit pesantren (madrasah) di Lombok sudah mulai meranggas. Pohonya makin tua, batangnya mulai mengeropos dan terkelupas. Ia tidak kuat lagi diterpa hembusan a