Langsung ke konten utama

Postingan

Jalan-Jalan untuk Menulis

Duduk santai menikmati sejuknya angin di Taman Bunga Sembalun, Lombok Timur Saya sendiri bukan orang yang hoby jalan-jalan (traveling). Pergi jalan-jalan seperlunya saja bila ada keinginan dan kesempatan. Itu pun lokasinya tidak jauh-jauh, masih kisaran ‘dalam negeri’. Saya justru tertarek menulis munculnya penulis-penulis baru yang bekerja secara lepas yang fokus menulis tentang perjalanan dan obyek wisata. Mereka bukan hanya menulis keesotikkan sebuah obyek wisata, mereka juga tak lupa menulis segala hal yang ia alami dan temui selama perjalanan. Tentunya, tidak semuanya menyenangkan. Apa lagi para beckpeker tidak selalu membawa bekal yang cukup.Malah ada berangkat dengan modal bismillah alias nekad. Termasuk belum mengenal banyak daerah yang akan dikunjungi. Bagi seorang beckpeker sejati disanalah tantangannya. Mereka sengaja berangkat dengan bekal seadanya. Bukan bermaksud apa-apa tapi memang karena didorong oleh hasrat yang besar untuk mengunjungi sebuah tempat. Kendala yang

Meneliti Orang-Orang Sesat di Lombok

Dr.Widodo, Dr.Kari dan penulis ketika disebuah rumah makan di Carkranegara Suatu siang pertengahan April lalu, saya ditelpon oleh kawan saya, Fathul Rahman –redaktur muda Harian Lombok Post (Jawa Pos Group). Dia mengabarkan bahwa nama saya diusulkan oleh dia untuk ditemui oleh seorang peneliti perempuan dari Norwegia. Ia mengaku merekomendir karena saya dianggap memiliki perhatian tentang isu-isu agama di NTB. “Namanya Kari, orangnya enak diajak bicara. Dia juga bisa bahasa Indonesia” katanya meyakinkan saya via telpon. Saya mengiyakan saja dan bisa ditemui asalkan ada perjanjian bertemu terlebih dahulu. Mengenai waktu dan tempat menyusul. Tidak ada alasan saya untuk menolak. Apa lagi saya juga sering melakukan wawancara kepada banyak narasumber akan satu masalah yang ingin saya tulis. Selama itu bermanfaat bagi orang, whay not. Lebih-lebih orang yang minta bertemu itu berasal dari belahan bumi yang sangat jauh. Norwegia – bukankah itu udah masuk kawasan Eropa.  Singkat cerit

Akademi Berbagi Lombok Bocorkan Isi Buku Saya

Saya menggunakan baju batik ketika menjelaskan "Menulis Bebas" Minggu (5/5) siang, saya diminta oleh teman-teman Akademi Berbagi (Akber) Lombok untuk berbagi cerita dan pengalaman tentang menulis. Temanya sudah biasa saya bawa, “Menulis Bebas (Free Writing)”. Tema ini memang tema yang paling saya sukai kalau diminta bicara tentang menulis. Dan saya paling tidak bisa menolak kalau diminta berbagi pengalaman menulis. Asal badan sehat dan ada kesempatan. Oke. Pada kesempatan itu saya ‘dipaksa membocorkan’ isi buku yang sedang saya tulis. Jadi pertemuan itu adalah pertemuan langka, dimana ada seorang penulis yang dipaksa membocorkan isi bukunya. Apakah tidak langka itu namanya he..he..? Dan isinya juga tidak jauh-jauh tentang menulis. Calon buku saya yang ketiga ini saya beri judul, “Sukses Menulis Tanpa Henti –Kiat Praktis Belajar Menulis Bagi Pemula” . Buku ini saya tulis berdasarkan pengalaman saya menulis selama ini. Baik menulis berita, artikel atau buku. Saya berharap

Membangkitkan Kembali Peradaban Sapi NTB

Sejarah telah mencatat, NTB pernah menjadi daerah pemasok utama kebutuhan daging sapi bagi pemerintah Hindia Belanda yang sedang menjajah dinegeri ini. Suasana itu terekam dengan sangat jelas dalam sebuah foto hitam putih yang diperkirakan diambil tahun 1857 di pelabuhan tua Ampenan. Cover Buku "Sapi Untuk Rakyat" Dalam foto itu terlihat bagaimana para pengusaha Belanda sibuk memerintahkan penduduk pribumi untuk memasukkan sapi-sapi asal daerah ini untuk dimasukkan kedalam kapal-kapal barang yang sedang bersandar di pelabuhan Ampenan. Kita tidak tahu, apakah sapi-sapi itu dibeli secara layak oleh pengusaha Belanda dari peternak ataukah dirampas secara paksa. Yang pasti pelabuhan Ampenan saat itu telah menjadi pintu utama keluar masuknya arus barang kedaerah ini. Foto itu menjadi salah satu bukti otentik, betapa nenek moyang orang NTB telah ratusan tahun sukses beternak sapi. Belum cukup dengan fakta sejarah itu, datanglah kekampung-kampung yang terdapat diberbaga

Pilihan Tempat Menulis Nan Nyaman dan Murah

Diskusi dan menulis bebas berdasarkan pengalaman personal masing-masing Tidak mudah mencari tempat menulis yang nyaman dan murah di Mataram. Kalau tempat nongkrong dan hotspotan sih banyak pilihannya. Tinggal pilih yang mana yang kita suka. Mulai dari tempat yang murah sampai yang mahal. Murah dan mahal yang saya maksud dari harga minum dan makan yang disajikan. Saya beberapa kali keliling Mataram hanya untuk mencari tempat menulis yang dimaksud. Saya butuh tempat yang nyaman dan murah sebagai tempat menumpahkan perasaan, pikiran dan gagasan yang terus menumpuk setiap hari. Tempat menyelesaikan pekerjaan bila malas kekantor atau terganggu oleh hal-hal tehnis bila menulis dirumah. Pilihannya, saya mesti mencari tempat menulis diluar. Kriteria sederhana saya memilih tempat menulis yang nyaman sebagai berikut. Pertama, tersedia kursi dan meja. Bukan dengan duduk lesehan. Saya kalau duduk lesehan (tapang sila ; Sasak) terlalu lama pinggang saya cepat pegal. Kalau sudah pegal,

Ustazd, Lagu Kebangsaan dan BNPT

sumber : http://psychology-consultant.blogspot.com Seorang ustzd di Lombok sering diminta menjadi pembicara diberbagai seminar baik yang diadakan oleh organisasi mahasiswa, LSM atau kerjasama LSM, mahasiswa dan pemerintah. Setiap panitia dan peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya ustazd ini selalu meninggalkan ruangan meski ia sudah duduk dikursi pembicara. Ia keluar seolah-olah ada urusan atau buang air kecil. Itu tidak sekali dua kali kita lihat. Dari latar dan bergroundnya sebenaranya dia tidak suka dengan nyanyian termasuk lagu kebangsaan dan apel bendera. Saya juga perhatikan ia beberapa kali menjadi pembicara seminar yang dananya dari Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT). Dalam forum itu ia tidak jarang mengkritik, menolak bahkan mengkritik BNPT. Alasannya BNPT sering menangkap aktivis-aktivis Islam yang itu artinya mereka telah memusuhi Islam. Setiap forum, ia sangat semangat mengritik demokrasi, pancasila, aparat negara sampai BNPT. Tapi diakhir acara ia tanda t

4 Hal Yang Dilarang dalam Menulis

Kita sering tidak sadar ketika menulis sering melakukan tindakan yang sebenarnya bisa menghambat kita dalam menulis. bukan hanya menghambat tapi juga berpotensi menyebabkan kita putus asa untuk belajar menulis. Pada level itu orang mudah mencap diri sebagai orang yang bodoh, tidak cerdas dan tidak memiliki bakat serta kemampuan dalam menulis. Pada hal menulis bisa dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja. Ini lah kondisi yang membahayakan bagi masa depan kepenulisan kita. Peserta workshop menulis buku best practice sedang berpacu menyelesaikan tulisannya. Untuk itu ada baiknya kita mulai tahu dan menyadari apa yang kita lakukan itu ternyata keliru serta tidak mendukung produktivitas kita dalam menulis. Ibaratnya ingin meminum madu malah yang kita ambil adalah racun. Kira-kira gambaran sederhananya begitu. Makanya larangan-larangan itu perlu diketahui oleh kita termasuk para penulis pemula. Pengalaman saya menulis selama ini nyambung dengan apa yang disampaikan oleh Bapak M

Memulai Menulis Anti Mogok

Nahdlatul Ula (NU) Banyak orang yang saya temui mengaku sering mengalami kesulitan ketika memulai menulis. Mereka sering bingung memulai tulisan dari mana. Mereka mengaku tidak pandai menyusun kalimat yang enak, mudah dicerna dan gampang dipahami oleh pembaca. Pada hal sebagian besar dari mereka mengaku memiliki bahan yang sangat banyak untuk ditulis. Punya stock ide yang melimpah untuk dibagikan kepada pembaca. Dan kaya pengalaman untuk dishare kepada teman-teman dan komunitasnya. Merasa tidak mampu memulai tulisan dengan baik itulah yang sering membuat orang cepat putus asa dalam berlatih menulis. Mereka tidak percaya dengan tulisannya sendiri. Sampai pada akhirnya mencap diri sebagai orang yang tidak memiliki bakat atau keterampilan untuk menulis. Ia lalu berhenti menulis sampai disitu. Menjawab persoalan itu saya sering mengatakan bahwa kebingungan dan kemacetan memulai termasuk meneruskan tulisan itu sering disebabkan oleh beberapa hal. Semuanya ada

Beternak Ide

Setiap hari kita beternak dan memproduksi ide. Ide juga datang tidak mengenal waktu dan tempat. Ia tiba-tiba muncul, tiba-tiba juga hilang. Tapi sering kali produktivitas kita beternak ide tidak sebanding dengan kemampuan kita mewujudkan ide tersebut dalam bentuk yang lebih nyata. Coba kita lihat diberbagai forum diskusi, dialog, seminar dll - hampir semua orang bisa melontar iden ya. Dan sekarang hampir tidak ada orang yang tidak berani menyampaikan atau melontarkan idenya kepada orang lain. Setelah dilontarkan kemudian selesai sampai disitu. Gampangnya beternak ide ini sama mudahnya dengan berbicara. Semua orang bisa mengemukakan pendapatnya secara lisan dimuka umuam (publik). Namun tidak semua orang mau dan berani mengemukakan pikiran dan idenya melalui tulisan. Pada hal ruangnya kini makin terbuka dan kompetitif. Menulis pikiran melalui tulisan merupakan salah satu cara beternak ide. Kemampuan beternak ide yang baik akan menentukan kesuksesan seseorang

Menang Dengan Kreativitas

Gelandang Timnas, Andik Virmansyah Tadi malam saya ikut menjadi ‘suporter jauh’ dari tim sepak bola Indonesia melawan Singapura. Walau menjadi ‘suporter’ melalui tv handpone, saya dengan jelas bisa menyaksikan semangat Andik dan kawan-kawan mematahkan berbagai serangan timnas Singapura. Kegigihan Andik dan kawan-kawan tidak sia-sia, Indonesia menang satu kosong. Saya sebenarnya bukan termasuk golongan gibol (gila bola). Meski bukan gibol, setiap tim nas main melawan negara lain, sebisanya saya bisa ikut menyaksikan melalui tv. Ketika menonton, emosi ikut ‘main’. Pada hal saya bukan pemain Timnas. Setelah menonton, saya selalu merasa ‘menang’ kalau melihat Tim Nas bisa mengalahkan lawannya. Sebaleknya, kalau tim nas kalah, saya juga akan merasakan perasaan ‘kalah’. Itulah yang terjadi. Bagaimana dengan anda, apakah anda merasakan hal yang sama ?  Baik, saya tidak ingin memperpanjang masalah perasaan itu disini. Saya justru tertarek membahas rahasia kemenangan Timnas melawan Sin

Lebih Baik ke Malaysia dari pada ke Sekolah

Putus sekolah, kawin muda, punya anak, cerai, jadi TKI ke Malaysia –semua itu hal biasa dikampung saya. Tidak ada yang mempersoalkan itu, apa lagi yang menganggap itu sebagai masalah. Kalau ada yang mencoba-coba menganggap itu sebagai masalah, bisa-bisa dicap tidak waras. Sudah berani mempermasalahkan sesuatu yang bukan masalah. Ketika menyebut sekolah yang terbayang dimata mereka adalah biaya. Biaya dan biaya. Pada hal masalahnya bukan semata biaya. Buktinya, banyak orang kaya –hidup berkecukupan ternyata tidak (bisa) sekolah. Bisa jadi, sekolah tidak menareknya baginya. Termasuk tidak ada kemauan untuk belajar. Kalau ada, dia akan merasa rugi - tidak bisa memanfaatkan kekayaan orang tuanya yang berjuta-juta untuk sekolah sampai lantai paling tinggi. Itu artinya, sekolah itu tidak melulu menyangkut biaya. Ada juga yang namanya kemauan. Kalau ada kemauan pasti ada tiket jalan. Alam juga bersabda, bila ada kemauan alam beserta isinya akan melapangkan jalan untuk meraihnya. Tuhan jug

Menulis Hal-Hal kecil Sebelum Membukukan Hal-Hal Besar

Pagi ini tidak bisa konsentrasi menulis. Di sebelah saya ngetik, adek Ula terus 'berkicau' ditempat tidurnya. Suaranya nyaring menembus gang-gang kecil dan tembok rumah tetangga mengeluarkan desisan yang tidak karuan. Sejak dua minggu ini Ula memang sedang melatih dirinya untuk bicara. Dari balek mulutnya yang mungil keluar kata yang tidak beraturan. Kadang keluar bunyi Aaaa, eee, aahhhh...ya...ya..ha...ha..ha. Agak sulit sebenarnya mendeskripsikan dengan rangakaian hurup. Kalau sudah bosan, suara tangisnya memaksa seisi rumah secepatnya mengendongnya. Di usianya yang baru tiga bulan satu minggu, Ula juga sedang belajar keras untuk membolak balek badanya kekekiri-kekanan. Pelajaran ini tentu tidak mudah baginya. Kalau badannya dibalek, salah satu tangannya akan terjepit sama badannya hingga napasnya jadi sulit. Itu terus dilakukan berulang-ulang.Walau begitu ia tidak pernah kapok. Dari itu kami orang tuanya berharap moga kelak ketika besar menjadi pribadi yang tidak mudah

Menyapa Pagi Dengan Tulisan yang Berenergi

caption from google Membuka hari dengan menulis butuh energi dari dalam. Energi ini akan menjadi cas bagi pikiran dan hati agar berkenan menuangkan perasaannya menjadi bulir-bulir kalimat berenergi. Kalimat yang berenergi inilah yang diharapkan muncul dikala pagi.  Disaat sang surya menumpahkan cahayanya diseluruh permukaan bumi. Penulis berharap mampu menyerap energi pagi dalam untaian kalimat yang bermakna. Menulis dikala pagi mengajak supaya pikiran jadi sehat dan segar. Supaya pikiran sehat dan segar kita dianjurkan tidak lama-lama memendam pikiran segera alirkan secara sehat agar mengalirnya semakin deras. Bukankah air, kalau tidak dialirkan ia cepat keruh, bau dan berubah warna.  Begitu juga dengan ide, pikiran –ia akan keruh, bau dan kotor manakala tidak segera dibagi dan dishering dengan cara yang sehat. Ada sebagian orang menulis akan semakin bergairah, hot bila ditemani secangkir kopi atau teh hangat. Mereka berharap tulisannya tidak saja mengalirkan ene

Inspirasi Dahsyat dari Habibie Afsyah

Habibie Afsyah foto bersama ibunya dengan Manohara, Ust.Maulana dan Dedy Corbuzer sebagai host acara talk show Hitam Putih. Inspirasi Dahsyat Dari Habibie - Usai berbuka puasa, saya melaksanakan sholat magrib. Setelah itu saya menghidupkan tv untuk menonton berita. Berhubung tv yang selalu menyajikan berita sedang disesaki oleh berbagai iklan - saya pun memilih chenel tv lain. Harapan saya, tontonan yang bukan saja menyuguhkan informasi atau hiburan melainkan yang bisa menggugah. Perhatian saya terhenti ketika melihat talk show ‘Hitam Putih’ di Transt 7. Talk show yang dipandu Dedy Corbuzer itu menghadirkan tiga bintang tamu yang sangat berbeda. Berbeda latar belakang, propesi termasuk kisah hidup. Perbedaan mereka antara langit dan bumi. Bintang tamu pertama seorang perempuan cantik. Badannya tinggi, gaya hidupnya pun tak kalah tinggi. Saya masih ingat, dalam sebuah episode ‘Hitam Putih’ kepada Dedy Corbuzer perempuan ini pernah mengaku memiliki banyak koleksi tas merek terk

Keadilan Distribusi Zakat

Beberapa anggota DPRD Lombok Barat diberitakan ‘sewot’ terhadap pola distribusi zakat di daerahnya. Mereka menilai, telah terjadi politisasi dalam pendistribusian zakat di Lombok Barat. Pemerintah daerah dianggap bertindak tidak adil dalam pembagian zakat karena hanya menyalurkan zakat ditempat yang merupakan basis pendukungnya dalam Pilkada. Kritik kalangan dewan tersebut ditanggapi oleh bupati Lombok Barat melalui media . Ia mengatakan kebijakan itu sangat wajar karena pihaknya diberikan kewenangan oleh undang-undang untuk mengeksekusi dan mendistribusikan anggaran kepada pihak yang mereka anggap pantas. Baginya pembagian dana zakat bagian dari politik anggaran. Tanpa politik anggaran sebuah pemerintahan tidak akan bisa berjalan secara baik. Politik anggaran seperti itu wajar dan sah. Kalau ada pihak yang mempersoalkan itu justru dinilai sebagai bentuk mencari popularitas politik. Kalau sinyalemen anggota dewan itu benar, tentu hal itu sangat disayangkan. Terlepas dari m