Langsung ke konten utama

Postingan

Semangat dari Kaki Rinjani

Berdiskusi dan ngobrol santai di Balai Sabang Rinjani yang dibangun bapak Karyawan bersama kader-kader muda Bayan.   Saya senang warga KLU terlihat mulai bangkit pasca gempa. Pembangunan dan ekonomi mulai nampak hidup termasuk dikampung-kampung. Hari ini misalnya kami bertemu dengan teman-teman muda di Dusun Sembulan, Desa Bayan, KLU. Dusun yang juga cukup atas diwilayah kaki gunung Rinjani. Lancap sawah yang bertingkat-tingkat sejauh mata memandang   Disini kami bertemu dengan teman-teman muda yang mulai memanfaatkan dan menggali berbagai potensi yang ada di desa mereka. Salah satunya sahabat Karyawan yang mulai membangun Sabang Rinjani, tempat singgah, menikmati alam ditemani hangatnya kopi, teh dan makanan khas desa. Lebih hangat dari kopi - teh tentu hangatnya interaksi, dialog dan kebersahajaan warga desa di Dusun Sembulan. Bisa menyatu dengan alam, warga dan suasana pedesaan dikaki Rinjani. Menikmati keindahan alam dengan semilir angin persawahan sambil meneguk

2 Cara Pandang Penanganan Bencana

sumber : Fb pplazisnu  Tindakan gerak cepat mendistribusikan bantuan kepada korban gempa memang baik. Tapi managemen dan strategi penanganan dan distribusi bantuan yang cukup besar itu agar penanganan efektif dan terdata dengan baik. Bagi yang suka cepat-cepat mereka berpikir bantuan itu harus cepat didistribusikan. Tidak boleh ditahan-tahan, orang lagi lapar semua kok. Apa lagi donatur juga mau segera bantuannya sampai kepada kepada korban gempa. Minimal mereka mau lihat bukti foto penyerahan langsung kepada korban. Orang yang berpikir ini biasanya akan males kalau dimintai data atau persyaratan administrasi. Bagi yang berpikir panjang dan strategis baru akan mendistribusikan bantuan jika tersedia data korban, apa saja yang dibutuhkan, lokasinya dimana dan bagaimana penanganan setelah itu dalam jangka panjang. Kelihatannya memang bertindaknya agak lambat tapi data dan strategi bisa diterapkan. Termasuk kerja-kerja penanganan lebih terarah dan terencana. Dalam konteks penanganan b

Gempa Itu Ujian atau Azab ?

TGH.Masriadi Faisal,Lc,MH.I    Setelah Pulau Lombok ditimpa gempa bumi berkali-kali, beredar pendapat yang mengatakan gempa itu sebagai azab dari Allah. Mereka mengatakan penduduk Lombok sudah terlalu banyak berbuat dosa, makan uang riba, Senggigi dan Gili Trawangan harus ditutup karena jadi tempat orang mabuk-mabukan dan berzinah. Anehnya lagi ada yang menghubungkan gempa itu terjadi sebagai bentuk teguran kepada TGH. Zainul Majdi –gubernur NTB yang sudah menyatakan dukungan politik kepada Presiden Jokowi supaya diberikan kesempatan menjadi presidien selama 2 periode. Tidak itu saja, kelompok ini pun menganjurkan supaya TGB membatalkan keputusannya dan kembali mendukung calon presiden lawan Jokowi. Seorang teman relawan korban gempa Lombok Utara menulis protes melalui FB. Dalam catatannya ia mengungkapkan perasaan kurang setujunya terhadap materi khutbah jum’at yang disampaikan seorang khotif ditempat pengungsian. Dalam khutbahnya khotib tersebut menganggap gempa dahsyat yang m

Islam Nusantara di Lombok : Lihatlah NW dan NU

Ustazd dan santri membaca syair zikir zaman dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul ke-20 PP Hidayatul Islamiah Bagek Nyaka, Lombok Timur.  Yang belum paham dan mengerti tentang istilah Islam Nusantara itu saya sarankan lihatlah ekspresi ke - Islaman jamaah NU dan NW di Lombok. Tidak perlu susah-susah atau pusing nyari definisi dan pengertian macam-macam. Nanti anda semakin tidak paham yang menyebabkan anda salah paham. Lihatnya bentuk dan cara ibadah mahdah dan ghairu mahdah jamaah kedua Ormas Islam itu. Diluar kewajiban - kewajiban syari'at yang telah diwajibkandalam Al Qur'an-Hadis, jamaah NU dan NW melakukan zikir zahar (suara besar) setelah sholat 5 waktu, membaca talkin dan tahlilan bagi orang meninggal, selakaran (baca berzanji), baca hizib setiap malam jum'at dan bagi jamaah yang melaksanakan ibadah haji. Halal Bi Halal setelah idul fitri, lebaran topat, istiqosah, maulid Nabi Muhammad SAW dan lain-lain. Semua itu dianggap bentuk ekspresi ke-Islaman yang

Catur Politik Tokoh NU-Muhammadiyah Jelang 2019

sumber : www.hidayatullah.com Pendukung Amin Rais tiba-tiba mendeklerasikan dukungannya terhadap Amin untuk maju menjadi calon presiden 2019. Ketua dekleratornya Mayjend Syarwan Hamid, pensiunan jendral Orde Baru. Dukungan terhadap Amin ini tentu saja agin politik terbaru, karena sebelumnya Zulkifli Hasan, ketua PAN sekaligus besan Amin yang digadang-gadang untuk maju. Melihat kedekatannya dan manuver politiknya, kemungkinan Amin akan berpasangan dengan Prabowo Subianto, pendiri Partai Gerindra dan tokoh oposisi yang sudah lama mengkampanyekan diri akan maju kembali menjadi calon presiden. Itu artinya Amin siap bertarung menantang dan menumbangkan Jokowi sebagaimana kerap disampaikan kepada pendukungnya dan media massa. Karena itu ia rajin mengkritik bahkan memojokkan Jokowi. Saya tidak tahu apakah formasi politik ini hasil dari ‘umrah politik’ Amin bersama Prabowo menemui Habib Riziq, elektabilitas Prabowo yang konon tidak beranjak, logistic politiknya yang kurang, hasil P

Gaung Islam Nusantara

Majalah AULA, edisi April 2018 Tahun XXXX  Menyongsong usia 100 tahun Nahdlatul Ulama (NU) sejak kelahirannya 1926, terminologi Islam Nusantara yang gaungkan oleh PBNU. Melempar istilah ini tentu telah melalui proses diskusi dan kajian mendalam yang berpijak dari khazanah Islam yang berkembang di Indonesia. Kini Islam Nusantara bukan lagi istilah, wacana tapi juga kajian dan gerakan. Orang kembali menengok dan meneliti mengapa Islam berkembang secara luas dan pesat dibumi Nusantara. Salah satu rahasianya karena Islam dibawa oleh 'tangan-tangan damai', dai-dai yang pandai melakukan komunikasi (diplomasi) budaya selama tidak bertentangan dengan ajaran pokok syariat Islam. Maka kehadiran wacana Islam Nusantara dihajatkan bukan hanya untuk menjaga dan mengokohkan ciri khas corak dan praktek Islam Nusantara tapi juga wacana tanding (counter discoure) terhadap gejala paham radikal dan politisasi agama. Islam Nusantara adalah virus penangkal radikalisme paham agama yang merusak

Gerakan Islam Nusantara Berkemajuan

Majalah AULA edisi Mei 2018, "NU-Muhammadiyah : Mencairkan Ketegangan Kultural" Nahdlatul Ulama (NU) membrending gerakan sosial dan dakwah keagamaannya dengan sebutan 'Islam Nusantara'. Istilah ini bukan istilah baru, tapi sekarang dipertegas dan diperkuat dalam gerakan dakwah dan pemberdayaan ummat. Tentunya saja itu digali dan diperas dari modal sosial dan ciri khas peham Aswaja NU sebagaimana diajarkan oleh walisongo, ulama dan kyai-kyai Nusantara. Hal yang sama dilakukan oleh Ormas Muhamadiyah yang membuat tagline, 'Islam Berkemajuan'. Ini juga diharapkan sebagai spirit dan gerakan Islam yang mengutamakan kemajuan bagi warga Muhamadiyah. Tentu spirit kemajuan itu diharapkan akan menjadi semangat dan motivasi untuk terus berkarya meraih berbagai kemajuan ditengah persaingan global. Penggunaan istilah Islam dalam spirit dua Ormas Islam ini bukan berarti akan membuat atau melahirkan corak, ajaran atau agama Islam model baru. Sebaleknya malah akan

Kharisma TGH Shaleh Hambali di Lombok Timur

Buku Pemikiran Islam Lokal TGH.M Shaleh Hambali (Tuan Guru Bengkel /Datok Bengkel) karya Dr.H Adi Fadli M.Ag, Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram. Pengaruh TGH Saleh Hambali, Bengkel, masih terasa sampai hari ini dikalangan tuan guru dan pimpinan pesantren di Lombok. Pada hal TGH Saleh Hambali atau biasa dipanggil dengan Tuan Guru Bengkel sudah meninggal dunia puluhan tahun silam, tepatnya Sabtu, 7 September 1968. Namun pengaruh dan kharismanya masih melekat di hati sebagian tuan guru dan ummat Islam di Lombok. Apa lagi sebagian dari mereka memang memiliki sanad (hubungan) keilmuan dengan beliau. Dan tentu saja jabatan penting Datok Bengkel sebagai Rais Syuriah Nahdlatul Ulama (NU) kedua di pulau Lombok. dan NTB antara tahun 1953-1964. Salah satu peristiwa ketika saya menyebut nama beliau kepada Pimpinan Ponpes Hidayatul Islamiah (HI) Bagek Nyaka, Aikmel Lombok Timur, TGH Abdul Azim. “Kalau mendengar nama Tuan Guru Saleh Hambali, badan saya langsung merinding. Namanya,

2 Kiat Produktif Menulis Tanpa Berpikir

Sharing kiat-kiat menulis bebas (free writing) di Berugak Buku di Pondok Pesantren Sirajul Huda, Poak Dandak, Janapria, Lombok Tengah, Maret 2018    2 Kiat Produktif Menulis Tanpa Berpikir -  Umumnya kita berpandangan ketika menulis itu harus menggerahkan daya untuk berpikir serius. Tanpa berpikir serius seseorang tidak mungkin bisa menulis tulisan yang baik. Tanpa melalui proses berpikir serius, sebuah tulisan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Pendapat seperti itu sudah tertanam kuat dibenak kita. Kalau ada yang membantah anggapan itu bisa jadi dianggap sedang mengigau. Tapi menurut saya, bila cara berpikir umum (konvensional) kita tidak bisa menemukan jalan baru (solusi) dari problem yang kita hadapai, ada baiknya kita mencoba berpikir terbalek. Ini memang tidak lazim tapi demi menemukan jalan keluar, sah saja kita lakukan untuk memecah kebuntuan. Tidak ada salahnya pandangan halayak umum itu mulai kita rubah untuk meningkatkan produktifitas menulis. Ketika menulis memang

‘Madrasah Tua yang Meranggas’ di Zaman Distrupt

Pesantren dan madrasah bagi saya tak ubahnya sebuah pohon. Ada pohon yang batangnya besar, tua, buahnya melimpah dan daunnya rindang. Pohon itu menjadi tempat berteduh oleh banyak orang (ummat). Manis buahnya bukan saja bisa dirasakan namun telah dinikmati oleh banyak orang. Bibit dan buahnya tumbuh dimana-mana. Tidak cukup dengan itu - batangnya dicangkok untuk ditanam ditempat lain. Kedua lembaga pendidikan ini telah teruji melahirkan para alumni yang menjadi pemimpin bangsa, ulama, tokoh agama, kyai, tuan guru dan ustazd. Para alumninya lalu membuka pengajian, mendirikan berbagai lembaga pendidikan atau pesantren baru ditempatnya. Contoh yang paling dekat, bagaimana pesantren-pesantren Nahdlatul Ulama (NU) di Lombok mampu melahirkan ribuan kader ahli-ahli agama dan tokoh masyarakat. Tak ubahnya sebatang pohon, tidak sedikit pesantren (madrasah) di Lombok sudah mulai meranggas. Pohonya makin tua, batangnya mulai mengeropos dan terkelupas. Ia tidak kuat lagi diterpa hembusan a

Semangat Santri Sirajul Huda Membaca Untuk Menulis

Ahad (4/3) lalu saya diundang kembali membagi pengalaman, kiat dan motivasi menulis bagi santri-santri Ponpes Sirajul Huda , Paok Dandak, Desa Durian, Kecamatan Janapria, Lombok Tengah. Selain karena pengundangnya Ahmad Jumaili, hal lain yang membuat saya semangat datang kesana karena tema dan tempatnya. Temannya cukup menarek, ”Melejitkan Potensi Diri : Membaca untuk Menulis” . Apa itu membaca dan menulis ? bagaimana pengertian membaca dan menulis yang mudah, tidak ribet dengan definisi panjang ? Bagaimana sih membaca yang menghasilkan tulisan ? Apa yang dilakukan orang setelah membaca akan bisa menghasilkan tulisan ? Pertenyaan-pertanyaan itu yang menuntun saya dating kesana. Tentu saja tak lupa juga dibahas kiat-kiat mengusir rasa ngantuk, bosan, males ketika membaca dan menulis. Bagi saya membaca dan menulis itu dua paket yang saling melengkapi. Ibarat dua keping mata uang logam. Membaca akan jauh lebih bermakna manakala hasil bacaan kita ditulis. Tentu yang saya maksud disini bu

Bertradisi Ditengah Serangan

Bila ingin tahu berbagai tradisi keagamaan khususnya Islam, datanglah kekampung-kampung di Lombok.Tradisi ini bukan saja lahir dari spirit agama untuk memperkuat silaturrahmi, gotong royong tapi lebih besar dari itu bagian dari strategi integrasi sosial. Coba bayangkan sebuah kampung, desa atau kota tidak punya tradisi keagamaan - maka tak ubahnya warganya seperti robot yang melakukan sesuatu berdasarkan perintah semata. Di kota-kota tradisi keagamaan sudah mulai berkurang bahkan langka. Selain karena persaingan antar individu yang sangat ketat.Namun juga asal usul warganya yang berlatar agama, etnis dan budaya yang berbeda-beda. Mayoritas antar warga tak memiliki garis nasab keluarga. Di Lombok berbagai macam tradisi lahir dan berkembang di masyarakat. Mulai dari alam rahim sampai alam kubur dirayakan. Tradisi usia bayi sekian bulan dalam perut, ngurisan (syukuran dan memberi nama), begawe sunatan kalau laki, bagawe kawin, srakalan bagi yang berangkat haji, tahlilan (yasinan, d

Beratnya Istiqomah

Dr.TGH.Muallip, M.Pd Pengajian dan kajian Islam pagi Ahad (18/2) ini isi dan dipimpin oleh bapak Dr.TGH.Mualif, M.Pd.I, Pengasuh Ponpes Putri Al Halimy, Gunung Sari, Lombok Barat. Selain berkhitmah di Nahdlatul Ulama (NU) NTB, beliau juga pernah menjabat Kepala Kementrian Agama Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Utara (KLU). Materi pengajian dan kajian Islam HIDAYATUDDARAIN hari ini tentang Istiqomah. Ya, istiqomah. Menyebut kata ini gampang dan mudah. Kalimat ini pun hampir setiap hari kita ucapkan dan tulis dalam berbagai dialog atau komunikasi dengan orang lain. Tapi dalam praktiknya tidak mudah. Hanya panggilan hati dan iman yang bisa menggerakkan. Tentu saja istiqomah yang kita maksud istiqomah menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Salain itu juga berbuatan-perbuatan baik yang memberi manfaat bagi manusia dan mahluk hidup sejagad raya. Kita sering lupa, ganjaran terhadap perbuatan baik, sunnah dan wajib - ganjarannya berlipat ganda. Bonusnya besar. Karena beratnya itulah

Reques Do'a Tuan Guru

TGH.Muallip sedang membacakan do'a untuk mengobati seorang anak jamaah yang belum bisa berjalan. USAI pengajian, berdo'a dan salam-salaman - biasanya para jamaah pengajian Hidayatuddarain langsung pulang. Tadi seorang ibu tidak langsung pulang. Ia menggendong seorang anak laki-laki yang sudah hampir 2 tahun belum bisa jalan. Ia juga memegang air botol tanggung. Ia minta TGH.Muallip, Pengasuh Ponpes Al Halimy, Gunung Sari untuk mendoakan anak laki yang dibawanya. "Endeng do'a tuan guru. Niki wah gin dua tahun laguk ndekman tao lampak" ucapnya. Saya tanya apakah anak laki yang dibawa cucunya. Ternyata bukan, tapi anak saudaranya alias ponaannya. Sudah hampir 2 tahun usianyanya katanya tapi belum bisa jalan. Ya, saya lihat memang anak laki yang digendong itu kakinya terlihat lemas. Tak lama setelah itu, TGH. Muallip pun membacakan air yang dibawa itu do'a-do'a penyembuh. Ya begitu lah saudara-saudara. Selesai mengisi pengajian yang diisi para tuan g

Menyerap atau Diserap ?

Ketika seseorang mencoba mendominasikan pembicaraan dari lawan bicaranya tanpa ia sadari sedang menutup kesempatan baginya untuk menyerap banyak informasi dan pengetahuan baru dari lawan bicaranya.  Saya selalu semangat kalau janjian bertemu dengan teman-teman lama termasuk yang baru kenal. Saya percaya banyak informasi baru yang bisa diserap dari pertemuan tersebut. Dari pertemuan-pertemuan itu kerap kali saya mendapatkan informasi dan pengetahuan yang tidak umum bahkan rahasia. Informasi yang tidak bisa diperoleh melalui buku, koran, tv atau saluran-saluran informasi lainnya. Karena itu setiap kali ada teman dari luar daerah datang ke Lombok tapi tidak jadi bertemu dengan berbagai sebab – selain ada perasaan tidak enak dan menyesal. Saya rasa banyak teman-teman yang lain juga mengalami hal yang sama. Dalam konteks komunikasi sebenarnya, bertemunya dua orang atau lebih individu dalam sebuah pertemuan selain akan menyebabkan komunikasi kedua belah pihak atau lebih tanpa kita s

Modal Politik Kebangsaan

Parade Budaya Nusantara, Kupang 2007 Ada yang mengancam, ada yang (meresa) terancam. Ada yang memecah, ada yang setia merawat. Ada yang melihat dalam konteks Pilkada, ada pula yang melihatnya dalam konteks kepentingan Nasional. Mereka tidak mau terjebak oleh permainan politik Pilkada sesaat, tidak mau terperangkat dalam tafsir sempit dan tidak mau terprovokasi oleh figur santun tapi pemecah belah. Dalam situasi seperti ini, kebhinekaan selalu menjadi perekat yang selalu menyatukan anak-anak bangsa yang berbeda agama, suku, ras dan golongan. Percayalah, pakai isu SARA untuk menjegal satu pihak akan gagal dan malah akan menyerang balek. Mereka diam bukan berarti tidak membaca, mereka diam bukan berarti tidak bergerak. Mereka hanya ingin melihat masalah secara jernih sebelum bersikap. Terbukti ke-bhinekaan itu bukan saja alat perekat dan pemersatu tapi jatidiri dan modal sosial bangsa yang lahir dan tumbuh di Nusantara. Mari merawat modal kebangsaan berdasarkan nilai-nilai agama

Kenangan Ketika Gus Dur Wafat

Susana pemakaman almarhum Gus Dur di Jombang (gambar : www.gusdurfiles.com) Ungkapan putri Gus Dur, Yeny Wahid tentang Gus Dur dalam sambutannya di kantor PBNU bisa jadi ‘isyarat’ akan wafatnya Gus Dur. Saya menginap (29/12) 2009 disebuah hotel yang berjarak hanya beberapa puluh meter dari kantor PBNU. Saya datang kekantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya untuk menghadiri launcing laporan akhir tahun kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) tahun 2009 yang disusun oleh The Wahid Institute (WI) . Saya ingat saat itu sedang heboh-hebohnya buku, “Gurita Cikias” yang menyoroti bisnis dan keluarga Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY). Buku itu ditulis oleh seorang wartawan, peneliti cum dosen, George Adi Condro. Saat memberikan sambutan Yeny Wahid selaku direktur Wahid Institute (WI), lembaga yang didirikan untuk meneruskan gagasan dan pikiran-pikiran Gus Dur – tentu mengulas tujuan dan makna strategis laporan KBB setiap tahunnya. Laporan itu bukan h

Menghadiri Ultah Terakhir Gus Dur

http://www.deviantart.com Dari mencicipi kue ulang tahun berbentuk masjid setinggi satu meter  sampai cerita Gus Dur hilang. SUATU hari saya menghadiri acara The Wahid Institute (WI) di Puncak, Bogor. Ternyata itu bertepatan dengan tanggal 4 Agustus 2009 –tanggal kelahiran KH.Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Tak lama setelah sampai dilokasi acara, teman-teman dari WI mengajak kami untuk ikut ke Ciganjur. Katanya ada acara #UltahGusDur yang diberlangsung dikediamannya di Ciganjur. Dalam hati saya, ..wah ini kesempatan emas yang tidak banyak orang bisa mendapatkannya. Kapan lagi bertemu Gus Dur secara langsung – dirumahnya lagi. Kami pun berangkat bersama menggunakan satu mobil dengan para pejabat WI seperti Dr.Rumadi Ahmad (sekarang direktur PP Lakpesdam NU), Subhi Azhari dan Alamsyah M Djafar. Dari NTB saya dan Asrul Rahman, sekarang dosen dan ketua Lakpesdam NU Bima. Ikut juga teman-teman dari Sulawesi, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sesaat sebelum berangkat, s